PENODAAN AGAMA DALAM BUKU 40
MASALAH SYIAH
KARYA EMILIA RENITA AZ DAN
JALALUDDIN RAKHMAT PENERBIT: IJABI
BEKERJA SAMA DENGAN THE JALAL
CENTER DAN BULETIN AL-TANWIR
Oleh M. Amin
Djamaluddin
I. Kutipan
dari buku 40 Masalah Syiah
Kutipan
:
1. ‘Adalah semua
sahabat bertentangan dengan al-Qur`an.
Di dalam al-Qur`an ada banyak ayat
yang mengecam sahabat-sahabat Nabi saw. Sebuah surat turun khusus
untuk membongkar dan mengecam para sahabat Nabi saw. Kita menyebutnya Surat
al-Tawbah. Ibnu Abbas menyebut surat ini dengan Al-Fadhihah (artinya
yang membongkar kesalahan atau keburukan), karena “tidak henti-hentinya turun wa
minhum: sehingga kami mengira tidak akan tersisa di antara kami yang tidak
disebut di dalamnya”.
Ibn ‘Umar
menyebut surat ini Al-Muqasyqisyah -yang menyapu habis. “Di zaman Nabi
saw, surat al-Barah ini kami sebut surat Al-Mu’abbirah – yang
mengungkapkan, karena surat ini
membeberkan rahasia orang banyak,” kata Muhamad bin Ishaq. Ibnu ‘Umayr
menyebutnya Al-Munaqqirah, membongkar kesalahan (Al-Suyuthi, Tafsir
al-Durr al-Mantsur 119-121). (40 Masalah Syiah, hal. 76-78).
Kutipan
2.
‘Adalah Semua
Sahabat Bertentangan dengan Sunnah.
Di
bawah ini diturunkan pernyataan Nabi saw berkenaan dengan para sahabatnya.
Sebelumnya, marilah kita perhatikan pernyataan Tuhan tentang kebanyakan sahabat
Nabi saw: Mereka bersumpah dengan nama Allah bahwa mereka tidak mengucapkan
sesuatu pun (yang buruk), padahal sebenarnya mereka telah mengucapkan fitnah,
dan mereka mengatakannya setelah mereka memeluk Islam, dan mereka merencanakan
maksud jahat yang tidak dapat mereka lakukan. Dendam mereka ini adalah balasan
mereka atas karunia yang telah Allah serta RasulNya berikan kepada mereka! Jika
mereka bertaubat itulah yang terbaik buat mereka; tetapi jika mereka berpaling,
Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan mereka tidak mempunyai penolong di muka bumi ini (Al-Tawbah 74). “Sebagian besar di antara mereka
adalah orang-orang fasik” (Al-Hadid 16). (40
Masalah Syiah, hal. 80)
Kutipan :
3. Diriwayatkan dari
Al-Musayyab bahwa dia bertemu dengan Al-Barra bin Azib dan berkata kepadanya:
Semoga engkau hidup sejahtera. Engkau beruntung karena menjadi sahabat Nabi saw
dan berbaiat kepadanya di bawah pohon (Al-Hudaybiyah). Mengenai hal ini,
Al-Barra berkata: Wahai keponakanku, engkau tidak tahu bahwa kami telah
mengubah-ubah agama sepeninggalnya (Shahih al-Bukhari 5:488) (40 Masalah
Syiah hal. 81)
Kutipan
:
4. Pada persitiwa
Perjanjian Hudaybiyah, Nabi bermaksud berdamai dengan orang-orang Mekah, tetapi
sahabat-sahabat yang sama menentangnya. Bahkan mereka meragukan kenabian Nabi
Muhammad saw. (40 Masalah Syiah hal. 82)
Kutipan
:
5. Dalam menjelaskan
Al-Isra 60 “Dan kami tidak menjadikan mimpi yang telah kami perlihatkan
kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia (dan begitu pula) pohon kayu
terkutuk dalam al-Qur`an…” para mufassirin menjelaskan bahwa al-syajarah
al-mal’unah atau pohon yang terkutuk adalah anak-cucu Marwan yang tampak
dalam mimpi Rasulullah saw sebagai kera. Mereka mengerubungi mimbar Rasulullah
saw. Setelah mimpi itu Rasulullah saw tidak pernah lagi tersenyum sampai akhir
hayatnya (Al-Tafsir al-Kabir 20:237; Al-Jami li Ahkam al-Qur`an 10:281-286;
Ruh al-Ma’ani 15:105) (40 Masalah Syiah hal. 89)
Kutipan
:
6. ”Apa hubungan antara Ulil Amr dengan kemaksuman? Al-Fakhr
al-Razi menulis, ”Sesungguhnya Allah swt memerintahkan ketaatan kepada Ulil Amr dengan
sangat tegas (’ala sabil al-jazmi) dalam ayat ini. Barang siapa yang
diperintahkan Allah swt untuk ditaati dengan sangat pasti, tidak bisa tidak ia
harus maksum atau terpelihara dari segala kesalahan dan dosa. Jika ia tidak
maksum dari kesalahan, kita bisa memperkirakan bahwa ia akan mungkin
memerintahkan yang salah. Dengan begitu salahlah yang memerintahkan....Sudah
terbukti, bahwa Allah swt memerintahkan kita untuk mentaati Ulil Amr secara
sangat tegas karena itu terbuktilah bahwa semua orang yang wajib ditaati
berdasarkan perintah Allah swt yang tegas wajib terpelihara dari segala
kesalahan. Dengan begitu bisa kita tetapkan dengan pasti bahwa Ulil Amri yang
disebutkan dalam ayat ini tidak bisa tidak harus maksum” (Al-Tafsir
Al-Kabir; 10: 144), (40 Masalah Syiah, hal. 94-95).
Kutipan
:
7.
Rukun Iman dan Rukun Islam itu
adalah hasil perumusan para ulama. Di kalangan Ahlussunnah, misalnya, rukun
iman didasarkan hanya pada satu hadis dari Umar bin Khathab dalam Shahih
al-Bukhari. Jika semua hadis tentang iman dan Islam dikumpulkan bisa jadi orang
memperoleh perumusan yang berbeda.
Orang Syiah
mempunyai perumusan rukun iman dan rukun Islam yang berbeda; bukan karena
perbedaan aqidah, tetapi karena perbedaan penamaan saja. Berikut ini sebagian
dari perumusan ulama Syiah:
Rukun
Iman
1.
Tawhid
(percaya keesaan Allah yang mutlak)
2.
‘Adalah (percaya
kepada keadilan ilahi)
3.
Nubuwah (Kenabian,
termasuk pada kitab-kitab yang dibawa para Nabi dan malaikat yang
menurunkannya)
4.
Imamah (percaya
pada para imam setelah Nabi saw)
5.
