CV MIRZA GHULAM AHMAD
Oleh M. Amin Djamaluddin
Pendiri
Ahmadiyah bernama lengkap Mirza Ghulam Ahmad bin Mirza Ghulam Murtadza bin
‘Atha Muhammad bin Gull Muhammad. Kata Mirza adalah nama keluarga atau fam.
Dalam fam ini ada yang masuk Ahmadi-yah, tapi banyak juga yang menentang
Ahmadiyah. Kata Ghulam berasal dari Bahasa Urdu yang artinya Hamba/Pembantu/Budak.
Kata Ahmad diambil dari nama kedua bagi Nabi Muhammad SAW. Dan kata Qadiyani
dipakai karena dia berasal dari kota Qadiyan yang terletak di Negara India.
Jadi, arti dari nama Mirza Ghulam Ahmad adalah hambanya /pembantunya/budaknya
Ahmad. Nama bapaknya adalah Mirza Ghulam
Murtadza, dan arti dari nama itu juga adalah hambanya/pembantunya/budaknya Ali
al-Murtadza (Imam Ali ra.). Dan nama
kakak kandung Mirza Ghulam Ahmad adalah Ghulam Qadir yang memiliki arti,
hambanya/pembantunya/budaknya Abdul Qadir Jaelani ra. Dengan demikian, istilah
‘pembantu mimpi jadi majikan’ cocok untuk Mirza Ghulam Ahmad Qadiyani.
KELAHIRAN MIRZA GHULAM AHMAD
Mirza Ghulam Ahmad dilahirkan di kota Qadiyan,
Distrik (Kabupaten) Gurdaspur, Propinsi Punjab, India. Adapun mengenai tahun
kelahirannya, ada beberapa versi berbeda, yaitu: (a) Menurut Mirza Ghulam
Ahmad, dia dilahirkan pada tahun 1839 atau 1840 M. Saat itu adalah akhir zaman
Pemerintahan Sikh. (Dia mengaku) pada tahun 1857 M dia (Mirza Ghulam Ahmad)
berumur 16 tahun, dan jenggot serta kumisnya belum tumbuh. (Kitabul Bariyah
hal. 159, Ruhani Khazain Jilid 13 hal. 177). (b) Menurut Mirza Ghulam Ahmad,
dia dilahirkan pada tahun 1845 M. (Taryaqul Qulub hal. 68). (c) Menurut
anaknya, Mirza Ghulam Ahmad lahir pada tahun 1836 atau 1837 M. (Siratul Mahdi
Jilid 2 hal. 150). (d) Menurut anaknya, Mirza Ghulam Ahmad lahir pada tanggal
13 Pebruari 1835 M bertepatan dengan tanggal 14 Syawal 1250 H, yaitu pada hari
Jum’at. (Siratul Mahdi Jilid 3 hal. 76). (e) Menurut anaknya, Mirza Ghulam
Ahmad lahir pada tahun 1831 M. (Siratul Mahdi Jilid 3 hal. 74). (f) Menurut
anaknya, Mirza Ghulam Ahmad lahir pada tanggal 17 Februari 1832 M. (Siratul Mahdi
Jilid 3 hal. 302). (g) Menurut anaknya, Mirza Ghulam Ahmad lahir pada tahun
1833 atau 1834 M. (Siratul Mahdi Jilid 3 hal. 194).
Dengan banyaknya versi tentang tahun kelahiran
Mirza Ghulam Ahmad, tentunya menjadi tidak lazim karena hampir setiap tahun mulai
dari tahun 1831 s/d 1840 dan 1845 Mirza Ghulam Ahmad dilahirkan. Hal itu
terjadi karena klaim Mirza Ghulam Ahmad mendapat ilham dan mukjizat yang
berkaitan erat dengan umurnya sendiri. Ketika tidak ada kecocokkan antara ilham
dan mukjizat yang diterima oleh Mirza Ghulam Ahmad dengan usia hidupnya, maka
tahun kelahirannya tidak menetapkan secara pasti. Tujuannya agar para pengikut
Ahmadiyah mempercayai ilham dan mukjizat yang Mirza Ghulam Ahmad terima sebagai
sebuah kebenaran, sebagaimana keyakinan mereka terhadap kenabian Mirza Ghulam
Ahmad dan ajarannya.
SILSILAH KETURUNAN MIRZA GHULAM AHMAD
Setiap anak adam yang dilahirkan ke muka bumi ini
memiliki silsilah keturunan masing-masing. Meskipun semuanya berasal dari satu
bapak yaitu Nabi Adam as., tapi karena tersebar di seluruh pelosok bumi maka
masing-masing memiliki garis keturunan sesuai dengan tempat dia dilahirkan.
Seorang anak adam tentunya hanya memiliki satu garis keturunan. Tapi, lain
halnya dengan Mirza Ghulam Ahmad, terdapat beberapa sumber yang menyatakan
garis keturunan yang berbeda-beda, di antaranya: (a) Pada tahun 1900, Mirza
mengaku bahwa dia adalah keturunan Mughal, Berlas (Kerajaan Mughal) yang datang
dari kota Samarkand (dulu negara bagian Uni Soviet). (Kitabul Bariyah hal.
134). (b) Mirza Ghulam Ahmad mengaku bahwa dia adalah keturunan Farsi (Persia)
atau sekarang Iran. (Kitabul Bariyah hal. 135). (c) Pada tahun 1901, Mirza
Ghulam Ahmad menulis bahwa dia adalah keturunan Syekh Habib/Bani Fatimah, dan
juga dari keturunan Israel (Bani Israel). (Eik Ghalti Ka Izalah hal. 16). (d)
Pada tahun 1902, Mirza mengaku bahwa nenek moyangnya berasal dari perbatasan
Cina. (Tuhfah Golarwiyah hal. 40).
KELUARGA MIRZA GHULAM AHMAD
Keluarga Mirza Ghulam Ahmad adalah ahli dalam
bidang pengobatan tradisional, yakni Tabib/Hakim. Nenek moyang Mirza
mendapatkan banyak hadiah berbentuk rumah-rumah mewah dan sawah-sawah dengan
luas ratusan hektar serta perhiasan yang mahal, karena pengobatan mereka dapat
menyembuhkan para Raja, Petinggi, dan Pejabat Pemerintah waktu itu. Tapi, pada
tahun 1800-an, harta-harta tersebut diambil alih oleh Pemerintah Sikh di
Propinsi Punjab (sewaktu Maha Raja Ranjeet Singh merebut wilayah Punjab dan
mendirikan Pemerintahan Sikh, sebelum Penjajah Inggris masuk dan menguasai
penuh seluruh wilayah India). Atas kejadian ini, Gull Muhammad, kakek buyut
Mirza Ghulam Ahmad bunuh diri dengan meminum racun.
Pada saat Mirza Ghulam Ahmad masih kecil,
bapaknya yakni Mirza Ghulam Murtadza sering bolak-balik ke pengadilan supaya
bisa mendapatkan kembali harta kekayaan warisan dari kakek-kakeknya. Tapi tidak
berhasil, dan harta-harta lainnya yang pernah dikumpulkan pada masa lalu
akhirnya habis juga. Sedangkan penjajah Inggris memandang kesetiaan keluarga
Mirza Ghulam Murtadza kepada mereka, sehingga mereka menetapkan uang pensiun
untuk Mirza Ghulam Murtadza.
PENDIDIKAN MIRZA GHULAM AHMAD
Mirza tidak pernah menerima pendidikan formal di
sekolah atau madrasah, tapi ada beberapa guru yang datang ke rumahnya untuk
mengajar (privat). Mirza Ghulam Ahmad mempelajari beberapa buku dalam bahasa
Urdu, Persia, dan Arab. Sewaktu masih kecil, Mirza suka bermain bersama
teman-teman seusianya, dengan segala kekurangan, kepolosan, dan kenakalan
layaknya seorang anak dan tidak ada satu keistimewaan apapun dari masa kecilnya.
Bahkan, kebanyakan cerita masa kecilnya yang dapat kita temukan dalam buku
SIRATUL MAHDI yang ditulis oleh anaknya sendiri, membuktikan bahwa dia itu
adalah seorang yang bodoh dan tolol sejak kecil.
PENYAKIT-PENYAKIT YANG DIDERITA MIRZA GHULAM AHMAD
Mirza Ghulam Ahmad mengklaim dirinya sebagai
Nabi, Rasul, dan hal-hal konyol lainnya. Hal itu lebih diakibatkan karena dia
mempunyai penyakit syaraf yang dikenal dengan nama malikholia/melancholy, serta
komplikasi dari beberapa penyakit yang dideritanya. Di bawah ini beberapa
tulisan dalam buku-buku karangan Mirza sendiri, buku-buku yang ditulis oleh
anak-anak Mirza, dan buku-buku resmi Ahmadiyah lainnya. Isinya men-ceritakan
tentang penyakit yang Mirza derita, di antaranya adalah: (1) Saya (Mirza Ghulam
Ahmad) menderita dua penyakit, satu di tubuh bagian atas, yakni sakit kepala
yang datang terus menerus, pusing, kaki dan tangan menjadi dingin karena
ter-hambatnya sirkulasi darah, urat nadi menjadi lemah. Sedangkan penyakit yang
kedua ada di tubuh bagian bawah, yakni buang air kecil berulang kali dan sering
buang air besar. Mirza berkata, “Saya menderita kedua penyakit ini sejak 20
tahun yang lalu.” (Nasime Da’awat hal. 171). (2) Saya (Mirza Ghulam Ahmad)
adalah orang penyakitan (sering sakit-sakitan). Saya sering sakit kepala,
pusing, susah tidur, dan menderita penyakit sawan (convulsion). Penyakit
lainnya adalah penyakit gula (diabetes) yang sudah lama saya derita, serta
sering buang air kecil sampai 100 kali dalam sehari, be-gitu pula pada malam
harinya. Akibatnya, saya menjadi lemas karena penyakit-penyakit ini. (Dzamimah
Arbain hal. 3). (3) Saya menderita sakit kapala yang sangat hebat. Jika buang
air besar sambil jongkok, saya merasa pusing sekali. (Khuthuth Imam Benam
Ghulam hal. 6). (4) Tidak ada waktu berlalu tanpa merasa pusing. Sudah lama
saya (Mirza Ghulam Ahmad) shalat sambil duduk, dan sering juga membatalkan
shalat karena sakit dan sering buang angin (angin dari perut) ketika sedang
duduk. (Maktubate Ahmadiyah Jilid 5 No. 2 hal. 88). (5) Saya (Mirza Ghulam
Ahmad) menderita dua penyakit, satu pada tubuh bagian atas dan satu lagi pada
tubuh bagian bawah, yakni miraaq/penyakit syaraf dan sering buang air kecil.
(Tasykhizul Azhan, Juni 1906). (6)
Menurut Dr. Mir Muhammad Ismail (tokoh Ahmadiyah), Hadzrat Masih Mau’ud sering
mengatakan bahwa dirinya mempunyai penyakit hysteria, dan kadang dia mendapat
serangan miraaq/penyakit syaraf. (Siratul Mahdi hal. 55). (7) Gigi Mirza banyak
yang sudah hancur, sehingga dia sering
sakit gigi. (Siratul Mahdi Jilid 2 hal. 125). (8) Pada musim panas,
kulit kakinya sering pecah-pecah. (Siratul Mahdi hal. 125). (9) Rambut Mirza
mulai beruban pada usia 30-an, dan akhirnya memutih semua. (Dzikre Habib hal.
38).
ILHAM-ILHAM DAN RAMALAN-RAMALAN MIRZA GHULAM
AHMAD
YANG BERISI KEBOHONGAN DAN KEDUSTAAN
Mirza Ghulam Ahmad mengklaim telah menerima wahyu
dari Allah SWT yang biasa dikirim melalui malaikat bernama Teci Teci. Untuk
menguatkan pengakuannya, Mirza Ghulam Ahmad mengumumkan berbagai ilham,
ramalan-ramalan, dan mukjizat-mukjizat untuk membuktikan kebenaran dirinya.
Tapi, sering pula dia mengeluarkan kata-kata bias atau rancu dalam ramalannya,
hal ini dimaksudkan agar orang mudah percaya dan seandainya suatu saat nanti
ramalannya tidak terbukti, dia masih bisa mengelak dengan memberikan berbagai
alasan untuk membohongi para pengikut dan masyarakat lainnya.
Kasus Mirza tidak jauh berbeda dengan kasus Lia
Aminuddin, yang juga mengaku dirinya sebagai Penjelmaan Malaikat Jibril dan
sebagai Siti Maryam, serta mempunyai seorang Imam Mahdi, dan mengklaim bahwa
anaknya adalah Isa Ibnu Maryam. Tidak jauh berbeda pula dengan Ahmad Mushaddeq
yang mengklaim bahwa dirinya menerima wahyu dan diangkat sebagai Nabi oleh
Allah SWT. Berita dan kisah kedua orang ini sering kita baca di koran-koran
harian dan di majalah-majalah mingguan maupun bulanan. Sayangnya, Lia Aminuddin
dan Ahmad Mushaddeq tidak mempunyai “sponsor” yang kuat, yang bisa membantu
mereka untuk mencapai tujuannya, sebagaimana yang dimiliki oleh Mirza Ghulam
Ahmad, yaitu Pemerintah Inggris. Sejak
Mirza Ghulam Ahmad memproklamirkan diri sebagai Nabi dan Rasul, lalu membentuk
Jemaat Ahmadiyah, dia dibantu oleh Inggris sampai saat ini. Bahkan, Pusat
Jemaat Ahmadiyah sekarang berada di kota London, Inggris.
Lia Aminuddin dan Ahmad Mushaddeq dengan mudah
ditangkap, ditahan, dan dijatuhi hukuman dalam kasus Penodaan dan Penistaan
Agama. Tapi, Ahmadiyah tidak bisa disentuh oleh hukum lebih disebabkan karena
adanya pengaruh dan intervensi dari pihak luar, khususnya dari Negara Inggris,
Amerika, Jepang, Jerman, PBB, dan negara lainnya. Ketika Mirza Ghulam Ahmad
pada masa hidupnya dimusuhi dan diancam akan dibunuh oleh masyarakat setempat,
dia dilindungi oleh Pasukan Inggris. Bahkan, sampai sekarang Jemaat Ahmadiyah
dan Khalifah-khalifahnya dilindungi dan dibantu oleh Pemerintah Inggris dan
Amerika. Mirza Ghulam Ahmad pernah menyatakan bahwa, “Untuk mengetahui
kebenaran dan kebohongannya, tidak ada ujian yang lebih baik selain pembuktian
pengakuan-pengakuan dan ilham-ilhamnya.” (yakni kalau ingin melihat kebenaran
Mirza Ghulam Ahmad, maka lihatlah ilham-ilhamnya dan pengakuan-pengakuannya
yang akan menjadi kenyataan). (Aiena
Kamalate Islam hal. 288).
Pengakuan-pengakuan dan ilham-ilham Mirza Ghulam
Ahmad terhitung mulai dari tahun 1882 sampai dengan tahun 1908 (+ selama 26
tahun) ada banyak sekali, bahkan ada beberapa di antaranya yang dia (Mirza
Ghulam Ahmad) sendiri mengakui bahwa dia tidak tahu artinya.
Pengakuan-pengakuan dan ilham-ilham yang kami kutip berikut ini hanya sebagian
kecil saja yang pernah juga dimuat di koran-koran setempat, bahkan menjadi
bahan tertawaan masya-rakat pada saat Mirza Ghulam Ahmad masih hidup. Dengan
adanya kutipan ini, diharapkan masyarakat bisa menilai sendiri kebenaran dan
kebohongan Mirza Ghulam Ahmad Qadiyani dan Jemaat Ahmadiyah.
RAMALAN TENTANG ANAK LAKI-LAKI
Salah satu ilham Mirza Ghulam Ahmad adalah:
“Tuhan akan mengaruniai saya seorang anak laki-laki yang mempunyai sifat-sifat
Ilahiah (sifat-sifat Qudus), namanya adalah Imanuel dan Bashir. Anak ini akan
menjadi pembela tahanan (yang tidak berdosa/orang-orang yang tertindas) dan dia
akan mendapat popularitas sampai ke ujung dunia.” Mirza menulis lebih dari satu
halaman tentang sifat-sifat anak ini. Ditulis pula bahwa anak ini adalah
Mazhharul Awwal wal Akhir (Penjelmaan yang Pertama dan yang Terakhir),
Mazhharul Haq wal Ula (Penjelmaan Kebenaran dan Keutamaan), Qamarul Anbiya
(Bulan para Nabi), serta dia menulis juga bahwa anak ini adalah sama seperti
kaanallaahu nazala minas sama’a (Tuhan
sendiri yang turun dari langit). Yakni sifat-sifat anak ini sama dengan
sifat-sifat Tuhan. (Majmu’a Isytiharat, hal. 10, 11, 12). Apa yang terjadi
dengan ilham ini sungguh luar biasa dan di luar dugaan Mirza Ghulam Ahmad. Pada
tanggal 20 Februari 1886 Mirza mengumumkan tentang anaknya yang akan lahir
dengan sifat-sifat di atas, yang pada saat itu istri keduanya sedang hamil.
Mirza sering mengatakan bahwa anak laki-lakinya akan lahir dari kehamilan ini,
tapi kadang dia juga mengatakan bahwa kemungkinan anaknya akan lahir dari
kehamilan yang lain. Tapi, pengikut Mirza dan dia sendiri percaya bahwa anak
laki-lakinya itu akan lahir dari kehamilan sekarang ini, seperti yang dia tulis
dalam bukunya yang berjudul Haqiqatul Wahyi hal. 135. Para pengikut Mirza dan
begitu pula musuh-musuhnya sedang menunggu kelahiran anak itu. Akhirnya waktu
yang ditunggu-tunggu telah tiba, anak Mirza lahir pada tanggal 15 April 1886,
tapi bukan anak laki-laki melainkan anak perempuan. Dengan kejadian ini,
musuh-musuh Mirza mem-buat maklumat dan menulis artikel yang isinya menghina
Mirza habis-habisan atas kesalahan ilhamnya. Mirza pun membalasnya dengan kata-kata kotor (yang
tidak layak diucapkan oleh ‘seorang Nabi’), yang intinya bahwa dia tidak pernah
mengatakan anak itu akan lahir dari kehamilan ini. Beberapa hari kemudian, anak
perempuan itu meninggal dunia. Setelah lebih dari setahun, istri Mirza hamil
lagi. Sekarang, Mirza tidak berani mengeluarkan ilham tentang anaknya ini.
Lalu, pada tanggal 7 Agustus 1887 Mirza membuat maklumat dengan judul ‘Berita
Gembira’ bahwa telah lahir seorang anak laki-laki. Anak inilah yang akan
mempunyai sifat-sifat Ilahiyah. Dia juga mengatakan bahwa ilham dari Allah SWT
tentang anak laki-lakinya yang pernah dia umumkan beberapa waktu yang lalu
telah menjadi kenyataan. Kemudian Mirza menamai anaknya Bashir sesuai ilham
yang diterimanya. Tapi sayang, anak ini wafat ketika berusia 16 bulan, tepatnya
pada 4 November 1888. Dengan demikian, ilham Mirza tidak terbukti untuk kedua
kalinya, sehingga para musuh Mirza menghinanya dengan sepuas-puasnya. Kemudian,
pada 1 Desember 1888 Mirza membuat maklumat dan meralat pengakuan sebelumnya,
“Saya keliru tentang ilham yang saya peroleh dari Allah SWT tentang anak saya,
dan ini adalah kekeliruan ijtihadi, dan kekeliruan ijtihadi seperti ini pernah
dilakukan juga oleh Nabi-nabi yang terdahulu.” (Majmu’a Isytiharat, hal.
16-39). Mirza mengatakan bahwa anaknya yang dijanjikan oleh Allah SWT akan
lahir pada masa yang akan datang. Ternyata, Mirza dikaruniai lagi seorang anak laki-laki
pada akhir Juni 1899 dan diberi nama Mubarak Ahmad. Lalu Mirza membuat maklumat
bahwa anak inilah yang dimaksud dalam ilham yang pernah dia umumkan pada 20
Februari 1886. (Taryaqul Qulub, hal. 40, 44). Mirza merasa senang sekali atas
kelahiran anak ini. Kemudian Mirza menikahkan anaknya itu saat dia baru
menginjak usia 8 tahun, dengan alasan supaya anak itu tidak menjadi anak nakal
seperti kakak-kakaknya. Tapi sayang, ketika anak itu dinikahkan, malaikatul
maut datang untuk menjemputnya pada tanggal 16 Desember 1907. Setelah kematian
anak ini, Mirza sudah tidak punya nyali lagi untuk meralat pernyataannya. Dan
setelah 8 bulan tepatnya pada bulan Mei 1908, Mirza sendiri yang menyusul
anaknya menghadap pengadilan Allah yang Maha Adil. Kisah ini tidak selesai sampai
di sini, masih ada kelanjutannya. Pada bulan Januari 1944, Mirza Basyirudin
Mahmud Ahmad, Khalifah Kedua (yang mengaku dirinya mempunyai derajat yang sama
seperti Khalifah Nabi Muhammad SAW, Umar bin Khattab ra.) mengumumkan bahwa
maksud dari ilham Mirza Ghulam Ahmad Qadiyani yang pernah diumumkan pada
tanggal 20 Februari 1886 tentang seorang anak laki-laki yang dijanjikan, yang
akan menjadi seperti kaanallahu nazala minas sama’a, itu adalah dirinya. Inilah
kehebatan seorang Khalifah Ahmadiyah, dia lebih tahu tentang anak yang dimaksud
oleh Nabinya, sedangkan Nabinya sendiri tidak mengetahui siapa anak yang
dimaksud. Dari pengakuan Mirza dan Khalifahnya kita bisa menilai tentang Mirza
Ghulam Ahmad Qadiyani bahwa dia adalah salah satu di antara orang-orang yang
terhina seperti Musailamah al-Kadzdzab di muka bumi ini. (dikutip dari buku
Jejak Hitam Sang Pendusta dan Pengkhianat Agama Mirza Ghulam Ahmad Qadiyani
& Fakta Penghinaan Ahmadiyah Terhadap Agama. Dapatkan segera di toko-toko buku terdekat di kota Anda, harganya Rp 50.000,- setebal 318
halaman. Buku ini berisi tentang kehidupan Mirza Ghulam Ahmad dan hal-hal yang
berkaitan dengan dirinya, mulai dari ketololannya, penyakit-penyakit yang
dideritanya dan ramalan-ramalan kosongnya dan lain-lain).
sangat menarik, bermanfaat dan berkualitas info yang disajikan, terimakasih
BalasHapusSelaput Dara Buatan
Obat Perangsang
Viagra USA Obat Kuat Pria
Bio Slim Herbal
Obat Mata Herbal
Perangsang Wanita
Obat Perangsang Cair
Perangsang Sex Drops
Semenax Penyubur Sperma
Vagina Tabung
Vagina Center
Boneka Seks Full Body Cantik
Vagina Pinggul
Alat Bantu Sex Pria
Vagina Elektrik
Penis Elektrik
Penis Tempel
Penis Manual
Penggeli Vagina
Penggemuk Badan
Cialis Obat Perkasa
Meizitang Obat Diet Alami
Quick Slim Penurun Berat Badan
Obat Peninggi Grow Up USA
Celana Hernia
Vigrxplus Pembesar Vital
Herbal Slim Peluntur Lemak
Pelangsing Lida
Vakum Penis
Alat Pembesar Penis
Pembesar Payudara
vimax canada Pembesar Penis Alami