Selasa, 28 Oktober 2025

Kegiatan Ahmadiyah Indonesia Bulan September 2025

 

    

Objek : Aktivitas Jemaat Ahmadiyah Indonesia
Periode: 16 September – 07 Oktober 2025
Fokus : Analisis atas Kegiatan JAI di Seluruh Wilayah Indonesia.

 

 

    

    

 


 

KEGIATAN 1 :

1. Identitas Kegiatan

  • Nama Kegiatan: Silaturahmi Intelijen Kodim 0908 Bontang ke Rumah Misi Jemaat Ahmadiyah Bontang[1]
  • Tanggal Kegiatan: Selasa, 16 September 2025
  • Tempat: Rumah Misi Jemaat Muslim Ahmadiyah Bontang
  • Pihak yang Hadir:
    • Dari Ahmadiyah:
      • Mln. Andhika Ibrar Ahmad (Mubaligh Daerah Kaltim 2 Utara)
      • Puji Darminto (Amir Daerah Kaltim 2 & Utara)
      • Warsono (Nazim Ansharullah)
      • Pengurus Jemaat lokal dan regional lainnya
    • Dari Intelijen Kodim 0908: Lima anggota rombongan



2. Materi Kegiatan

  1. Sejarah Ahmadiyah: Disampaikan bahwa Ahmadiyah masuk Indonesia sejak 1925, dan Jemaat Ahmadiyah Bontang berdiri tahun 1992.
  2. Tokoh-tokoh Nasional yang Dikaitkan: WR. Soepratman (pencipta lagu Indonesia Raya) dan Arif Rahman Hakim (tokoh mahasiswa) disebut sebagai sosok yang “bersinggungan” dengan Ahmadiyah.
  3. Kontribusi Sosial Ahmadiyah:
    • Pengajian internal jemaat
    • Donor darah
    • Gotong royong
    • Santunan fakir miskin
    • Program Clean The City
  4. Simbolisasi Persahabatan: Rombongan Kodim menerima buku “Sumbangsih Ahmadiyah untuk Negeri” sebagai cinderamata.
  5. Dokumentasi: Foto bersama, jamuan minum, dan interaksi cair penuh keakraban.

3. Analisa Kritis (Pandangan Ahlussunnah)

a. Aspek Aqidah dan Penyimpangan

  • Ahmadiyah bukan bagian dari Islam menurut kesepakatan ulama Ahlussunnah. Mereka mengangkat Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi setelah Nabi Muhammad ﷺ, padahal Allah menegaskan:

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi.” (QS. Al-Ahzab: 40).

  • Menggunakan nama Jemaat Muslim Ahmadiyah adalah upaya sistematis untuk mengaburkan identitas dan menyusup ke dalam masyarakat Muslim, sehingga menimbulkan fitnah aqidah.

b. Pola Penyusupan Sosial

  • Penyampaian sejarah, klaim kontribusi nasional, serta program sosial adalah strategi soft approach untuk membangun citra positif Ahmadiyah di mata aparat negara.
  • Pemberian buku “Sumbangsih Ahmadiyah untuk Negeri” merupakan bentuk propaganda terselubung untuk melegitimasi eksistensi mereka.

c. Potensi Dampak Politik & Sosial

  • Dampak Politik: Hubungan hangat dengan institusi militer berpotensi membuka jalan legalisasi Ahmadiyah di daerah, sekaligus melemahkan posisi umat Islam yang menolak keberadaan mereka.
  • Dampak Sosial: Keharmonisan semu melalui kegiatan sosial bisa menimbulkan simpati publik. Jika masyarakat awam tidak memahami penyimpangan aqidah mereka, maka akan mudah terkecoh.
  • Dampak Agama: Silaturahmi seperti ini rawan dimanfaatkan untuk memperluas pengaruh dakwah Ahmadiyah, padahal aliran ini telah difatwakan sesat oleh MUI (1980 & 2005).

d. Analogi Strategi

  • Pertemuan dengan aparat negara dipoles dengan jamuan hangat, canda tawa, dan dokumentasi. Ini adalah strategi “normalisasi” – sama halnya dengan upaya kelompok sesat lain yang mengedepankan wajah sosial untuk menutupi penyimpangan akidah.

4. Kesimpulan Investigasi

  • Kegiatan silaturahmi antara Intelijen Kodim 0908 Bontang dan Jemaat Ahmadiyah bukan sekadar temu ramah, melainkan agenda strategis Ahmadiyah untuk membangun jejaring dengan aparat negara.
  • Dengan mengemas diri sebagai komunitas sosial yang peduli pada masyarakat, Ahmadiyah berusaha mengikis stigma sesat dan perlahan menanamkan pengaruhnya.
  • Dari perspektif Ahlussunnah, pertemuan ini berbahaya karena bisa menimbulkan legitimasi simbolik bagi Ahmadiyah di mata publik, sementara dari sisi aqidah mereka jelas menyimpang.
  • Masyarakat Muslim harus waspada agar tidak terkecoh oleh propaganda kemanusiaan yang disusupi misi aqidah menyimpang. Aparat negara seharusnya mengedepankan sikap netral, kritis, dan memahami fatwa ulama agar tidak terjebak dalam strategi infiltrasi.