Al-Ma’ad (percaya
pada hari akhir)
Rukun
Islam
1.
Shalat
2.
Puasa
3.
Zakat
4.
Khums
5.
Haji
6.
Jihad
7.
Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar
8.
–
9.
Tawalla (membenci
apa yang dibenci Rasul saw dan Ahlulbaitnya)
10. Tabarra (mencintai apa yang dicintai
Rasul saw dan Ahlulbaitnya)
11. Amal Saleh (40 Masalah Syiah hal. 121-122).
Kutipan :
8.
Tuduhan : Syiah itu musyrik
karena menyebutkan bahwa dunia dan akhirat kepunyaan para Imam padahal ini
bertentangan dengan al-Qur`an.
Jawaban :
“Sesungguhnya dunia dan akhirat adalah kepunyaan Imam, dia boleh meletakkannya
dimana dikehendakinya dan memberikan kepada sesiapa yang dikehendakinya. Itu
adalah satu kebenaran dari pihak Allah kepadanya (Al-Kafi 1:409)
Dalam Kitab
yang dirujukinya, riwayat itu berbunyi sebagai berikut : “Hai Abu Muhammad,
tidakkah engkau ketahui bahwa sesungguhnya dunia dan akhirat adalah kepunyaan
Imam, dia boleh meletakannya dimana dikehendakinya dan memberikan kepada
sesiapa yang dikehendakinya, Semua itu dengan izin Allah. Hai Abu
Muhammad sesungguhnya Imam tidak tidur satu malam pun kecuali Allah mempunyai
hak di atas kuduknya dan Ia akan menuntut hak itu daripadanya.” (40 Masalah
Syiah hal. 123-124)
Kutipan :
9.
Tuduhan : Imam Syiah
mengetahui apa yang di langit.
Jawaban :
“Sesungguhnya aku mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. Aku mengetahui
apa yang di syurga dan di neraka. Aku mengetahui perkara yang berlalu dan
perkara yang akan datang” Ucapan di atas adalah ucapan Imam Ja’far as Shadiq,
yang telah dibuang kalimat yang sangat penting yaitu : “Sesungguhnya aku
mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. Aku mengetahui apa yang di
syurga dan di neraka. Aku mengetahui perkara yang berlalu dan perkara yang akan
datang”, kemudian (Imam Ja’far) berhenti sebentar karena ia melihat ucapan itu
sangat berat bagi orang yang mendengarnya. Ia berkata: Aku mengetahui yang
demikian dari Kitabullah Azza wa jalla. Sesungguhnya Allah Azza wa jalla
berfirman: Dan Kami turunkan Al-Kitab kepadamu untuk penjelasan segala
sesuatu.” (40 Masalah Syiah hal. 125-126)
II. Kutipan dari Buletin al-Tanwir; Buletin
Dakwah Mesjid Al-Munawwarah – Yayasan Muthahhari Nomor 298, Edisi Khusus
Asyura: 27 Desember 2009 /10 Muharram
1431 H yang diterbitkan atas kerjasama IJABI JABAR DAN SULAWESI SELATAN –
YAYASAN MUTHAHHARI
Jalaluddin
Rakhmat menuduh para sahabat merubah-rubah agama Islam sepeninggal Rasulullah
Saw.
“Kata Hasan
Al-Bashri, “Sekiranya Rasulullah Saw hari ini datang kepada kita, Rasulullah
sudah tidak mengenal agamanya lagi kecuali kiblatnya saja.” Artinya, pada zaman
itu sudah terjadi perubahan-perubahan dalam agama. Zaman ini terjadi kira-kira
masih pada pertengahan abad pertama hijrah. Zaman yang masih relatif pendek setelah
Nabi Saw meninggal dunia.” (Buletin Al-Tanwir hal. 3)
“Ada seorang
sahabat lain yang namanya Al-Bara’ bin Azib. Ia dipuji orang: Beruntung engkau
sempat berjumpa dengan Nabi Saw. Kata Al-Bara’, ”Boro-boro beruntung, kamu
tidak tahu bahwa kami sudah mengubah-ubah agama sepeninggal Nabi.” Itu kata
Al-Bara’, seorang sahabat yang jaraknya dengan Rasulullah Saw, masih sangat
dekat. Jadi sepeninggal Nabi, agama sudah banyak berubah.” (Buletin Al-Tanwir
hal. 3)
”Di dalam Shahih
Bukhari dan juga dalam Shahih Muslim, Nabi bercerita tentang hari
kiamat. ”Nanti pada hari kiamat -kata Rasulullah- aku akan menunggu di telaga
al-Kautsar, kemudian datanglah kepadaku serombongan orang yang mengenalku dan
aku mengenal mereka. Begitu dekat tiba-tiba mereka ditarik lagi dan aku
berteriak, ”Ini sahabatku, ini sahabatku’. Lalu dikatakan kepadaku: Kamu tidak
tahu bahwa mereka sudah mengubah-ubah agama sepeninggalmu.” Lalu Rasulullah Saw
bersabda; ”Semoga dijauhkan dari kasih sayang Allah buat orang-orang yang
mengubah-ubah agama sepeninggalku.” (Buletin Al-Tanwir hal. 4)
”Masih
dalam Shahih Bukhari diriwayatkan
oleh beberapa sahabat lain, diantaranya ialah Abu Hurairah. Abu Hurairah
berkata : Ketika sahabat-sahabat itu digiring dijauhkan, Rasulullah bertanya,
”Mau dibawa ke mana itu sahabatku?” Ke neraka jawabnya. Lalu dikatakan kepada
Rasulullah Saw: ”Tidak henti-hentinya mereka itu murtad meninggalkan agama kamu
setelah engkau meninggalkan mereka.” Innahum lam yazaaluu murtaddiin ’ala
a’qabihim mundzu faaraqtahum. Rasulullah sangat sedih, bahwa sahabatnya
akan murtad sepeninggal dia.” (Buletin al-Tanwir hal. 4)
Jika ditelaah buku 40 Masalah
Syiah yang ditulis oleh Emilia Renita AZ dan editornya Jalaluddin Rakhmat
yang diberikan kepada seluruh anggota IJABI sebagai pedoman dakwah mereka dan
juga Buletin Al-Tanwir;: maka materi buku dan buletin tersebut telah menodai
Agama Islam dan sudah melanggar UU No.1/PNPS/1965 tentang Pencegahan
Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama Pasal 1, 2, 3, 4 dan 5.
Pasal 1
Setiap orang dilarang dengan sengaja
di muka umum menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum, untuk
melakukan penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di Indonesia atau
melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan
keagamaan dari agama itu; penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari
pokok-pokok ajaran agama itu.
Pasal 2
(1)
Barangsiapa melanggar
ketentuan tersebut dalam pasal 1 diberi perintah dan peringatan keras untuk menghentikan
perbuatannya itu di dalam suatu keputusan bersama Menteri Agama, Menteri/Jaksa
Agung dan Menteri Dalam Negeri.
(2)
Apabila pelanggaran tersebut
dalam ayat (1) dilakukan oleh organisasi atau sesuatu aliran kepercayaan, maka
Presiden Republik Indonesia dapat membubarkan organisasi itu dan menyatakan
organisasi atau aliran tersebut sebagai organisasi/aliran terlarang, satu dan
lain setelah Presiden mendapat pertimbangan dari Menteri Agama, Menteri/Jaksa
Agung dan Menteri Dalam Negeri.
Pasal 3
Apabila, setelah dilakukan tindakan
oleh Menteri Agama bersama-sama Menteri/Jaksa
Agung dan Menteri Dalam Negeri atau Presiden Republik Indonesia menurut
ketentuan dalam Pasal 2 terhadap orang, organisasi atau aliran kepercayaan,
mereka masih terus melanggar ketentuan-ketentuan dalam Pasal 1, maka orang,
penganut, anggauta dan/atau anggauta pengurus organisasi yang bersangkutan dari
aliran itu dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun.
Pasal 4
Pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
diadakan pasal baru yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 156a.
Dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya lima tahun barangsiapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan
perasaan atau melakukan perbuatan :
a.
yang pada pokoknya bersifat
permusuhan, penyalah gunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia.
b.
Dengan maksud agar supaya
orang tidak menganut agama apa pun juga, yang bersendikan Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Pasal 5
Penetapan Presiden Republik Indonesia
ini mulai berlaku pada hari diundangkannya.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 27 Januari 1965
Presiden Republik Indonesia
Ttd
Soekarno
Catatan :
Tanggapan dari
LPPI untuk poin-poin di atas :
1.
Jawaban LPPI untuk poin 1 : ‘Adalah semua sahabat
bertentangan dengan al-Qur`an. (40
Masalah Syiah, hal. 76-78).
Sepertinya penulis
buku 40 Masalah Syiah, Emilia Renita ingin menyebarluaskan ajaran Syiahnya,
yaitu ajaran kewajiban mengecam para sahabat seperti perkataannya di atas : “
‘Adalah semua sahabat bertentangan dengan Al-Qur`an.” Di dalam buku 40
Masalah Syiah hal. 77 Emilia Renita menuliskan, “Tidaklah sama antara orang
beriman yang duduk (yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan)
dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah
melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta
dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa halangan).
Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang baik (surga) dan Allah
melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang
besar,” (QS An-Nisa [04]: 95).
Menurut kami,
ayat ini tidak bisa dijadikan alasan untuk membeda-bedakan para sahabat. Di
dalam ajaran Ahlussunnah bahwasanya para sahabat itu ’adil semuanya. Karena
jika kita berani mencela para sahabat, apalagi para sahabat yang masuk ke dalam
kategori para sahabat utama Rasulullah Saw semisal Abu Bakar Shiddiq, Umar bin
Khottob, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib, maka artinya kita telah
mencela Rasulullah Saw, karena Rasulullah Saw adalah gurunya para sahabat.
Akan tetapi,
di dalam buku 40 Masalah Syiah, Emilia Renita mengatakan, “Al-Qur`an melarang kita untuk menyamakan semua sahabat Nabi
saw pada tingkat yang sama.” (hal. 76).
Padahal
yang dimaksudkan oleh Allah SWT adalah bahwa para sahabat yang ikut berperang
akan mendapatkan pahala yang sangat besar jika dibandingkan dengan para sahabat
yang tidak ikut berperang padahal fisik mereka tidak sedang sakit atau tidak
cacat seperti Ibnu Ummi Maktum yang buta. Dia ingin berperang, tapi apa daya
tangan tak sampai. Bagaimana mungkin seorang yang buta bisa berperang? Oleh
karena itu, Allah SWT memberikan rukhsah-Nya kepada Ibnu Ummi Maktum. Akan
tetapi, jangan dianggap bahwa para sahabat yang tidak ikut berperang tidak
mendapatkan pahala dari Allah SWT. Tetap masing-masing mendapatkan pahala dari
Allah SWT. Akan tetapi pahala para sahabat yang ikut berperang lebih banyak
daripada para sahabat yang tidak ikut berperang. Bukankah hukum perang itu
fardhu kifayah sehingga dibolehkan bagi para sahabat yang lain untuk tidak ikut
berperang? Kemudian jika toh ada ayat yang mengecam sebagian para sahabat, mari
kita jadikan ibrah kejadian tersebut. Karena bagi para sahabat adalah amal
ibadah mereka dan bagi kita adalah amal ibadah kita. Kehidupan para sahabat
telah berlalu, maka masa lalu biarlah berlalu, tinggal kita petik hikmah di
balik peristiwa yang dialami para sahabat tersebut.
2.
Jawaban LPPI untuk
poin 2 : ‘Adalah Semua Sahabat
Bertentangan dengan Sunnah. (40 Masalah Syiah, hal. 80).
Di
dalam Tafsir Ibnu Katsir, Qatadah berkata, ”Ayat ini diturunkan mengenai
Abdullah bin Ubay (munafiq). Yaitu pada suatu ketika, ada dua orang yang
berkelahi, antara orang Juhani dengan seorang Anshar. Orang Juhani ini bisa
mengalahkan orang Anshar. Maka Abdullah bin Ubay berkata, ”Mengapa kalian tidak
menolong saudaramu yang orang Anshar?” Kemudian setelah itu, Abdullah bin Ubay
juga berkata,
ﮋ ﮌ ﮍ
ﮎ ﮏ ﮐ
ﮑ ﮒ
”Sungguh, jika
kita kembali ke Madinah (kembali dari perang Bani Musthalik), pastilah orang
yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana.” Sedangkan yang
dimaksud dengan ”orang yang kuat” adalah Rasulullah saw dan para
sahabat. Kemudian ada seseorang yang melaporkan ucapan Abdullah bin
Ubay ini kepada Rasulullah saw. Maka Rasulullah saw segera mengutus seseorang
untuk bertanya kepada Abdullah bin Ubay mengenai kebenaran ucapannya tersebut. Akan
tetapi, Abdullah bin Ubay bersumpah atas nama Allah SWT, bahwasanya dia tidak
mengucapkan kata-kata tersebut. Maka Allah
SWT menurunkan ayat ini.
ﭟ
ﭠ ﭡ ﭢ
ﭣ ﭤ ﭥ
ﭦ ﭧ ﭨ
ﭩ ﭪ ﭫ
ﭬ ﭭﭮ ﭯ
ﭰ ﭱ ﭲ
ﭳ ﭴ ﭵ
ﭶ ﭷﭸ ﭹ
ﭺ ﭻ ﭼ ﭽﭾ ﭿ
ﮀ ﮁ ﮂ
ﮃ ﮄ ﮅ
ﮆ ﮇﮈ ﮉ
ﮊ ﮋ ﮌ
ﮍ ﮎ ﮏ
ﮐ ﮑ
”Mereka (orang munafik) bersumpah
dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakiti
Muhammad). Sungguh, mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah
menjadi kafir setelah Islam, dan menginginkan apa yang mereka tidak
mencapainya; dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), sekiranya Allah
dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka
bertobat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya
Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan
mereka tidak mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di bumi.” (QS
At-Taubah [09]: 74). (Tafsir Ibnu Katsir jilid
ke-2 hal. 338).
3.
Jawaban LPPI
untuk poin 3 : ”....Wahai keponakanku, engkau
tidak tahu bahwa kami telah mengubah-ubah agama sepeninggalnya (Shahih
al-Bukhari 5:488)...” (40 Masalah Syiah hal. 81).
Setahu kami
bahwa hadits yang dimaksudkan oleh Syiah ini adalah sebuah hadits yang
bercerita tentang perilaku umat Rasulullah saw yang mengamalkan perbuatan
bid’ah. Kita tahu bahwa Rasulullah saw telah mewanti-wanti
umatnya dari perbuatan bid’ah. Sepeninggal Rasulullah saw, mulailah umat Islam
ini terjerumus ke dalam perbuatan bid’ah dan terus berlanjut sampai pada zaman
sekarang ini.
Adapun
pada zaman para sahabat dan semasa Rasulullah saw hidup, istilah perbuatan
bid’ah belum dikenal, karena mereka sangat konsisten dan istiqamah dengan
sunnah Rasulullah saw sehingga beliau menyebutnya sebagai generasi terbaik
ummat ini! Sekali lagi, tuduhan para sahabat merubah-rubah agama
adalah tuduhan jahat dan tidak terbukti sama sekali!
4.
Jawaban LPPI untuk
poin 4: ”...Bahkan mereka meragukan kenabian Nabi
Muhammad saw.” (40 Masalah Syiah hal. 82).
Dalam
peristiwa Hudaybiyah, memang Umar bin Khathab berkata kepada Rasulullah saw, “Alasta
Rasuulullaah? Bukankah Anda itu Utusan Allah? Kisah selengkapnya, yaitu setelah
kafir Quraisy menyebutkan secara menyeluruh isi perjanjian Hudaybiyah antara Nabi
saw dengan orang-orang kafir Quraisy, maka pada saat itu ada beberapa orang
para sahabat yang tidak menyetujui tindakan Nabi saw ini. Mereka menolak pendapat
beliau saw dengan penolakan yang keras, dan bahkan Umar bin Khattob mendatangi
beliau saw dan kemudian berkata, “Bukankah engkau benar Nabi Allah?” Nabi
berkata, “Benar!” Umar berkata lagi, “Bukankah kita berada di atas kebenaran
dan musuh kita berada di atas kebatilan?” Nabi berkata, “Benar!” Umar
pun berkata kembali, “Jika demikian, mengapa kita menghinakan agama kita?”
Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan aku tidaklah
melanggar perintah-Nya dan Dia adalah penolongku.” Umar berkata,
“Bukankah engkau mengatakan kepada kami bahwa kami akan mendatangi Baitullah
dan berthawaf di sana?” Nabi saw berkata, “Benar, tapi apakah aku mengabarkan kepadamu
bahwa kita akan mendatanginya tahun ini?” Umar berkata, “Tidak!” Nabi berkata,
“Sesungguhnya engkau akan mendatanginya dan bertawaf di sekililingnya.”
Kalimat yang
dilontarkan Umar kepada Rasulullah Saw ini bukan pertanda bahwasanya Umar
meragukan kerasulan dan kenabian Muhammad bin Abdullah. Akan tetapi, ucapan
Umar ini sebagai bentuk penguatan. Yaitu ketika Umar melihat Rasulullah saw
terlihat tunduk kepada keinginan orang-orang kafir Quraisy. Karena menurut
pendapat Umar, isi perjanjian Hudaybiyah banyak merugikan kaum muslimin.
Rasulullah saw itu kan benar-benar sebagai Utusan Allah, untuk apa mengikuti
usulan orang-orang kafir Quraisy? Demikianlah uneg-uneg Umar ini. Jika umat
Islam berada di atas kebenaran, mengapa kita bersikap seperti ini, yaitu
mengalah kepada keinginan orang-orang kafir Quraisy? Ternyata di kemudian hari,
isi perjanjian Hudaybiyah ini mendatangkan keuntungan, kebaikan dan kemenangan
bagi kaum muslimin.
5.
Jawaban LPPI
untuk poin : ”....para mufassirin menjelaskan
bahwa al-syajarah al-mal’unah atau pohon yang terkutuk adalah anak-cucu
Marwan yang tampak dalam mimpi Rasulullah saw sebagai kera.” (40 Masalah Syiah hal. 89).
Setahu kami bahwa
yang dimaksud dengan pohon yang dilaknat di dalam al-Qur`an adalah pohon
zaqqum, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abdurrazzaq dan selain
keduanya dari Sufyan bin Uyainah. Demikian pula al-Aufi meriwayatkan hal yang
sama dari sahabat Ibnu Abbas. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, jilid ke-3
hal. 47).
Di dalam
keterangan berikutnya memang ada pernyataan bahwa ada pendapat yang mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan pohon yang dilaknat dalam al-Qur`an adalah Bani
Umayyah. Namun, justru di dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir ini, langsung
disanggah oleh Imam Ibnu Katsir dengan divonis sebagai pendapat yang aneh dan
lemah. Ibnu
Katsir berkata,
وَ قِيْلَ : الْمُرَادُ بِالشَّجَرَةِ الْمَلْعُوْنَةِ
بَنُوْ أُمَيَّةَ، وَ هُوَ غَرِيْبٌ ضَعِيْفٌ.
“Dikatakan
bahwasanya yang dimaksud dengan pohon yang terkutuk adalah keturunan Umayyah.
Pendapat ini sangat aneh dan lemah.” (Tafsir Ibnu Katsir,
jilid ke-3 hal. 47).
Tafsir Ibnu
Katsir memuat pernyataan ini bukan untuk membenarkannya tapi justru untuk
menyanggahnya. Hampir semua kitab tafsir menjelaskan jika yang dimaksud dengan
pohon yang terkutuk adalah pohon Zaqqum yang tumbuh di dasar neraka. Perlu diketahui
bahwasanya Bani Umayyah (anak keturunan Umayyah) bukan pembunuh cucu Rasulullah
saw. Inilah keyakinan Ahlussunnah. Akan tetapi, menurut Syiah bahwa Bani
Umayyah lah yang telah membunuh Husain, cucu Rasulullah saw, yaitu di tangan
Muawiyah bin Abu Sufyan. Padahal Muawiyah bin Abi Sufyan termasuk seorang
sahabat Rasulullah saw. Allah SWT telah menjamin ke’adilan (keutamaan) seluruh
para sahabat Rasulullah saw di dalam al-Qur`an seperti di dalam QS At-Taubah :
100; QS Al-Fath: 18; dan QS Al-Fath: 29.
1.
QS At-Taubah [09]: 100
ﭑ
ﭒ ﭓ ﭔ
ﭕ ﭖ ﭗ
ﭘ ﭙ ﭚ
ﭛ ﭜ ﭝ
ﭞ ﭟ ﭠ
ﭡ ﭢ ﭣ
ﭤ ﭥ ﭦﭧ ﭨ
ﭩ ﭪ ﭫ
”Dan
orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara
orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.
Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (QS
At-Taubah [09]: 100).
2.
QS Al-Fath [48]: 18
ﮏ
ﮐ ﮑ ﮒ
ﮓ ﮔ ﮕ
ﮖ ﮗ ﮘ
ﮙ ﮚ ﮛ
ﮜ ﮝ ﮞ
ﮟ ﮠ ﮡ ﮢ
”Sungguh, Allah telah meridai orang-orang mukmin ketika
mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia
mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia memberikan ketenangan atas
mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat.” (QS Al-Fath [48]: 18)
3. QS Al-Fath [48] : 29
ﭑ
ﭒ ﭓﭔ ﭕ
ﭖ ﭗ ﭘ
ﭙ ﭚ ﭛﭜ ﭝ
ﭞ ﭟ ﭠ
ﭡ ﭢ ﭣ ﭤﭥ ﭦ
ﭧ ﭨ ﭩ
ﭪ ﭫﭬ ﭭ
ﭮ ﭯ ﭰﭱ ﭲ
ﭳ ﭴ ﭵ
ﭶ ﭷ ﭸ
ﭹ ﭺ ﭻ
ﭼ ﭽ ﭾ ﭿ ﮀ ﮁﮂ ﮃ
ﮄ ﮅ ﮆ
ﮇ ﮈ ﮉ
ﮊ ﮋ ﮌ ﮍ
”Muhammad adalah utusan Allah, dan
orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir,
tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud
mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda
bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan
sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang
mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat, lalu menjadi besar dan
tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya
karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan
orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar.” (QS
Al-Fath [48]: 29)
Adapun yang
ditulis oleh Emilia Renita AZ di dalam bukunya bahwasanya ”para mufassirin
menjelaskan bahwa al-syajarah al-mal’unah atau pohon yang terkutuk
adalah anak-cucu Marwan yang tampak dalam mimpi Rasulullah saw sebagai kera.
Mereka mengerubungi mimbar Rasulullah saw. Setelah mimpi itu Rasulullah saw
tidak pernah lagi tersenyum sampai akhir hayatnya,” adalah pendapat dengan
sanad yang sangat lemah sebagaimana dikutip oleh Ibnu Katsir di dalam kitab
tafsirnya jilid ke-3 hal. 49 sebagai berikut :
وَ قَالَ ابْنُ جَرِيْرٍ :
حُدِّثْتُ عَنْ مُحَمَّدٍ بْنِ الْحَسَنِ بْنِ زُبَالَةَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْمُهَيْمِنِ بْنُ عَبَّاسٍ بْنُ سَهْلٍ بْنُ سَعْدٍ، حَدَّثَنِيْ أَبِيْ عَنْ
جَدِّيْ قَالَ: رَأَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ بَنِيْ
فُلَانٍ يَنْزُوْنَ عَلَى مِنْبَرِهِ نُزُوْ الْقُرُوْدِ، فَسَاءَهُ ذَلِكَ، فَمَا
اسْتَجْمَعَ ضَاحِكًا حَتَّى مَاتَ، قَالَ: وَ أَنْزَلَ اللهُ فِيْ ذَلِكَ : وَ
مَا جَعَلْنَاكَ الرُّؤْيَا الَّتِيْ أَرَيْنَاكَ إِلَّا فِتْنَةً لِلنَّاسِ،
الآية، وَ هَذَا السَّنَدُ ضَعِيْفٌ جِدًّا، فَإِنَّ مُحَمَّدَ بْنَ الْحَسَنِ
بْنَ زُبَالَةَ مَتْرُوْكٌ وَ شَيْخُهُ أَيْضًا ضَعِيْفٌ بِالْكُلِّيَّةِ.
“Dan telah
berkata Ibnu Jarir : Aku menerima hadits ini dari Muhammad bin Al-Hasan bin
Zubalah, telah menceritakan kepada kami Abdul Muhaimin bin Abbas bin Sahal bin
Sa’ad, telah menceritakan kepadaku bapakku dari kakekku dia berkata,
“Rasulullah saw pernah bermimpi melihat keturunan dari si fulan melompati
minbarnya seperti melompatnya kera-kera, beliau merasa tidak nyaman dengan
mimpi ini. Maka beliau saw pun tidak pernah terlihat tersenyum sampai beliau
saw wafat. Kakekku berkata, maka Allah SWT menurunkan firman-Nya mengenai
masalah ini, “Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah
Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia.” Akan tetapi, sanad hadits ini sangat lemah sekali, karena
Muhammad bin Al-Hasan bin Zubalah adalah orang matruk (ditinggalkan;
haditsnya tidak diterima orang), dan demikian pula gurunya secara umum divonis
lemah.” (Tafsir Ibnu Katsir, ke-3
hal. 49).
6. Jawaban LPPI
untuk poin 6 : ”Apa hubungan antara Ulil Amr dengan kemaksuman?” (40
Masalah Syiah, hal. 94-95).
Apabila seperti ini
klaim orang-orang Syiah terhadap Ulil Amr, yaitu mereka harus maksum
(terpelihara dari segala kesalahan dan dosa), maka kita ajukan pertanyaan,
”Apakah ada nash dari Al-Qur`an yang menyatakan bahwa Fathimah, Ali, Al-Hasan,
Al-Husayn dan sembilan orang Imam dari keturunan Al-Husayn adalah orang-orang
yang maksum seperti Rasulullah saw?” Jika mereka orang-orang Syiah menjawab ya,
maka mereka harus menunjukkan dalilnya, yaitu dalil dari Al-Qur`an. Kalau tidak ada dalilnya dari Al-Qur`an, carilah dari Al-Hadits. Akan
tetapi jika mereka mengatakan tidak ada dalilnya, artinya alasan ini akan
menjadi bumerang bagi mereka.
Jika
orang-orang Syiah menganggap bahwa Fathimah, Ali, Al-Hasan dan Al-Husayn adalah
maksum, maka baiat yang Al-Hasan berikan terhadap Muawiyah adalah benar dan
direstui oleh Allah SWT. Karena jika salah, apakah mungkin Allah SWT akan
membiarkan hamba-Nya yang maksum berbuat salah? Pasti Allah SWT akan
menegurnya. Tetapi, apakah datang teguran Allah SWT kepada Al-Hasan yang telah
membaiat Muawiyah? Kalau tidak ada teguran, artinya Muawiyah adalah sah sebagai
khalifah karena orang yang dianggap maksum yaitu Al-Hasan bin Ali telah ikut
berbaiat kepada Muawiyah. Akan tetapi, mengapa orang-orang Syiah tetap membenci
Muawiyah dengan tuduhan dia telah merampas tampuk kekhalifahan dari Al-Hasan?!
7.
Jawaban LPPI untuk poin 7 : “Rukun
Iman dan Rukun Islam itu adalah hasil perumusan para ulama. Di kalangan
Ahlussunnah, misalnya, rukun iman didasarkan hanya pada satu hadis dari Umar
bin Khathab dalam Shahih al-Bukhari.” (40 Masalah Syiah hal.
121-122).
Perlu
diketahui oleh Syiah bahwasanya Rukun Islam dan Rukun Iman Ahlussunnah bukan
buatan para ulama. Karena pada zaman Rasulullah saw belum muncul istilah ulama
sebagaimana yang dikenal pada saat ini. Justru Rukun Islam dan Rukun Iman
Ahlussunnah adalah ketetapan dari Allah SWT dan Rasul-Nya sebagaimana
diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari di dalam hadits Jibril AS. Yaitu hadits yang
mengisahkan malaikat Jibril AS datang menemui Rasulullah saw dalam wujud
seorang manusia, kemudian malaikat Jibril AS bertanya kepada Rasulullah saw
tentang Islam, Iman, Ihsan dan tanda-tanda akan tibanya hari Kiamat. Jadi Rukun
Islam dan Rukun Iman Ahlussunnah adalah ketetapan langsung dari Allah SWT
melalui wahyu yang disampaikan oleh malaikat Jibril AS langsung kepada Nabi
Muhammad saw di hadapan para sahabatnya.
Inilah
hadits Jibril tentang Rukun Islam dan Rukun Iman Ahlussunnah :
عَنْ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ
سَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ، إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ، شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ
، شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعَرِ، لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَ لَا
يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى
رُكْبَتَيْهِ، وَ وَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ، وَقَالَ: يَا
مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَ تُقِيْمُ
الصَّلَاةِ وَ تُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَ تَصُوْمَ رَمَضَانَ وَ تَحُجَّ الْبَيْتَ
إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلًا، قَالَ: صَدَقْتَ،
فَعَجِبْنَا لَهُ: يَسْأَلُهُ وَ يُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ
الْإِيْمَانِ قَالَ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ
وَ مَلَائِكَتِهِ وَ كُتُبِهِ وَ رُسُلِهِ وَ
الْيَوْمِ الْآخِرِ وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ، قَالَ:
صَدَقْتَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عِنِ الْإِحْسَانِ قَالَ: أَنْ
تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ،
قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ: مَا
الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ ) رَوَاهُ
الْبُخَارِيُّ (
Dari Umar bin Khaththab RA dia berkata: …”Pada saat
kami sedang duduk bersama Rasulullah saw pada suatu hari, tiba-tiba datanglah
seorang laki-laki memakai baju yang sangat putih dan rambutnya sangat hitam.
Tidak terlihat pada dirinya bekas-bekas perjalanan (pakaiannya lusuh atau
badannya berkeringat). Tetapi kami juga tidak mengenalnya. Dia (pun) duduk
menghadap Nabi Muhammad saw, mendekatkan kedua lututnya dengan lutut Nabi
Muhammad saw, dan dia meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha
Rasulullah saw. Dia bertanya, ”Wahai Muhammad, beritahukanlah kepadaku, apa
Islam itu?” Maka Rasulullah saw bersabda, ”Islam itu adalah engkau bersaksi
bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah,
engkau mendirikan shalat dan menunaikan (membayar) zakat, engkau berpuasa di
bulan Ramadhan dan melaksanakan ibadah haji jika engkau mampu.” Maka dia (yang
tadi bertanya) berkata, ”Engkau benar wahai Muhammad!” Kami menjadi heran. Dia
yang bertanya dan dia juga yang membenarkannya. Dia bertanya lagi,”Wahai
Muhammad, beritahukanlah kepadaku, apa Iman itu?” Maka Rasulullah saw bersabda,
”Engkau beriman kepada Allah, (beriman) kepada para malaikat-Nya, (beriman)
kepada kitab-kitab-Nya, (beriman) kepada para utusan-Nya, (beriman) kepada hari
akhir dan engkau beriman kepada taqdir Allah, yang baik dan yang buruknya.”
Maka dia (yang tadi bertanya) berkata, ”Engkau benar wahai Muhammad!” Dia
bertanya lagi,”Wahai Muhammad, beritahukanlah kepadaku, apa Ihsan itu?” Maka
Rasulullah saw bersabda,”Engkau beribadah kepada Allah, seolah-olah engkau bisa
melihat-Nya. Kalau engkau tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia
melihatmu.”Dia bertanya lagi,”Wahai Muhammad, beritahukanlah kepadaku tentang
Kiamat!” Maka Rasulullah saw bersabda,”Orang yang ditanya tidak lebih tahu
daripada yang bertanya (artinya sama-sama tidak tahu),” (HR Al-Bukhari).
Hadits
Rasulullah saw yang lainnya tentang Rukun Islam Ahlussunnah :
عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ
عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: بُنِيَ الْإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ:
شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَ
إِقَامِ الصَّلاَةِ، وَ إِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَ حَجِّ الْبَيْتِ وَ صَوْمِ
رَمَضَانَ. (
رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَ مُسْلِمٌ )
Dari Abi Abdirrahman Abdullah bin Umar bin Khaththab RA
dia berkata, ”Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, ’Islam itu
dibangun di atas 5 dasar : Bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah; mendirikan shalat; membayar zakat; berhaji ke
Baitullah; dan shaum (puasa) di bulan Ramadhan,’” (HR Bukhari dan Muslim).
Perbedaan antara Rukun Iman Ahlussunnah dengan Syiah
RUKUN IMAN AHLUSSUNNAH
|
RUKUN IMAN SYI’AH
|
2. Iman kepada Allah.
3. Iman kepada para Malaikat Allah.
4. Iman Kitab-kitab Allah.
5. Iman kepada para utusan Allah.
6. Iman kepada hari Kiamat.
7. Iman kepada Taqdir yang baik dan yang
buruk.
|
1. Percaya kepada ke-Esa-an Allah (At-Tauhid)
2. Percaya kepada Keadilan (Al-‘Adalah)
3. Percaya kepada Kenabian (An-Nubuwwah)
4. Percaya kepada Imamah (Al-Imamah)
5. Percaya kepada Hari Kiamat (Al-Ma’ad)
|
Keterangan : Rukun Iman Syiah
tidak ada percaya kepada Allah SWT, tapi hanya percaya kepada Keesaan Allah SWT.
Sifat Allah SWT yang wajib adalah 20 sifat antara lain al-wahdaniyyah
(percaya kepada keesaan Allah SWT).
5 RUKUN ISLAM AHLUSSUNNAH
|
10 RUKUN ISLAM
SYI’AH
|
1. Syahadat
2. Shalat
3. Zakat
4. Puasa
5. Haji
|
1. Shalat
2. Puasa
3. Zakat
4. Khums
5. Haji
6. Jihad
7. Amar Ma`ruf dan Nahi Munkar
8. - (nomor delapan tidak ada).
9. Tawalla (membenci apa yang dibenci Rasul saw
dan Ahlul Baitnya)
10.
Tabarra (mencintai apa yang dicintai Rasul saw dan Ahlul
Baitnya)
11.
Amal Saleh
|
Perbedaan
antara Syiah dengan Sunnah bukan hanya perbedaan dalam masalah furuiyyah. Akan
tetapi, sudah masuk ke dalam ranah aqidah, atau perbedaan dalam masalah
ushuluddin. Rukun Iman dan Rukun Islam Syiah sangat berbeda dengan Rukun Iman
dan Rukun Islam Ahlussunnah. Begitu pula dengan kitab-kitab hadits Syiah sangat
berbeda dengan kitab-kitab hadits yang dipegang oleh Ahlussunnah. Bahkan sesuai
dengan pengakuan sebagian besar imam-imam mereka bahwa al-Qur`an Syiah juga
berbeda dengan al-Qur`an Sunnah. Apabila ada dari para ulama Syiah mengatakan
bahwasanya al-Qur`an Syiah juga sama dengan al-Qur`an Sunnah, maka sang ulama
Syiah tersebut sedang melakukan taqiyyah (berdusta). Yang kami temukan, para
ulama Syiah di dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur`an sangat berbeda dan
berlainan dengan penafsiran Ahlussunnah. Sehingga tepatlah apabila para ulama Ahlussunnah
mengatakan jika Syiah Imamiyyah Itsna Asyariyyah adalah satu agama tersendiri
yang bertujuan ingin mengacaukan Islam dan kaum muslimin.
Perlu diketahui bahwa suatu faham atau aliran keagamaan dinyatakan sesat
apabila memenuhi salah satu dari kriteria berikut :
2. Mengingkari salah satu
rukun dari rukun iman yang 6 (enam) yakni beriman kepada Allah, kepada
Malaikat-Nya, kepda kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-Rasul-Nya, kepada Hari
Akhirat, kepada Qadla dan Qadar dan rukun Islam yang 5 (lima) yakni mengucapkan
dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada
bulan Ramadhan, menunaikan ibadah haji.
3. Meyakini dan atau
mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan dalil syar’i (Al-Qur‘an dan
As-Sunah).
4. Meyakini turunnya wahyu
setelah Al-Qur‘an.
5. Mengingkari otentisitas
dan atau kebenaran isi Al-Qur‘an.
6. Melakukan penafsiran
Al-Qur‘an yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir.
7. Mengingkari kedudukan
hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam.
8. Menghina, melecehkan dan
atau merendahkan para nabi dan rasul.
9. Mengingkari Nabi Muhammad
saw sebagai Nabi dan Rasul terakhir.
10. Merubah, menambah dan
atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh Syari’ah, seperti
haji tidak boleh ke Baitullah, shalat fardu tidak 5 waktu.
11. Mengkafirkan sesama
muslim tanpa dalil syar’i, seperti mengkafirkan muslim hanya karena bukan
kelompoknya.
Dalam hal ini,
Syiah telah menolak
Rukun Iman dan bahkan membuat rumusan sendiri. Demikian pula dengan Rukun Islam
Syiah telah menghilangkan Syahadatain, yakni mengucapkan dua kalimat syahadat
dan menambahkan rukun-rukun yang lainnya sehingga Rukun Islam versi Syiah
berjumlah sebelas.
8.
Jawaban LPPI untuk
poin 8 : “Syiah itu musyrik karena menyebutkan bahwa dunia
dan akhirat kepunyaan para Imam padahal ini bertentangan dengan al-Qur`an.
Jawaban : “Sesungguhnya dunia dan akhirat adalah kepunyaan Imam, dia boleh
meletakkannya dimana dikehendakinya dan memberikan kepada sesiapa yang
dikehendakinya. Itu adalah satu kebenaran dari pihak Allah kepadanya (Al-Kafi
1:409)….” (40 Masalah Syiah hal. 123-124)
Kayakinan
bahwasanya dunia dan akhirat adalah kepunyaan Imam adalah keyakinan batil
(sesat dan menyesatkan). Demikian pula keyakinan bahwasanya Imam boleh
meletakkan dunia dan akhirat tersebut di mana dikehendakinya dan memberikannya
kepada siapa saja yang dikehendakinya merupakan keyakinan batil walaupun
ditambahkan kata-kata “semua itu dengan izin Allah.”
Hal ini
dikarenakan di dalam keyakinan Ahlussunnah bahwasanya Allah SWT lah Pemilik
dunia dan akhirat dan hanya Allah SWT lah yang berhak meletakkan di mana
dikehendaki-Nya dan memberikan kepada sesiapa yang dikehendaki-Nya. Seorang
Imam hanyalah seorang manusia yang sangat lemah dan tidak mempunyai
keistimewaan apa-apa, karena dia bukan seorang nabi atau malaikat. Jika ada
keterangan yang mendukung keyakinan ini, baik dari al-Qur`an maupun dari
As-Sunnah, maka kita akan menerimanya dan jika tidak ada, maka kita tidak akan
menerimanya. Allah SWT berfirman,
ﰁ ﰂ ﰃ ﰄ
“(Tidak!) Maka milik Allah-lah
kehidupan akhirat dan kehidupan dunia,” (QS An-Najm
[53]: 25).
9.
Jawaban LPPI untuk
poin : “Tuduhan : Imam Syiah mengetahui apa yang di
langit. Jawaban : “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi.
Aku mengetahui apa yang di syurga dan di neraka…” (40 Masalah Syiah hal.
123-124)
Allah SWT berfirman,
ﭧ ﭨ ﭩ
ﭪ ﭫ ﭬ ﭭ ﭮ
ﭯ ﭰﭱ ﭲ
ﭳ ﭴ ﭵ
ﭶ
“Katakanlah (Muhammad), “Tidak ada sesuatu pun di langit
dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah. Dan
mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan,” (QS
An-Naml [27]: 65).
ﯵ ﯶ
ﯷ ﯸ ﯹ
ﯺ ﯻ ﯼ
ﯽ ﯾ ﯿ
ﰀ ﰁ ﰂ
ﰃ ﰄ ﰅ
ﰆ ﰇ ﰈ
ﰉ ﰊ
“Dia Mengetahui yang gaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan
kepada siapa pun tentang yang gaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridai-Nya,
maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di depan dan di
belakangnya,” (QS
Al-Jin [72]: 26-27).
Keyakinan Ahlussunnah bahwasanya yang mengetahui apa yang
ada di langit dan di bumi, apa yang ada di syurga dan di neraka dan mengetahui
perkara yang berlalu dan perkara yang akan datang hanya Allah SWT saja. Jika
ada perkara gaib yang disampaikan oleh Allah SWT di dalam al-Qur`an, maka
perkara gaib tersebut hanya disampaikan sebatas garis besarnya saja. Sedangkan
rinciannya, hanya Allah SWT saja yang tahu. Jika ada pengetahuan yang Allah SWT
berikan mengenai rincian hal gaib tersebut, misalnya tentang lebar, luas dan
kedalaman neraka, maka keterangan ini akan Allah SWT sampaikan kepada
utusan-Nya dan bukan kepada yang lainnya.
Oleh karena itu, perkataan Syiah, “Sesungguhnya aku mengetahui apa
yang ada di langit dan di bumi. Aku mengetahui apa yang di syurga dan di
neraka. Aku mengetahui perkara yang berlalu dan perkara yang akan datang. Aku
mengetahui yang demikian dari Kitabullah Azza wa jalla,” maka ucapan ini
ada benarnya, karena disandarkan kepada berita yang datangnya dari Allah SWT
yang tertulis di dalam al-Qur`an. Karena Allah SWT telah menjelaskan apa yang
ada di langit (langit mempunyai pintu, ada para malaikat yang menjaganya dll)
di bumi (di dalam perut bumi tersimpan kekayaan alam seperti barang tambang
dll), di syurga (Allah SWT telah menjelaskan bahwasanya syurga adalah tempat
yang sangat menyenangkan dll), di neraka (Allah SWT telah menjelaskan
bahwasanya neraka adalah tempat yang sangat mengerikan), perkara yang telah
berlalu (misalnya kisah para nabi, kisah orang-orang dahulu dll) dan perkara
yang akan datang (yaitu berita tentang akan tibanya hari Kiamat).
Sebagai penutup,
perlu diketahui bahwasanya ada banyak dalil-dalil yang menyebutkan tentang
keutamaan para sahabat Rasulullah Saw, baik dari Al-Qur`an, As-Sunnah, maupun
keterangan dari kalangan para ulama Ahlussunnah wal Jamaah itu sendiri. Di
antaranya :
1.
Dalil Al-Qur`an
ﭑ ﭒ
ﭓ ﭔ ﭕ
ﭖ ﭗ ﭘ
ﭙ ﭚ ﭛ
ﭜ ﭝ ﭞ
ﭟ ﭠ ﭡ
ﭢ ﭣ ﭤ
ﭥ ﭦﭧ ﭨ
ﭩ ﭪ ﭫ
“Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama
(masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida
kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah
kemenangan yang agung.” (QS At-Taubah [09]: 100)
ﮥ ﮦ
ﮧ ﮨ ﮩ
ﮪ ﮫ ﮬ
ﮭ ﮮ ﮯ
ﮰ ﮱ ﯓ
ﯔ ﯕ ﯖ
ﯗ ﯘ ﯙ
ﯚ ﯛ ﯜﯝ ﯞ
ﯟ ﯠ ﯡ
ﯢ ﯣ ﯤ
ﯥ ﯦ ﯧ
ﯨ ﯩ ﯪﯫ ﯬ
ﯭ ﯮ ﯯﯰ ﯱ
ﯲ ﯳ ﯴ
“Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya
Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari
Mekah); sedang salah seorang dari keduanya, ketika keduanya berada dalam gua,
ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya
Allah bersama kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan
membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu,
dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah
yang tinggi. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS At-Taubah [09]: 40)
2.
Dalil As-Sunnah
Abu Sa’id
Al-Khudri mengatakan, Rasulullah Saw bersabda,
لَا تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ لَا
تَسُبُّوْا أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِيْ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَوْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ
ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَ لَا نَصِيْفَهُ.
“Janganlah kamu mencaci maki seorang pun di antara
sahabatku. Sekiranya salah seorang di antara kamu menginfakkan emas sebesar
(bukit) Uhud, (nilainya) tidak akan lebih besar dari satu mud yang mereka
infakkan, bahkan setengahnya pun tidak.” (HR Muslim)
Imran bin Husain
meriwayatkan, Rasulullah Saw bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah kurun
(generasi)ku, kemudian mereka yang berikutnya, kemudian mereka berikutnya.”
(HR Muslim)
Sariyah, ia
mengatakan, pada suatu hari Rasulullah Saw shalat bersama kami, kemudian beliau
menghadap kepada kami, lalu memberi kami nasehat yang menyebabkan air mata
bercucuran dan hati bergetar. Salah seorang di antara kami ada yang bertanya,
“Ya Rasulullah, seolah-olah nasehat ini adalah nasehat yang terakhir, apa yang
engkau katakan kepada kami?” Rasulullah Saw menjawab,
أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ
فِيْ السَّمْعِِ وَ الطَّاعَةِ وَ إِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ
مِنْكُمْ بَعْدِيْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَ
سُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّيْنَ الرَّاشِدِيْنَ تَمَسَّكُوْا بِهَا وَ
عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَ إِيَّاكُمْ وَ مُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ
فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.
“Aku wasiatkan
kepada kamu sekalian supaya kamu tetap bertakwa kepada Allah, tetap mendengar
dan taat kepada perintah sekalipun diperintah oleh seorang hamba Habasyih
(seorang hamba yang berkulit hitam). Sesungguhnya barangsiapa nanti di antara
kamu yang hidup sesudahku lalu melihat banyak perselisihan. Maka kamu wajib
berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin. Dan berpegang
teguhlah kepada sunnah itu dengan kokoh serta hindarilah perbuatan bid’ah,
sebab sesungguhnya semua bid’ah itu adalah sesat.” (HR Abu Dawud)
Demikianlah
penjelasan yang dapat saya sampaikan, dan terimakasih atas segala perhatiannya.
Jakarta, 4 Juni 2015
Wassalaamu
Alaikum Wr. Wb.
Lembaga
Penelitian dan Pengkajian Islam
Direktur,
(M. Amin Djamaluddin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar