AL QIYADAH AL ISLAMIYAH
Oleh : M. Amin Djamaluddin
I. Pendiri:
AHMAD MOSHADDEQ
Jabatan : Rasulullah Al Masih
Al Mau’ud, sebagai pengganti Rasulullah Muhammad SAW yang sudah berakhir
masanya.
Dia diangkat menjadi “rasul
Al Masih Al Mau’ud” pada tanggal 23 Juli 2006 setelah dia bertapa di Gunung Bunder
- Bogor selama 40 hari 40 malam. Dia mengaku diangkat menjadi “rasul“ pas di hari
yang keempat puluh dari hari pertapaannya itu.
Dalam bukunya yang berjudul “Ruhul Qudus Yang
Turun Kepada Al Masih Al Maw’ud”, halaman 178-191 dijelaskan sbb.:
10. Mimpi Al Masih Al Mau’ud
Tugas
Saksi-Saksi Allah dan Rosul Nya.
- Aku Al Masih Al
Maw’ud menjadi syahid Alloh bagi kalian, orang-orang yang mengimaniku. Dan
aku telah menjelaskan kepada kalian tentang sunnah Nya dan rencana-rencana
Nya di dalam hidup dan kehidupan ini. Sehingga dengan memahami sunnah dan
rencana-rencana Nya itu, kalian dapat berjalan dengan pasti di bawah
bimbingan Nya.
- Selanjutnya bagi
kaum mu’min yang mengimaniku, agar menjadi syahid tentang kerosulanku
kepada seluruh ummat manusia di bumi Alloh ini. Seperti halnya murid-murid
Yesus, tatkala Yesus berbicara kepada murid-muridnya itu segera
melaksanakn perintahnya. Mengetuk pintu semua rumah, menjadi saksi tentang
kerosulannya. Karena memang demikianlah metode Alloh seperti yang tertulis
di dalam kitab Nya; “Supaya Rosul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya
kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia”.
- Namun sebelum
semua itu terjadi, ada satu fase yang harus dilalui oleh Al Masih Al
Maw’ud tentang kerosulannya. Seperti halnya Musa, dia dipanggil oleh Alloh
ke gunung Horeb. Yesus Kristus, dibaptis dan dicobai di padang gurun.
Demikian pula dengan Muhammad, dia bertahanuts di Goa Hiro.
Tanda
Dari Alloh.
4.
Tatkala
Musa berada di Gunung Horeb, datang malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya
di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Tatkala Yesus Kristus dibaptis
di padang gurun, pada waktu itu juga langit terbuka dan ia melihat Ruh Allah
seperti burung merpati turun ke atasnya. Tatkala Muhammad bertahanuts di Gua
Hiro, datang malaikat Jibril yang mengajarkan kepadanya –ismun robik-. Lantas
apa yang terjadi dengan Al Masih Al Mauw’ud?.
5.
Aku
menyadari akan hal itu, kepastian akan diberikannya –tanda dari Alloh seperti
yang demikian, memang ada sunnahnya. Hal inilah yang aku kejar sehingga aku
bertahanuts selama empat puluh hari empat puluh malam di Gunung Bunder. Walau
bagaimanapun bukannya aku ragu dengan diriku, tetapi aku ingin kepastian,
seperti halnya Ibrohim ketika dia berkata: “Ya Robku, perlihatkanlah padaku
bagaimana Engkau menghidupkan orang mati”. Alloh berfirman: “Belum yakinkah
kamu?. Ibrohim menawab: “Aku telah meyakininya, akan tetapi agar qolbuku tetap
mantap.
Kapal
Rusak Yang Terdampar.
6.
Ada
suatu peristiwa yang menurut aku inilah suatu tanda dari Alloh. Tatkala pada
malam ketiga aku bertahanuts, sekitar pukul dua belas malam, secara kasyaf
antara tidur dan jaga aku dibawa oleh seseorang ke suatu tempat di pinggiran
pantai. Di pinggiran pantai itu terdampar sebuah kapal yang sangat besar,
terendam air laut setinggi pinggang, tetapi keadaannya sudah sangat rusak
layaknya barang rongsokan yang sudah dibuang orang.
7. Orang itu mengajak aku masuk ke
dalam kapal itu. Di dalam kapal besar itu aku menyaksikan banyak sekali
orang berduyun-duyun dalam kelompok-kelompok, berjalan tiada menentu arah.
Ketika melihat serombongan orang yang berjalan di dekatku, maka aku
berinisiatif mengikutinya dari belakang, sambil bertanya-tanya dalam diriku
sendiri: “Mau kemanakah mereka?’.
8.
Setelah
sekian lama mengikuti perjalanan mereka, tiba-tiba mereka terhenti karena
menemukan jalan buntu, dan merekapun kembali ke arah semula. Kemudian aku
mengikuti rombongan yang lain dari mereka. Akan tetapi kejadian pada rombongan
yang pertama terulang kembali, ternyata mereka hanya bolak-balik saja di dalam
kapal itu, dan tidak menemukan jalan keluar. Demikian berulang kali aku ikuti
rombongan yang lain, tetapi kejadiannya selalu sama, sampai akhirnya aku
terjaga. Aku merenungi mimpi itu, karena mimpi itu begitu jelas dan sangat
berkesan bagiku.
9.
Pada
malam berikutnya, sebelum tidur aku berdoa
kepada Alloh, jika memang mimpi ini adalah –tanda- dari Nya maka aku
minta agar mimpi itu diulang kembali. Begitu aku tertidur, mimpi
itu ternyata berulang kembali sama seperti apa yang aku lihat di malam
sebelumnya. Berlatar belakang kapal
besar yang sudah rusak berisikan ribuan orang, dari mulai rakyat miskin yang
berpakaian seadanya sampai dengan orang-orang kaya yang berpakaian jas dan
berdasi, orang-orang tua dan anak muda. Mereka berduyun-duyun dalam
kelompok-kelompok, berjalan tiada menentu arah mencari jalan keluar. Di malam
berikutnya mimpi itu juga terulang kembali, sama seperti malam-malam
sebelumnya. Jadi aku bermimpi tentang kapal rusak itu tiga malam
berturut-turut.
Madinah,
Kota Yang Teratur
10.
Pada
malam ke tiga belas atau sepuluh hari setelah mimpi yang pertama, aku bermimpi
lagi. Akan tetapi mimpiku kali ini sangat berlawanan dengan mimpiku yang
pertama. Mimpiku kali ini dibawa oleh
seseorang ke sebuah kota yang sangat besar. Kota itu sungguh luar biasa dengan
segala keindahan dan keteraturannya. Tempat orang-orang berkumpul,
pertokoan, tempat tinggal, semua ditata dengan sangat rapi. Belum pernah aku melihat kota seindah itu. Kota
itu tidak ada kesamaannya dengan koto-kota yang pernah aku kunjungi.
11.
Aku
berjalan bersama qorinah melihat blok demi
blok kota tersebut. Berbagai macam fasilitas kota dengan
petugas-petugasnya semua ada disitu, tetapi penduduk kota tersebut masih sangat
sedikit. Kami terus dan terus berjalan, sampai pada akhirnya aku katakan kepada
qorinah: “Kita jangan teruskan kesana, aku merasa kalau kita teruskan berjalan
kesana kita tidak akan bisa kembali, mari kita balik pulang”. Maka aku mencari
tempat dimana tadi kami memasukinya, karena meninggalkan tanda masuk di tempat
itu. Kemudian aku ambil tanda masuk itu agar bisa keluar, sampai akhirnya aku
terjaga.
12.
Aku
renungkan kembali mimpiku itu, dan aku berdoa agar Alloh mengulangi kembali
mimpiku itu. Ternyata pada dua malam berikutnya mimpi itu kembali terulang,
jadi aku bermimpi tentang kota itu tiga malam berturut-turut. Sama halnya
seperti mimpiku yang pertama.
Makna
Kedua Mimpi.
13.
Dua
mimpi yang aku alami tersebut tentu menambah keyakinanku. Dari kedua mimpi itu
dapat disimpulkan bahwa kapal rusak adalah analogi dari Darul Bawar suatu
bentuk kehidupan jahanam, dimana di dalamnya terdapat golongan-golongan atau
aliran-aliran agama yang sesat, yang tidak dapat menemukan jalan keluar dari
kehidupan jahanam itu. Sedangkan Madinah atau kota yang teratur adalah analogi
dari Yerusalem atau Darussalam, suatu bentuk kehidupan –jannah- yang tertata
dengan baik berdasarkan hukum Alloh. Kota itulah yang menjadi masa depan kita,
dan ke arah itulah kita menuju, dengan syarat kita harus sanggup meninggalkan
kapal rusak yang tidak ada jalan keluarnya itu.
14.
Itulah
tanda yang Alloh tampakkan kepada aku Al Masih Al Maw’ud, yang akan meneruskan
tongkat estafet kerosulan, yang pernah dibawa oleh nabi dan rosul dari Bani
Israil dan Bani Ismail. Tongkat itu sekarang berada di tanganku. Dan tentu saja
sebagai pemegang tongkat estafet yang baru, aku harus mengetahui cara masuk
yang benar, dan menemukan jalan keluar yang benar pula. Dan tentu saja hal itu
tidak akan berhasil tanpa pertolongan Alloh. Seperti yang tertulis di dalam Al
Kitab: “Ya Rohku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah
(pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau
kekuasaan yang menolong.
Mimpi
Al Masih Al Maw’ud.
15.
Mulai
dari sinilah aku menurunkan apa yang aku dapatkan selama aku bertahanuts di
Gunung Bunder itu. Aku panggil katib untuk menuliskan apa yang aku dapatkan
itu ke dalam sebuah kitab (seperti apa yang kalian baca sekarang ini). Dan aku
juga memerintahkan kepada katib agar mempersiapkan sebuah acara di ummul quro
bagi para sahabat untuk menjadi syahid bagi kerosulan Al Masih Al Maw’ud.
Tetapi katib mengusulkan agar acaranya diadakan di Gunung Bunder saja, akupun
menyetujuinya.
16.
Di
malam yang ketiga puluh tujuh, tiga hari menjelang empat puluh hari aku
bertahanuts, kembali aku bermimpi. Di dalam mimpi itu aku sedang dilantik atau
diangkat menjadi rosul Alloh disaksikan oleh para sahabat. Apa yang aku alami
di dalam mimpi itu adalah acara yang kami telah rencanakan sebelumnya.
Al
Masih Al Maw’ud Dilantik Menjadi Rasul
17.
Dan
ketika acara itu direalisasikan pada malam keempat puluh atau pada tanggal
23 Juli 2006, maka acara itupun berjalan seperti apa yang aku lihat di
dalam mimpiku tiga hari sebelumnya
Aku keluar dari Gua Hira dan para sahabat sudah
menungguku di atas, semuanya sudah disiapkan tempat, aku membuat suatu atmosfir
yang sesuai dengan apa yang aku lihat didalam mimpiku, dan itu sudah terjadi,
pelantikanku sebagai Rosul Alloh dan aku umumkan pada mereka : “Hai manusia
sesungguhnya aku adalah utusan Alloh kepadamu semua, yaitu Alloh yang mempunyai
kerajaan langit dan bumi, tidak ada ilah selain Dia, yang menghidupkan dan
mematikan”.
- Itulah
saudara-saudara “oleh-oleh” yang aku peroleh selama empat puluh hari
bertahanust digunung Bunder. Aku ceritakan kepada kalian para mu’min
mubaligh, agae qolbu kalian mantap, sebab inilah landasan iman kita kepada Alloh dan rasul Nya.
Ini adalah peristiwa yang sangat penting, dan hanya terjadi satu kali di
dalam hidup kita. Peristiwa ini akan tercatat dalam sejarah dunia
dikemudian hari, karena ini bukan persoalan kecil, ini persoalan
kebangkitan peradaban syari’at Alloh.-
11. JADILAH SYAHID AL MASIH AL MAW’UD ROSUL ALLOH
Al
Masih Al Maw’ud Mendapat Curahan Ruhul Qudus.
- Selama
bertahanust di Gunung Bunder, banyak sudah wahyu yang Alloh turunkan
kepadaku, kemudioan selanjut wahyu itu aku turunkan kepada kalian. Tentu
saja dari semua yang kalian terima itu mesti diikat dalam satu kesimpulan,
agar kalian dapat menyikapi wahyu yang telah turun itu, dan bersaksi bahwa
semua itu adalah kebenaran yang datang dari Alloh melalui rosul Nya.
- Karena setiap
kali rosul diutus oleh Alloh untuk menyampaikan kebenaran ayat-ayat Nya,
maka orang yang telah disampaikan itu harus menentukan sikapnya. Kalau apa
yang disampaikan itu benar, lalu kebenaran itu keluar dari bibir siapa?
Kalau keluar dari bibir seseorang, maka orang yang telah disampaikan itu
harus membenarkan orang yang menyampaikan itu. Dan orang yang telah
disampaikan itu harus bersaksi atau bersyahadah bahwa orang yang
menyampaikan itu adalah benar sebagai rosul Alloh. Kalau seorang rosul
berbicara tentang kebenaran, maka orang yang diajaknya berbicara itu harus
menentukan sikapnya, maka dikatakan harus bersaksi, atau menjadi saksi.
Saksi-Saksi
Alloh dan Rosul Nya.
- Rosul bersaksi
tentang Alloh, tidakada orang yang lebih tahu tentang Alloh selain rosul,
maka rosul menjadi saksi atau bersaksi tentang Alloh. Karena dia yang
paling tahu dan paling kenal Alloh, maka dia berbicara tentang Alloh,
dalam arti Alloh sebagai Robbul ‘alamin dengan segala sifat dan rencana
Nya, maka dikatakan rosul itu sebagai syahid Alloh.
- Lalu siapa yang
menyaksikan bahwa Musa atau Isa itu rosul Alloh? Atau manusia yang berani
bertanggung jawab untuk mengatakan kepada manusia bahwa Muhammad itu rosul
Alloh? Tentu saja mesti ada, yaitu orang yang pernah bertemu dan belajar
firman Alloh kepada Muhammad, maka orang itu harus menjadi saksi terhadap
manusia tentang Muhammad sebagai rosul Alloh. Jadi Muhammad bersaksi
tentang Alloh kepada mu’min, dan mu’min harus bersaksi menjadi saksi
tentang Muhammad kepada manusia tentang kerosulannya.
- Karena rosul
datang kepada mu’min dan mengajarkan tentang sifat-sifat Alloh. Maka
dikatakan rosul sebagai saksi Alloh. Artinya orang yang paling tahu betul
tentang Alloh. Dalam bahasa hikmah dikatakan “tiada yang paling kenal
tentang Bapak selain anak” artinya tiada yang paling tahu tentang Alloh
selain rosul, karena rosul mendapat wahyu dari Alloh. Dia mengenal Alloh
segala-galanya seperti seorang anak mengenal bapaknya. Atau seperti
seorang hamba mengenal tuannya. Dia mengenal betul tentang senang dan
benci tuannya, dia tahu betul tentang ridho dan ghodhob (murka) tuannya,
karena dia mengenal betul tentang sifat-sifat tuannya. Jadi kalau ingin
mengenal Alloh, maka dia harus bertanya kepada hamba Nya, yaitu rosul.
- Jadi rosul
menjadi syahid Alloh di muka bumi atas mu’min, dan mu’min menjadi syahid
Alloh dan rosul Nya atas manusia. Mu’min datang kepada manusia
menceritakan tentang firman Alloh dan rosul Nya. Mu’min menjadi saksi,
seperti saksi di pengadilan, dimana kesaksiannya dipakai oleh hakim untuk
mengambil keputusan.
- Mu’min menjadi
syahid bagi Alloh dan rosul Nya kepada manusia, karena manusia tidak
mengenal Alloh dan rosul Nya tanpa melalui mu’min. Manusia yang tidak
pernah bertemu dengan rosul, maka dia mengenal Alloh dan rosul Nya melalui
mu’min yang mengenalkannya. Oleh sebab itu, mu’min menjadi syahid bagi
sekalian manusia tentang Alloh dan rosul Nya. Mu’min menjadi syahid bagi
Alloh sebagai Robbul ‘alamin dan menjadi syahid bahwa benar Musa, Isa dan
Muhammad itu sebagai rosul Alloh pada masanya.
Jadilah
Saksi-saksi Al Masih Al Maw’ud
- Sekarang sama
saja dengan rosul yang baru, yaitu Al Masih Al Maw’ud. Al Masih Al Maw’ud
menjadi saksi bagi mu’min tentang Alloh, karena mu’min mengenal Alloh dari
rosul Al Masih Al Maw’ud berdasarkan apa yang didapatnya dari Alloh di
Gunung Bunder selama 40 hari bertahanuts, itulah yang harus dijadikan ruh
oelh orang-orang yang mengimaninya.
- Lalu bagaimana
prosedur mengimani Al Masih Al Maw’ud sebagai rosul Alloh? Tentu saja sama
seperti kepada rosul-rosul sebelumnya, bahwa setiap orang yang mengimani Al
Masih Al Maw’ud harus bersyahadah atau membuat pernyataan sebagai
komitment bahwa orang itu benar mengimani Al Masih Al Maw’ud sebagai rosul
Alloh. Seperti Abu Bakar mengimani Muhammad, seperti Matius mengimani Yesus,
seperti Yosua mengimani Musa, tentu saja dengan segala konsekuensi iman.
- Untuk menjadi
saksi bahwa Al Masih Al Maw’ud sebagai rosul Alloh, maka mu’min harus
berani mempertanggungjawabkannya kepada manusia, bahwa dia sebagai saksi
tentang kedudukan Al Masih Al Maw’ud sebagai rosul Alloh di abad ini,
seperti yang dinubuwahkan oleh Al Quran dan hadits Muhammad tentang Al
Masih yang akan datang setelah periode Muhammad Rosululloh.
Tugas
Al Masih Al Maw’ud dan Saksi-Saksinya.
- Program Al Masih
Al Maw’ud dan kaum mu’min ke depan adalah mengaktualisasilam kembali
firman Alloh di tengah-tengah kehidupan ummat manusia di abad ini. Dimana
seluruh ayat-ayat Al Quran dijadikan sebagai manhaj dakwah dan jihad, yang
tidak boleh bergeser seujung rambutpun.
- Iman kepada Al Masih
Al Maw’ud sebagai rosul Alloh adalah kewajiban mengikuti bimbingan dan
tuntunan jalan yang akan ditempuh oleh Al Masih Al Maw’ud yang berpedoman
kepada ayat-ayat Al Quran sebagai –shirothol mustaqim- yang diminta oleh
semua orang, baik oleh Bani Isroil maupun Bani Ismalil, yaitu jalan lurus
atau jalan kebenaran. Jadi Al Masih Al Maw’ud akan menggunakan Al Quran
sebagai shiroth dan semua orang yang beriman harus mengikuti Al Masih Al
Maw’ud, karena Al Masih Al Maw’ud adalah orang yang diberikan ilmu tentang
Al Quran (wahyu) oleh Alloh. Dia akan memimpin manusia dengan tuntunan Al
Quran yang difahaminya secara konsekuen dan konsisten.
- Kalau hari ini
ada orang yang beriman kepada Alloh nya Ibrohim, Alloh nya Musa, Alloh nya
Isa, Alloh nya Muhammad tetapi tidak mau diajak untuk berjalan di atas
prinsip-prinsip Al Quran sebagai shirothol mustaqim, maka mereka itu
adalah orang-orang yang mengkafiri Alloh, mengkafiri malaikat-malaikat
Alloh, mengkafiri kitab-kitab Alloh, mengkafiri rosul-rosul Alloh, mengkafiri
yaumil akhir, mengkafiri qodho dan qodar Alloh.
- Sedangkan
orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang menjadikan Al Quran
sebagai shirothol mustaqim, yaitu konsep jalan yang benar untuk mengenal
dan mengimani Alloh, mengimani malaikat-malaikat Alloh, mengimani
undang-undang Alloh, mengimani rosul-rosul Alloh, mengimani tujuan akhir
dari kehidupan ini, mengimani qodho dan qodar Alloh.
- Tatkala orang
tidak mau diajak berjalan di atas prinsip-prinsip Al Quran sebagai
shirothol mustaqim, siapapun dia, maka dia dikatakan berjalan pada
shirothol maghdub. Berarti orang-orang yang tidak mau berjalan pada
prinsip Al Quran, yang menyatakan bahwa Al Quran itu sudah tidak relevan
lagi, yang menganggap bahwa Al Quran ini sudah selesai, dan tidak bisa lagi
orang berbuat seperti Muhammad yang berjalan di bawah bimbingan Al Quran.
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak menjadikan Al Quran
sebagai shirothol mustaqim. Tentu saja orang yang tidak mau berjalan di dalam garis
Al Quran sebagai shirothol mustaqim, maka dia pasti berjalan di shirothol
maghdub, yaitu jalan yang dimurkai Alloh, dan pastilah itu jalan yang
sesat.
- Beriman kepada
Al Quran hari ini adalah dengan menjadikan Al Quran sebagai shirothol
mustaqim. Yang dijadikan hudan oleh Al Masih Al Maw’ud beserta orang-orang
yang mengimaninya, di dalam dia melaksanakan tugas kerosulan dan
kemu’minannya, mengabdi kepada Alloh untuk menzhohirkan Dien Alloh di muka
bumi. Atau menegakkan hukum Alloh di atas segala hukum bangsa-bangsa, agar
hukum Alloh itu ditaati oleh manusia sehingga tercipta kedamaian dan
keselamatan serta kesejahteraan.
- Tatkala
Yerusalem pertama hancur, maka diutuslah Yesus mengembalikan Yerusalem
sebagai Kota Keadilan Allah, atau tempat berlakunya hukum Alloh. Demikian
pula pada periode Muhammad, dia diutus oleh Alloh dengan petunjuk Al
Quran, agar dia berjuang dengan bimbingan Al Quran itu untuk menzhohirkan
hukum Alloh, sehingga hukum Alloh berada di atas segala hukum
bangsa-bangsa. Demikian juga dengan tugas Al Masih Al Maw’ud hari ini,
mengajak orang-orang yang mau kembali kepada Alloh, kepada Dien Tauhid,
kembali kepada fitrah dirinya, untuk bersama sama dengan Al Masih Al
Maw’ud yang diyakininya sebagai utusan Alloh untuk berjuang mengembalikan
Darussalam yang dahulu pernah dibangun oleh Muhammad Rosululloh.
- Jadi jelas bagi
kita semua kemana arah tujuan hidup kita ini. Kita akan dijadikan sebagai
objek oleh Alloh, kita akan dijadikan kekuatan oleh Alloh, akan dijadikan
shulthon oleh Alloh, akan dijadikan malaikat-malaikat Alloh, akan
dijadikan mursalin atau rosul-rosul Alloh. Pada dasarnya semua mu’min
karena dia hanya menjalankan tugas yang diberikan oleh rosul, maka setiap
mu’min tatkala dia membawa risalah Alloh, maka kedudukan diapun sebagai
mursalin atau rosul juga. Jadi rosul tidak sendirian, Karena semua mu’min
yang membawa firman Alloh menyebar ke seluruh dunia ini disebut juga
mursalat atau rosul-rosul Alloh.
- Sebagai
rosul-rosul Alloh tugasnya jelas untuk memenangkan atau menzhohirkan hukum
Alloh, agar hukum Alloh itu menjadi eksponen atau hukum inti yang ditaati
di dalam kehidupan antara manusia, walaupun di luar sana masih ada hukum
bangsa-bangsa, karena di dalam kehidupan ini tidak hanya berlaku hukum
Alloh saja. Memang di dalam Darusalam berlaku hukum Alloh, oleh karena itu
Darusalam harus terus diperluas. Inilah yang menjadi tugas mu’min, yaitu
memperluas atau memperbesar daerah kekuasaan Alloh di muka bumi. Inilah
yang dimaksud dengan mengakbarkan Alloh.
- Alloh tidak akan
pernah berbuat zholim kepada hamba Nya, karena sebelum perjalanan itu
dilalui, kita telah diberitahukan dan telah dijelaskan terlebih dahulu
oleh Nya, tentang segala resiko dan tantangan-tantangan yang harus
dihadapi. Seperti yang telah kita fahami bersama bahwa kita akan melalui
enam etape penegakan Dien. Inilah jalan yang terang dan jelas karena sudah
diberitahukan program ke depannya. Maka apapun halangan atau ujian yang
Alloh berikan di depan harus bisa kita atasi dengan sikap shobar.
- Semua perjalanan kita ke depan sangat tergantung
kepada iman atau aqidah, dan aqidah sangat tergantung kepada pemahaman. Kalau kita mengikuti tanpa memahami kemana
tujuan dan resiko perjalanan ini, maka kita nanti akan banyak mengalami
kesulitan. Apabila kita berjalan tanpa dasar iman, maka yang terjadi nanti
adalah kemunafikan. Tidak mudah untuk menjadi orang yang beriman, tidak
mudah mengatakan bahwa saya beriman. Iman itu ibarat emas, dia baru
ketahuan kalau sudah mendapat ujian.
- Orang-orang yang
menyatakan imannya pada periode awal sampai Makkiyah itu akan diuji oleh
Alloh, diuji sampai tuntas, sampai betul-betul kelihatan mana emas dan
mana loyang. Mana iman yang hanya di bibir dan mana iman yang sampai ke
akar qolbu. Maka berbahagialah orang yang mendapat ujian iman itu. Sebab
ujian yang diberikan itu adalah untuk memurnikan imannya dari kemusyrikan.
Dan tentu saja Alloh yang paling mengetahui persoalan manusia, Dia akan
menguji manusia melalui apa yang paling dicintainya. Alloh yang paling
mengetahui manusia akan memberikan –ibtila- atau –fitrah- dari apa yang
paling dicintai oleh orang itu. Sebelum sampai kepada titik itu, Alloh
tidak akan merihoinya. Maka ada tertulis di dalam Al Kitab, bahwa kamu
belum bisa disebut mu’min sejati sebelum kamu memberikan kepada Alloh
memalui rosul Nya apa-apa yang paling kamu cintai.
- Secara garis
besar apa yang dicintai manusia itu adalah isteri atau suami, anak-anak,
segala harta yang kita miliki, dinar-dinar yang kita simpan, perak-perak
yang kita jadikan perhiasan di dalam rumah kita, segala kendaraan yang
bagus, segala hobby kita terhadap binatang, sgala harta kita berupa sawah
lading, atau perniagaan kita. Inilah unsure-unsur yang nantinya Alloh akan
masuki untuk menguji kita semua selama mengikuti perjalanan bersama Al
Masih Al Maw’ud Rosululloh.
- Semoga Alloh
senantiasa memberikan bimbingan kepada kita di dalam memenuhi azam
(program kita) ke depan, dan untuk itulah semua kita bertawakal kepada
Alloh.
12. Saksi-Saksi Al Masih Al Maw’ud
Berdasarkan
Sifat Alloh Yang Rahman dan Rahim
Setelah mendapat Ruhul Qudus yang
diturunkan oleh Al Masih Al Maw’ud kepada kami, dengan ini dipermaklumatkan
kepada seluruh ummat manusia dari segala bangsa, suku, ras, dan segenap orang
yang membaca kitab ini, bahwa kami adalah orang-orang yang telah bersaksi
bahwasanya Al Masih Al Maw’ud adalah rosul Alloh sebagaimana yang dinubuahkan
oleh Al Quran di dalam surat Al Jumu’ah ayat 2 dan 3, sebagai berikut:
“Dialah yang membangkitkan dari bangsa Ummi
seorang rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan
sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Dan
(juga) kepada bangsa yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan
mereka. Dan dia lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. 62/2-3)
Selanjutnya kami masing-masing menyatakan
persaksian sebagai berikut: “Aku Bersaksi Bahwa Tiada Yang Haq Untuk
Diibadahi Kecuali Alloh, dan Aku Bersaksi Bahwa Anda Al Masih Al Maw’ud Adalah
Utusan Alloh”.
II.
POKOK-POKOK AJARANNYA
2.1.
Rasulullah Muhammad SAW telah berakhir masa
tugasnya sampai saat (1400 H).
2.2.
Allah SWT telah mengutus rasul baru yaitu Ahmad
Mushaddeq yang menamakan dirinya “Rasul Al Masih Al Mau’ud “.
2.3.
Dua kalimat shahadat: ASYHADU ALLA ILAHA ILLA
ALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADDARRASULLULAH diganti dengan syahadat baru yang
berbunyi: ASYHADU ALA ILAHA ILLA ALLAH WA ASYHADU ANA MASIHAL MAW'UDAR RASUL
ALLAH (lihat buku Binayah Roin , oleh
Siraj I Al QIYADAH AL ISLAMIYAH, 21 Nop. 2006, hal. 10)
2.4.
Kitab sucinya masih Al Qur’an, tetapi mereka
berkeyakinan bahwa Al Qur’an sekarang tinggal tulisan (bacaannya) yang
tertinggal sedangkan jiwa (ruhnya) sudah hilang sejak 1300 (seribu tiga ratus) tahun
yang lalu.
2.5.
Rasul Al Masih Al Mau’ud (Ahmad Mushaddeq)
diutus oleh Allah SWT untuk mengembalikan jiwa ( ruh) Al Qur’an yang telah
hilang tersebut dalam dada setiap muslim, agar hidup jiwanya. Cara kerja Al Masih Al Mau’ud sama persis
dengan Muhammad, karena petunjuk dan pedomannya juga sama yaitu Al Qur’an.
2.6.
Bila seseorang melakukan ibadah tanpa mengikuti
rasul setelah Muhammad, yaitu Al Masih Al Mau’ud maka tidak akan diterima
ibadat (Al Masih Al Mau’ud, hal. 175)
2.7.
Rasul Al Masih Al Mau’ud mewajibkan setiap
pengikutnya untuk MITSAQ (bai’at) sebagai bukti telah mengikuti rasul baru Al
Masih Al Mau’ud.
2.8.
Untuk menjadi saksi bahwa Al Masih Al Mau’ud
sebagai rasul Allah, maka mukmin harus berani mempertanggungjawabkannya kepada
manusia, bahwa dia sebagai saksi tentang kedududukan Al Masih Al Mau’ud sebagai
rasul Allah diabad ini, seperti yang dinubuwatkan oleh Al Qur’an dan hadist uhammad
tentang Al Masih yang akan datang setelah periode Muhammad Rasulullah. (Idem
hal. 186)
2.9.
Iman kepada Al Masih Al Mau’ud sebagai rasul
Allah adalah kewajiban mengikuti bimbingan dan tuntunan arah jalan yang akan
ditempuh oleh Al Masih Al Mau’ud yang berpedoman kepada ayat Al Qur’an sebagai
shirothol mustaqiem- yang diminta oleh semua orang, baik bani Israil maupun
bani Ismail, yaitu jalan lurus atau jalan kebenaran. Jadi
Al Masih Al Mau’ud akan menggunakan Al Qur’an sebagai shiroth, dan semua orang
beriman harus mengikuti Al Masih Al Mau’ud, karena Al Masih Al Mau’ud adalah
orang yang diberikan ilmu tentang Al Qur’an (wahyu) oleh Allah. Dialah menuntun manusia dengan tuntunan Al
Qur’an yang difahaminya secara konsekwen dan kontisten. (Idem hal.187)
2.10.
Setelah
mendapatkan Ruhul Qudus yang diturunkan oleh Al Masih Al Mau’ud kepada kami,
dengan ini dipermaklumkan kepada seluruh ummat manusia dari segala bangsa,
suku, ras dan segenap orang yang membaca kitab ini, bahwa kami adalah orang
yang telah bersaksi bahwa sanya Al Masih Al Mau’ud adalah rasul Allah,
sebagaimana yang telah dinubuwahkan oleh Al Qur’an didalam surat Al Juma’ah
ayat 2 dan 3 sebagai berikut :
“Dialah
yang membangkitkan dari bangsa yang Ummi seorang rosul diantara mereka, yang
membacakan ayat-ayat Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan
kepada mereka kitab dan hikmah. Dan
sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Dan
(juga) kepada bangsa yang lain dari
mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana”. (Qs. 62/2-3)
Selanjutnya
kami masing menyatakan persaksian sebagai berikut : “Aku bersaksi bahwa Tiada
Yang Haq untuk Diibadati kecuali Alloh,
dan Aku Bersaksi bahwa Anda Al Masih Al Mau’ud adalah utusan Alloh”.
2.11. Shalat
lima waktu tidak wajib karena saat sekarang
sudah kembali menjadi periode Makkah karena tidak berlakunya hukum Islam
(Al Qur’an dan Hadist).
2.12.
Yang wajib adalah qiyamul lail (shalat malam)
dan shalat waktu terbit mata hari dan waktu terbenamnya mata hari seperti yang
dilakukan oleh Rasul Muhammad SAW. Sewaktu
priode Makkah.
2.13. Orang Islam diluar kelompok mereka
dianggap kafir/jahiliiyah.
2.14. Anggota
mereka yang lalai memgerjakan shalat malam
dikenakan bayar kafarat (tebus dosa) dan
besar kafarat tersebut tergantung dari ketetapan atas mereka. (Formulir kafarat terlampir)
2.15. Wanita
muslimah boleh menikah dengan laki-laki Nasrani.
2.16. Bertasbih
: Sibuk berjuang melaksanakan intruksi Allah sebersih-bersihnya.
2.17. Kalau
ingin berbicara khusus dengan “rasulullah” maka harus mengeluarkan shodaqah
sebelum pembicaraan itu.
III. Untuk
mengembalikan jiwa (ruh) Al Qur’an yang telah
hilang 1300 tahun yang lalu tersebut, maka kelompok Qiyadah Islamiyah
mengartikan ayat-ayat Al Qur’an dengan sangat menyimpang sesuai dengan pola
pikir kelompok mereka seperti :
3.1
AL FULK ( perahu, kapal ) diartikan Al Qiyadah Al Islamiyah yang merupakan komunitas
orang-orang beriman (Jama’ah Muslim). Yang mau
naik di atas perahu (kapal) yang dibuat oleh mereka, (masuk dalam
Qiyadah Islamiyah) selamat masuk surga dan tidak mau masuk dalam Qiyadah
Islamiyah selamat masuk neraka.-
3.2
Kapal
nabi Nuh yang berlayar di lautan : Al Qiyadah Islamiyah yang sedang berjalan
(berkembang) di tengah-tengah lautan orang kafir yang ada di Indonesia untuk
menyelamatkan manusia.-
3.3
Yaumul
Qiyamah diartikan hari berdirinya agama atau hari tegak hukum agama.-
3.4
Yaumid
Dien diartikan hari menangnya hukum agama dan hancurnya musuh-musuh Islam.
3.5
Ayat
Al Qur’an yang artinya : Maka tatkala dibunyikan trompet itulah tanda-tanda
datangnya hari yang sulit : Dibunyikan trompet dimaksud tanda-tanda akan
datangnya azab yang dijanjikan itu. Tanda-tanda itu berupa hancurnya sistim
ekonomi negara yang akibatnya menimpa rakyat jelata. Akibatnya kejahatan terjadi
dimana-mana, perampokan, penjarahan, pencurian, penggelapan, kuropsi, terror, sabutase,
kebakaran, yang disengaja, banjir besar, wabah penyakit, pembunuhan sadis, bentrokan
massa, bentrokan golongan, antara suku, antara keluarga dan lain-lain
sebagainya.
3.6
Surat
Al Baqarah ayat 259 artinya :
Dikumpulkan tulang belulang dan membalutnya dengan daging : Dikumpulkan para
mujahid, sebagai tentara negara Islam dalam satu struktur yang ahsanu taqwin,
bunyanum marshus (64 :4).
3.7
Ayat
tentang shalat dan akat (surat Al Muzammil ayat 20) diartikan sebagai berikut :
“Tegakkanlah aktifitas pengabdian
kepada Allah dan tunaikan prinsip kemurnian qalbu”.
3.8
Surat
Al Qiyamah ayat 31 diartikan sebagai berikut :
“Maka dia tidak mau
membenarkan (misi Rasul, Al Masih Al Mau’ud) dan tidak beraktifitas”. (75 :31)
Khusu’ diartikan serius dan
istiqamah.
Sabar diartikan ulet pantang
menyerah dan maju terus.
IV.
Mereka berjuang ingin mendirikan negara Islam versi mereka dengan
menggunakan 6 (enam) tahap yaitu:
4.1
SIRRIN
= Gerakkan rahasia, berdakwah secara rahasia, mengaji secara rahasia, merekrut
anggota secara rahasia.
4.2
JAHRUN = Berdakwah secara terang-terangan,
mengaji secara terang-terangan, merekrut anggota secara terang-terangan, kalau
menurut perhitungan mereka sudah kuat untuk melawan kekuatan kafir.
4.3
HIJRAH
= Pindah dari Makkah ke Madinah (Indonesia ini Makkah harus hijrah ke Madinah)
untuk berdirinya ibu Kota Negara yang mereka selalu sebut UMMUL QURA’.
4.4
QITAL
= Perang terbuka dengan orang kafir demi kemenangan negara Islam.
4.5
FUTUH
= Menang dari dari peperangan melawan orang kafir .
4.6
KHILAFAH
= Bentuk pemerintahan Negara Islam versi mereka. Setelah pemerintah negara
Islam terbentuk khalifah, barulah berlakunya hukum Islam versi mereka.
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan data-data yang dikemukakan di atas,
maka kelompok Al Qiyadah Al Islamiyah ini jelas-jelas sudah murtad karena
mereka telah mengganti syahadah mereka dari ASYHADU ALLA ILAHA ILLA ALLAH WA
ASYHADU ANNA MUHAMMADDARRASULLULAH diganti dengan syahadat baru yang berbunyi:
ASYHADU ALA ILAHA ILLA ALLAH WA ASYHADU ANA MASIHAL MAW'UDAR RASUL ALLAH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar