PERBEDAAN ANTARA KEBEBASAN BERAGAMA DENGAN
KEBEBASAN MENGACAK-ACAK AGAMA
Oleh M. Amin Djamaluddin
PENDAHULUAN
Bahwa
sesuai amanat konstitusi kita, sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945,
ditegaskan bahwa Negara kita
berdasarkan: (1). Ketuhanan Yang Maha Esa; (2). Kemanusiaan yang adil dan
beradab; (3). Persatuan Indonesia;
(4). Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan; dan (5). Keadilan Sosial Bagi Seluruh Bangsa Indonesia.
Sebagai
dasar pertama, Ke-Tuhanan Yang Maha Esa bukan saja meletakkan dasar moral di
atas Negara dan Pemerintah, tetapi juga memastikan adanya kesatuan Nasional
yang berasas keagamaan. Pengakuan sila pertama ini tidak dapat dipisahpisahkan
dengan Agama, karena adalah salah satu tiang pokok daripada perikehidupan
manusia dan bagi bangsa Indonesia, adalah juga sebagai sendi perikehidupan
Negara dan unsur mutlak dalam usaha membangun bangsa.
Untuk
memberi kepastian agar kehidupan beragama ini berjalan dengan tertib, terbina
suasana saling menghargai antar pemeluk agama dan keyakinan, serta adanya
kepastian terlindungi hak dan kewajibannya masing-masing, dalam konstitusi
kita, sebagaimana termaktub dalam Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 ditegaskan bahwa :
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”
Jaminan
tersebut diberikan dalam konteks memberikan perlindungan dan kepastian hukum
agar terbina suasana saling hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk
agama serta penganut kepercayaan, terbina hubungan yang harmonis, serta
mencegah agar jangan sampai terjadi penyelewengan-penyelewengan dari
ajaran-ajaran agama yang ditetapkan sebagai ajaran-ajaran pokok oleh para ulama
atau tokoh agama dari agama yang bersangkutan. Bagian dari jaminan tersebut
adalah, Negara berwenang untuk melindungi ketenteraman beragama dari
penodaan/penghinaan serta dari ajaran-ajaran untuk tidak memeluk agama yang
bersendikan Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
PENETAPAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1/PNPS
TAHUN 1965
TENTANG
PENCEGAHAN
PENYALAHGUNAAN DAN/ATAU PENODAAN AGAMA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
|
:
|
a.
|
bahwa dalam rangka
pengamanan Negara dan Masyarakat, cita-cita Revolusi Nasional dan pembangunan
Nasional Semesta menuju ke masyarakat adil dan makmur, perlu mengadakan
peraturan untuk mencegah penyalah-gunaan atau penodaan agama;
|
||
b.
|
bahwa untuk pengamanan revolusi dan ketentuan masyarakat, soal ini perlu
diatur dengan Penetapan Presiden;
|
||||
Mengingat
|
:
|
1.
|
pasal 29 Undang-undang Dasar;
|
||
2.
|
pasal IV Aturan Peralihan Undang-undang Dasar;
|
||||
3.
|
penetapan Presiden No. 2 tahun 1962 (Lembara-Negara tahun 1962 No. 34);
|
||||
4.
|
pasal 2 ayat (1) Ketetapan M.P.R.S. No. II/MPRS/1960;
|
||||
MEMUTUSKAN :
|
|||||
Menetapkan
|
:
|
PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN
DAN/ATAU PENODAAN AGAMA.
|
|||
Pasal 1
|
|||||
Setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum menceritakan,
menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum, untuk melakukan penafsiran
tentang sesuatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan
kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan dari
agama itu, penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran
agama itu.
|
|||||
Pasal 2
|
|||||
(1)
|
Barang siapa melanggar ketentuan tersebut dalam pasal 1 diberi perintah
dan peringatan keras untuk menghentikan perbuatannya itu di dalam suatu
keputusan bersama Menteri Agama, Menteri/Jaksa Agung dan Menteri Dalam
Negeri.
|
||||
(2)
|
Apabila pelanggaran tersebut dalam ayat (1) dilakukan oleh Organisasi
atau sesuatu aliran kepercayaan, maka Presiden Republik Indonesia dapat
membubarkan organisasi itu dan menyatakan Organisasi atau aliran tersebut
sebagai Organisasi/ aliran terlarang, satu dan lain setelah Presiden mendapat
pertimbangan dari Menteri Agama, Menteri/Jaksa Agung dan Menteri Dalam
Negeri.
|
||||
Pasal 3
|
|||||
Apabila, setelah dilakukan tindakan oleh Menteri Agama bersama-sama
Menteri/Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri atau oleh Presiden Republik
Indonesia menurut ketentuan dalam pasal 2 terhadap orang, Organisasi atau
aliran kepercayaan, mereka masih terus melanggar ketentuan dalam pasal 1,
maka orang, penganut, anggota dan/atau anggota Pengurus Organisasi yang
bersangkutan dari aliran itu dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya
lima tahun.
|
|||||
Pasal 4
|
|||||
Pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana diadakan pasal baru yang berbunyi
sebagai berikut:
|
|||||
"Pasal 156a
Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barangsiapa
dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan:
|
|||||
a.
|
yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalah-gunaan atau penodaan
terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia;
|
||||
b.
|
dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apapun juga, yang
bersendikan ke-Tuhanan Yang Maha Esa."
|
||||
Pasal 5
|
|||||
Penetapan Presiden Republik Indonesia ini mulai berlaku pada hari
diundangkannya. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan
pengundangan Penetapan Presiden Republik Indonesia ini dengan penempatan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
|
|||||
Ditetapkan di
Jakarta
pada tanggal 27
Januari 1965.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SUKARNO
|
|||||
Diundangkan di
Jakarta
pada tanggal 27
Januari 1965
SEKRETARIS NEGARA,
MOHD. ICHSAN.
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1965 NOMOR 3.
|
|||||
KUTIPAN BUKU 40 MASALAH
SYIAH KARYA EMILIA RENITA AZ[1]
Kutipan :
“Pengantar
Editor….Buku ini merupakan hasil belajar murid dan istri saya yang paling
cerdas dan kritis, Emilia Az. Hampir setiap saat ketika ada waktu luang di
tengah-tengah kesibukan dakwah kami, kami duduk berdua membahas berbagai
masalah Syiah. Ia juga rajin mencatat kuliah-kuliah atau diskusi-diskusi
tentang Syiah yang disaksikannya…(hal. 12)
“….Maafkan kami kalau
dalam buku ini terdapat ejaan yang tidak konsisten atau salah. Mudah-mudahan
dalam cetakan berikutnya, tentu dengan halaman yang mungkin berbeda, buku kecil
ini muncul dalam bentuk yang lebih enak dibaca dan lebih perlu.
“….Walhasil, buku ini
adalah karya bersama yang kami persembahkan untuk umat Islam Indonesia.” (hal. 13)
“….Secara khusus,
sebagai Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia, kami memberikan
buku ini kepada seluruh anggota IJABI sebagai pedoman dakwah mereka…” (hal. 13)
1 Muharram 1430
Jalaluddin
Rakhmat
Kutipan :
”Kata Pengantar....Sengaja buku ini dibuat sebagai hadiah
kecil saya, kepada Imam tercinta, Imam Ali bin Abi Thalib (as) di hari
pengangkatan Beliau sebagai pelanjut kepemimpinan setelah Nabi saw. Buku ini
juga dibuat untuk TABAYYUN atas buku-buku dan selebaran-selebaran yang sengaja
dibuat untuk memprovokasi orang awam dan menyebarkan fitnah tentang Syiah.” (hal.
14-15)
”....Akhirnya dengan
segala effort dan seluruh kerja keras kami berdua (sebetulnya, saya malu kalau
saya claimed, buku ini hasil saya sendiri padahal suami saya kerja lebih keras
dari saya!! Thanks, hon...! Juziitum ’an ahlilbait (as) khayran sehingga buku
ini terbit walaupun jauh dari target waktu yang sebenarnya (karena bolak-balik
dikasih warna merah, diedit terus menerus, selalu kembali dengan penuh coretan,
yang saya juga sudah sampai titik puncak kehabisan sabar karena ”guru saya”
yang sangat perfectionist!!!...) (hal. 17).
Kutipan :
- ‘Adalah semua sahabat bertentangan dengan al-Qur`an
Di dalam al-Qur`an ada banyak ayat yang mengecam
sahabat-sahabat Nabi saw. Sebuah surat turun khusus untuk membongkar dan mengecam
para sahabat Nabi saw. Kita menyebutnya Surat al-Tawbah. Ibnu Abbas
menyebut surat ini dengan Al-Fadhihah (artinya yang membongkar kesalahan
atau keburukan), karena “tidak henti-hentinya turun wa minhum: sehingga
kami mengira tidak akan tersisa di antara kami yang tidak disebut di dalamnya”.
Ibn ‘Umar menyebut surat ini Al-Muqasyqisyah
-yang menyapu habis. “Di zaman Nabi saw, surat al-Barah ini kami sebut
surat Al-Mu’abbirah – yang mengungkapkan, karena surat ini membeberkan rahasia orang banyak,”
kata Muhamad bin Ishaq. Ibnu ‘Umayr menyebutnya Al-Munaqqirah,
membongkar kesalahan (Al-Suyuthi, Tafsir al-Durr al-Mantsur 119-121).
(40 Masalah Syiah, hal. 76-78).
Jawaban
LPPI :
Sebelumnya, Emilia
mengutip surat Al-Nisa ayat 95 yang berisi kecaman kepada para sahabat yang
berbunyi, “Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang)
tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang yang berjihad di jalan Allah
dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad
dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang
tanpa halangan). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang baik
(surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk
dengan pahala yang besar,” (QS An-Nisa [04]: 95).
Ayat ini tidak bisa dijadikan alasan untuk membeda-bedakan para sahabat
seperti yang dikatakan di dalam buku 40 Masalah Syiah, “Al-Qur`an melarang kita untuk menyamakan semua sahabat Nabi
saw pada tingkat yang sama.” Padahal yang
dimaksudkan oleh Allah SWT adalah bahwa para sahabat yang ikut berperang akan
mendapatkan pahala yang sangat besar jika dibandingkan dengan para sahabat yang
tidak ikut berperang padahal fisik mereka tidak sedang sakit atau tidak cacat
seperti Ibnu Ummi Maktum yang buta. Dia ingin berperang, tapi apa daya tangan
tak sampai. Bagaimana mungkin seorang yang buta bisa berperang? Oleh karena
itu, Allah SWT memberikan rukhsah-Nya kepada Ibnu Ummi Maktum. Akan tetapi,
jangan dianggap bahwa para sahabat yang tidak ikut berperang tidak mendapatkan
pahala dari Allah SWT. Tetap masing-masing mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Akan tetapi pahala para sahabat yang ikut berperang lebih banyak daripada para
sahabat yang tidak ikut berperang. Bukankah hukum perang itu fardhu kifayah
sehingga dibolehkan bagi para sahabat yang lain untuk tidak ikut berperang?
Kemudian jika toh ada ayat yang mengecam sebagian para sahabat, mari kita
jadikan ibrah kejadian tersebut. Karena bagi para sahabat adalah amal ibadah
mereka dan bagi kita adalah amal ibadah kita. Kehidupan para sahabat telah
berlalu, maka masa lalu biarlah berlalu, tinggal kita petik hikmah di balik
peristiwa yang dialami para sahabat tersebut.
Kutipan :
‘Adalah
Semua Sahabat Bertentangan dengan Sunnah
Di bawah ini
diturunkan pernyataan Nabi saw berkenaan dengan para sahabatnya. Sebelumnya,
marilah kita perhatikan pernyataan Tuhan tentang kebanyakan sahabat Nabi saw: Mereka
bersumpah dengan nama Allah bahwa mereka tidak mengucapkan sesuatu pun (yang
buruk), padahal sebenarnya mereka telah mengucapkan fitnah, dan mereka
mengatakannya setelah mereka memeluk Islam, dan mereka merencanakan maksud
jahat yang tidak dapat mereka lakukan. Dendam mereka ini adalah balasan mereka
atas karunia yang telah Allah serta RasulNya berikan kepada mereka! Jika mereka
bertaubat itulah yang terbaik buat mereka; tetapi jika mereka berpaling, Allah
akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan mereka
tidak mempunyai penolong di muka bumi ini (Al-Tawbah 74). “Sebagian
besar di antara mereka adalah orang-orang fasik” (Al-Hadid 16).
(40 Masalah Syiah, hal. 80)
Jawaban
LPPI :
Qatadah berkata,
”Ayat ini diturunkan mengenai Abdullah bin Ubay (munafiq). Yaitu pada suatu
ketika, ada dua orang yang berkelahi, antara orang Juhani dengan seorang
Anshar. Maka orang Juhani ini bisa mengalahkan orang Anshar. Maka Abdullah bin
Ubay berkata, ”Mengapa kalian tidak menolong saudaramu yang orang Anshar?”
Kemudian setelah itu, Abdullah bin Ubay juga berkata,
ﮋ ﮌ ﮍ
ﮎ ﮏ ﮐ
ﮑ ﮒ
”Sungguh, jika kita kembali ke Madinah (kembali dari perang Bani Musthalik),
pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana.”
Maksud
orang yang kuat adalah Rasulullah saw dan para sahabat. Kemudian ada seseorang
yang melaporkan ucapan Abdullah bin Ubay ini kepada Rasulullah saw. Maka
Rasulullah saw segera mengutus seseorang untuk bertanya kepada Abdullah bin
Ubay mengenai kebenaran ucapannya tersebut. Akan tetapi, Abdullah bin Ubay
bersumpah atas nama Allah, bahwasanya dia tidak mengucapkan kata-kata tersebut.
Maka Allah SWT menurunkan ayat ini.
ﭟ
ﭠ ﭡ ﭢ
ﭣ ﭤ ﭥ
ﭦ ﭧ ﭨ
ﭩ ﭪ ﭫ
ﭬ ﭭﭮ ﭯ
ﭰ ﭱ ﭲ
ﭳ ﭴ ﭵ
ﭶ ﭷﭸ ﭹ
ﭺ ﭻ ﭼ ﭽﭾ ﭿ
ﮀ ﮁ ﮂ
ﮃ ﮄ ﮅ
ﮆ ﮇﮈ ﮉ
ﮊ ﮋ ﮌ
ﮍ ﮎ ﮏ
ﮐ ﮑ
”Mereka (orang munafik) bersumpah dengan (nama)
Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakiti Muhammad).
Sungguh, mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir
setelah Islam, dan menginginkan apa yang mereka tidak mencapainya; dan mereka
tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), sekiranya Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan
karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertobat, itu adalah lebih baik
bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka
dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka tidak mempunyai
pelindung dan tidak (pula) penolong di bumi.” (QS At-Taubah [09]: 74) (Tafsir Ibnu Katsir jilid ke-2 hal. 338).
Kutipan
:
- Diriwayatkan dari Al-Musayyab bahwa dia bertemu dengan Al-Barra bin Azib dan berkata kepadanya: Semoga engkau hidup sejahtera. Engkau beruntung karena menjadi sahabat Nabi saw dan berbaiat kepadanya di bawah pohon (Al-Hudaybiyah). Mengenai hal ini, Al-Barra berkata: Wahai keponakanku, engkau tidak tahu bahwa kami telah mengubah-ubah agama sepeninggalnya (Shahih al-Bukhari 5:488) (40 Masalah Syiah hal. 81)
Jawaban
LPPI :
Setahu kami bahwa hadits yang
dimaksudkan oleh Syiah ini adalah sebuah hadits yang bercerita tentang perilaku
umat Rasulullah saw yang mengamalkan perbuatan bid’ah. Kita tahu bahwa
Rasulullah saw telah mewanti-wanti umatnya dari perbuatan bid’ah. Sepeninggal
Rasulullah saw, mulailah umat Islam ini terjerumus ke dalam perbuatan bid’ah
dan terus berlanjut sampai pada zaman sekarang ini.
Adapun pada zaman para sahabat
dan semasa Rasulullah saw hidup, istilah perbuatan bid’ah belum dikenal, karena
mereka sangat konsisten dan istiqamah dengan sunnah Rasulullah saw sehingga
beliau menyebutnya sebagai generasi terbaik ummat ini!
Kutipan :
- Pada persitiwa Perjanjian Hudaybiyah, Nabi bermaksud berdamai dengan orang-orang Mekah, tetapi sahabat-sahabat yang sama menentangnya. Bahkan mereka meragukan kenabian Nabi Muhammad saw. (40 Masalah Syiah hal. 82)
Jawaban LPPI :
Dalam peristiwa Hudaybiyah, memang Umar bin Khathab
berkata kepada Rasulullah saw, “Alasta Rasuulullaah? Bukankah Anda itu
Utusan Allah? Kalimat ini bukan pertanda bahwasanya Umar meragukan
kerasulan dan kenabian Muhammad bin Abdullah, akan tetapi sebagai penguatan.
Ketika itu Rasulullah saw terlihat tunduk kepada keinginan orang-orang kafir
Quraisy. Karena menurut pendapat Umar, isi perjanjian Hudaybiyah banyak
merugikan kaum muslimin. Rasulullah saw itu kan benar-benar sebagai Utusan Allah, untuk
apa mengikuti usulan orang-orang kafir Quraisy. Ternyata di kemudian hari, isi
perjanjian Hudaybiyah ini menghasilkan keuntungan, kebaikan dan kemenangan bagi
kaum muslimin.
Kutipan
:
- Dalam menjelaskan Al-Isra 60 “Dan kami tidak menjadikan mimpi yang telah kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia (dan begitu pula) pohon kayu terkutuk dalam al-Qur`an…” para mufassirin menjelaskan bahwa al-syajarah al-mal’unah atau pohon yang terkutuk adalah anak-cucu Marwan yang tampak dalam mimpi Rasulullah saw sebagai kera. Mereka mengerubungi mimbar Rasulullah saw. Setelah mimpi itu Rasulullah saw tidak pernah lagi tersenyum sampai akhir hayatnya (Al-Tafsir al-Kabir 20:237; Al-Jami li Ahkam al-Qur`an 10:281-286; Ruh al-Ma’ani 15:105) (40 Masalah Syiah hal. 89)
Jawaban LPPI :
Yang dimaksud dengan pohon yang dilaknat dalam
al-Qur`an adalah pohon zaqqum, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad,
Abdurrazzaq dan selain keduanya dari Sufyan bin Uyainah. Demikian pula al-Aufi
meriwayatkan hal yang sama dari sahabat Ibnu Abbas. (Tafsir Ibnu Katsir,
jilid ke-3 hal. 47).
Di dalam keterangan berikutnya
memang ada pernyataan bahwa ada orang yang mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan pohon yang dilaknat dalam al-Qur`an adalah Bani Umayyah, namun justru di
dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir ini langsung disanggah dengan divonis sebagai
pendapat yang aneh dan lemah.
وَ قِيْلَ : الْمُرَادُ بِالشَّجَرَةِ الْمَلْعُوْنَةِ
بَنُوْ أُمَيَّةَ، وَ هُوَ غَرِيْبٌ ضَعِيْفٌ.
“Dikatakan bahwasanya yang
dimaksud dengan pohon yang terkutuk adalah keturunan Umayyah. Pendapat ini
sangat aneh dan lemah.” (Tafsir Ibnu Katsir, jilid ke-3 hal. 47).
Tafsir Ibnu Katsir memuat
pernyataan ini bukan untuk membenarkannya tapi justru untuk menyanggahnya.
Hampir semua kitab tafsir menjelaskan jika yang dimaksud dengan pohon yang
terkutuk adalah pohon Zaqqum yang tumbuh di dasar neraka. Perlu diketahui
bahwasanya Bani Umayyah (anak keturunan Umayyah) bukan pembunuh cucu Rasulullah
saw. Inilah keyakinan Ahlussunnah. Akan tetapi, menurut Syiah bahwa Bani
Umayyah lah yang telah membunuh Husain, cucu Rasulullah saw, yaitu di tangan
Muawiyah bin Abu Sufyan. Padahal Muawiyah bin Abi Sufyan termasuk seorang
sahabat Rasulullah saw. Allah SWT telah menjamin ke’adilan (keutamaan) seluruh
para sahabat Rasulullah saw di dalam al-Qur`an seperti di dalam QS At-Taubah :
100; QS Al-Fath: 18; dan QS Al-Fath: 29.
1. QS
At-Taubah [09]: 100
ﭑ
ﭒ ﭓ ﭔ
ﭕ ﭖ ﭗ
ﭘ ﭙ ﭚ
ﭛ ﭜ ﭝ
ﭞ ﭟ ﭠ
ﭡ ﭢ ﭣ
ﭤ ﭥ ﭦﭧ ﭨ
ﭩ ﭪ ﭫ
”Dan orang-orang yang
terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin
dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka
dan mereka pun rida kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (QS At-Taubah [09]: 100).
2. QS
Al-Fath [48]: 18
ﮏ ﮐ ﮑ ﮒ ﮓ
ﮔ ﮕ ﮖ
ﮗ ﮘ ﮙ
ﮚ ﮛ ﮜ
ﮝ ﮞ ﮟ
ﮠ ﮡ ﮢ
”Sungguh, Allah telah meridai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji
setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia memberikan
ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat.”
(QS Al-Fath [48]: 18)
3. QS
Al-Fath [48] : 29
ﭑ
ﭒ ﭓﭔ ﭕ
ﭖ ﭗ ﭘ
ﭙ ﭚ ﭛﭜ ﭝ
ﭞ ﭟ ﭠ
ﭡ ﭢ ﭣ ﭤﭥ ﭦ
ﭧ ﭨ ﭩ
ﭪ ﭫﭬ ﭭ
ﭮ ﭯ ﭰﭱ ﭲ
ﭳ ﭴ ﭵ
ﭶ ﭷ ﭸ
ﭹ ﭺ ﭻ
ﭼ ﭽ ﭾ
ﭿ ﮀ ﮁﮂ ﮃ
ﮄ ﮅ ﮆ
ﮇ ﮈ ﮉ
ﮊ ﮋ ﮌ ﮍ
”Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang
yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud
mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda
bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan
sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang
mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat, lalu menjadi besar dan
tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya
karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan
orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar.” (QS Al-Fath [48]: 29)
Adapun yang ditulis oleh
Emilia Renita AZ di dalam bukunya bahwasanya ”para mufassirin menjelaskan bahwa
al-syajarah al-mal’unah atau pohon yang terkutuk adalah anak-cucu Marwan
yang tampak dalam mimpi Rasulullah saw sebagai kera. Mereka mengerubungi mimbar
Rasulullah saw. Setelah mimpi itu Rasulullah saw tidak pernah lagi tersenyum
sampai akhir hayatnya,” adalah pendapat dengan sanad yang sangat lemah
sebagaimana dikutip oleh Ibnu Katsir di dalam kitab tafsirnya jilid ke-3 hal.
49 sebagai berikut :
وَ قَالَ ابْنُ جَرِيْرٍ :
حُدِّثْتُ عَنْ مُحَمَّدٍ بْنِ الْحَسَنِ بْنِ زُبَالَةَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْمُهَيْمِنِ بْنُ عَبَّاسٍ بْنُ سَهْلٍ بْنُ سَعْدٍ، حَدَّثَنِيْ أَبِيْ عَنْ
جَدِّيْ قَالَ: رَأَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ بَنِيْ
فُلَانٍ يَنْزُوْنَ عَلَى مِنْبَرِهِ نُزُوْ الْقُرُوْدِ، فَسَاءَهُ ذَلِكَ، فَمَا
اسْتَجْمَعَ ضَاحِكًا حَتَّى مَاتَ، قَالَ: وَ أَنْزَلَ اللهُ فِيْ ذَلِكَ : وَ
مَا جَعَلْنَاكَ الرُّؤْيَا الَّتِيْ أَرَيْنَاكَ إِلَّا فِتْنَةً لِلنَّاسِ،
الآية، وَ هَذَا السَّنَدُ ضَعِيْفٌ جِدًّا، فَإِنَّ مُحَمَّدَ بْنَ الْحَسَنِ
بْنَ زُبَالَةَ مَتْرُوْكٌ وَ شَيْخُهُ أَيْضًا ضَعِيْفٌ بِالْكُلِّيَّةِ.
“Dan telah berkata Ibnu Jarir : Aku menerima hadits ini dari
Muhammad bin Al-Hasan bin Zubalah, telah menceritakan kepada kami Abdul
Muhaimin bin Abbas bin Sahal bin Sa’ad, telah menceritakan kepadaku bapakku
dari kakekku dia berkata, “Rasulullah saw pernah bermimpi melihat keturunan
dari si fulan melompati minbarnya seperti melompatnya kera-kera, beliau merasa
tidak nyaman dengan mimpi ini. Maka beliau saw pun tidak pernah terlihat
tersenyum sampai beliau saw wafat. Kakekku berkata, maka Allah SWT menurunkan
firman-Nya mengenai masalah ini, “Dan Kami tidak
menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian
bagi manusia.” Akan tetapi, sanad hadits ini
sangat lemah sekali, karena Muhammad bin Al-Hasan bin Zubalah adalah orang matruk
(ditinggalkan; haditsnya tidak diterima orang), dan demikian pula gurunya
secara umum divonis lemah. (Tafsir
Ibnu Katsir, ke-3 hal. 49).
Kutipan
:
- ”Apa hubungan antara Ulil Amr dengan kemaksuman? Al-Fakhr al-Razi menulis, ”Sesungguhnya Allah swt memerintahkan ketaatan kepada Ulil Amr dengan sangat tegas (’ala sabil al-jazmi) dalam ayat ini. Barang siapa yang diperintahkan Allah swt untuk ditaati dengan sangat pasti, tidak bisa tidak ia harus maksum atau terpelihara dari segala kesalahan dan dosa. Jika ia tidak maksum dari kesalahan, kita bisa memperkirakan bahwa ia akan mungkin memerintahkan yang salah. Dengan begitu salahlah yang memerintahkan....Sudah terbukti, bahwa Allah swt memerintahkan kita untuk mentaati Ulil Amr secara sangat tegas karena itu terbuktilah bahwa semua orang yang wajib ditaati berdasarkan perintah Allah swt yang tegas wajib terpelihara dari segala kesalahan. Dengan begitu bisa kita tetapkan dengan pasti bahwa Ulil Amri yang disebutkan dalam ayat ini tidak bisa tidak harus maksum” (Al-Tafsir Al-Kabir; 10: 144), (40 Masalah Syiah, hal. 94-95).
Jawaban LPPI :
Apabila seperti ini klaim orang-orang
Syiah terhadap Ulil Amr, yaitu mereka harus maksum (terpelihara dari segala
kesalahan dan dosa), maka kita ajukan pertanyaan, ”Apakah ada nash dari
Al-Qur`an yang menyatakan bahwa Fathimah, Ali, Al-Hasan, Al-Husayn dan sembilan
orang Imam dari keturunan Al-Husayn adalah orang-orang yang maksum seperti
Rasulullah saw?” Jika mereka orang-orang Syiah menjawab ya, maka mereka harus
menunjukkan dalilnya, yaitu dalil dari Al-Qur`an. Kalau tidak ada
dalilnya dari Al-Qur`an, carilah dari Al-Hadits. Akan tetapi jika mereka
mengatakan tidak ada dalilnya, artinya alasan ini akan menjadi bumerang bagi
mereka.
Jika orang-orang
Syiah menganggap bahwa Fathimah, Ali, Al-Hasan dan Al-Husayn adalah maksum,
maka baiat yang Al-Hasan berikan terhadap Muawiyah adalah benar dan direstui
oleh Allah SWT. Karena jika salah, apakah mungkin Allah SWT akan membiarkan
hamba-Nya yang maksum berbuat salah? Pasti Allah SWT akan menegurnya. Tetapi,
apakah datang teguran Allah SWT kepada Al-Hasan yang telah membaiat Muawiyah?
Kalau tidak ada teguran, artinya Muawiyah adalah sah sebagai khalifah karena
orang yang dianggap maksum yaitu Al-Hasan bin Ali telah ikut berbaiat kepada
Muawiyah. Akan tetapi, mengapa orang-orang Syiah tetap membenci Muawiyah dengan
tuduhan dia telah merampas tampuk kekhalifahan dari Al-Hasan?!
Kutipan :
- Rukun Iman dan Rukun Islam itu adalah hasil perumusan para ulama. Di kalangan Ahlussunnah, misalnya, rukun iman didasarkan hanya pada satu hadis dari Umar bin Khathab dalam Shahih al-Bukhari. Jika semua hadis tentang iman dan Islam dikumpulkan bisa jadi orang memperoleh perumusan yang berbeda.
Orang Syiah mempunyai
perumusan rukun iman dan rukun Islam yang berbeda; bukan karena perbedaan
aqidah, tetapi karena perbedaan penamaan saja. Berikut ini sebagian dari
perumusan ulama Syiah:
Rukun Iman
1. Tawhid (percaya keesaan
Allah yang mutlak)
2. ‘Adalah
(percaya kepada keadilan ilahi)
3. Nubuwah
(Kenabian, termasuk pada kitab-kitab yang dibawa para Nabi dan malaikat
yang menurunkannya)
4. Imamah
(percaya pada para imam setelah Nabi saw)
5. Al-Ma’ad
(percaya pada hari akhir)
Rukun Islam
1. Shalat
2. Puasa
3. Zakat
4. Khums
5. Haji
6. Jihad
7. Amar
Ma’ruf dan Nahi Munkar
8. –
9. Tawalla
(membenci apa yang dibenci Rasul saw dan Ahlulbaitnya)
10. Tabarra
(mencintai apa yang dicintai Rasul saw dan Ahlulbaitnya)
11. Amal
Saleh (40 Masalah Syiah hal. 121-122).
Jawaban LPPI :
Perlu diketahui oleh Syiah
bahwasanya Rukun Islam dan Rukun Iman Ahlussunnah bukan buatan para ulama.
Karena zaman Rasulullah saw belum muncul istilah ulama. Justru Rukun Islam dan
Rukun Iman Ahlussunnah adalah ketetapan dari Allah SWT dan Rasul-Nya
sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari di dalam hadits Jibril. Yaitu
hadits yang mengisahkan malaikat Jibril datang menemui Rasulullah saw dalam
wujud seorang manusia, kemudian malaikat Jibril bertanya kepada Rasulullah saw
tentang Islam, Iman, Ihsan dan tanda-tanda akan tibanya hari Kiamat. Adapun Rukun Islam Ahlussunnah adalah
penetapan dari Allah SWT melalui wahyu yang disampaikan oleh malaikat Jibril
langsung kepada Nabi Muhammad saw di hadapan para sahabat nya.
Inilah hadits Jibril
tentang Rukun Islam dan Rukun Iman Ahlussunnah :
عَنْ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ
سَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ، إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ، شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ
، شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعَرِ، لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَ لَا
يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ
حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَسْنَدَ
رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَ وَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ، وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ
أَخْبِرْنِيْ عَنِ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : اَلْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَ أَنَّ مُحَمَّدًا
رَسُوْلُ اللهِ، وَ تُقِيْمُ الصَّلَاةِ وَ تُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَ تَصُوْمَ
رَمَضَانَ وَ تَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلًا، قَالَ: صَدَقْتَ،
فَعَجِبْنَا لَهُ: يَسْأَلُهُ وَ يُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ
الْإِيْمَانِ قَالَ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ
وَ مَلَائِكَتِهِ وَ كُتُبِهِ
وَ رُسُلِهِ وَ الْيَوْمِ الْآخِرِ وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَ
شَرِّهِ، قَالَ: صَدَقْتَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عِنِ الْإِحْسَانِ قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ
كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ، قَالَ:
فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ
قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ ) رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ (
Dari Umar bin Khaththab RA dia berkata: …”Pada saat kami sedang duduk
bersama Rasulullah saw pada suatu hari, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki
memakai baju yang sangat putih dan rambutnya sangat hitam. Tidak terlihat pada
dirinya bekas-bekas perjalanan (pakaiannya lusuh atau badannya berkeringat).
Tetapi kami juga tidak mengenalnya. Dia (pun) duduk menghadap Nabi Muhammad
saw, mendekatkan kedua lututnya dengan lutut Nabi Muhammad saw, dan dia
meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha Rasulullah saw. Dia
bertanya, ”Wahai Muhammad, beritahukanlah kepadaku, apa Islam itu?” Maka
Rasulullah saw bersabda, ”Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada
tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan
shalat dan menunaikan (membayar) zakat, engkau berpuasa di bulan Ramadhan dan
melaksanakan ibadah haji jika engkau mampu.” Maka dia (yang tadi bertanya)
berkata, ”Engkau benar wahai Muhammad!” Kami menjadi heran. Dia yang bertanya
dan dia juga yang membenarkannya. Dia bertanya lagi,”Wahai Muhammad,
beritahukanlah kepadaku, apa Iman itu?” Maka Rasulullah saw bersabda, ”Engkau
beriman kepada Allah, (beriman) kepada para malaikat-Nya, (beriman) kepada
kitab-kitab-Nya, (beriman) kepada para utusan-Nya, (beriman) kepada hari akhir
dan engkau beriman kepada taqdir Allah, yang baik dan yang buruknya.” Maka dia
(yang tadi bertanya) berkata, ”Engkau benar wahai Muhammad!” Dia bertanya
lagi,”Wahai Muhammad, beritahukanlah kepadaku, apa Ihsan itu?” Maka Rasulullah
saw bersabda,”Engkau beribadah kepada Allah, seolah-olah engkau bisa
melihat-Nya. Kalau engkau tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia
melihatmu.”Dia bertanya lagi,”Wahai Muhammad, beritahukanlah kepadaku tentang
Kiamat!” Maka Rasulullah saw bersabda,”Orang yang ditanya tidak lebih tahu
daripada yang bertanya (artinya sama-sama tidak tahu),” (HR Al-Bukhari).
Hadits Rasulullah saw
yang lainnya tentang Rukun Islam Ahlussunnah :
عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ
عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: بُنِيَ الْإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ:
شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَ
إِقَامِ الصَّلاَةِ، وَ إِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَ حَجِّ الْبَيْتِ وَ صَوْمِ
رَمَضَانَ. (
رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَ مُسْلِمٌ )
Dari Abi Abdirrahman Abdullah bin Umar bin Khaththab RA dia berkata, ”Aku
pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, ’Islam itu dibangun di atas 5 dasar :
Bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah;
mendirikan shalat; membayar zakat; berhaji ke Baitullah; dan shaum (puasa) di
bulan Ramadhan,’” (HR Bukhari dan Muslim).
Perbedaan antara Rukun Iman Ahlussunnah dengan Syiah
RUKUN IMAN AHLUSSUNNAH
|
RUKUN IMAN SYI’AH
|
1. Iman kepada Allah.
2. Iman kepada para Malaikat Allah.
3. Iman Kitab-kitab Allah.
4. Iman kepada para utusan Allah.
5. Iman kepada hari Kiamat.
6. Iman kepada Taqdir yang baik dan yang buruk.
|
1. Percaya kepada ke-Esa-an Allah (At-Tauhid)
2. Percaya kepada Keadilan (Al-‘Adalah)
3. Percaya kepada Kenabian (An-Nubuwwah)
4. Percaya kepada Imamah (Al-Imamah)
5. Percaya kepada Hari Kiamat (Al-Ma’ad)
|
Keterangan : Rukun Iman Syiah tidak ada percaya
kepada Allah SWT, tapi hanya percaya kepada Keesaan Allah SWT. Sifat Allah SWT
yang wajib adalah 20 sifat antara lain al-wahdaniyyah (percaya kepada
keesaan Allah SWT).
5 RUKUN ISLAM AHLUSSUNNAH
|
10 RUKUN ISLAM
SYI’AH
|
1.
Syahadat
2.
Shalat
3.
Zakat
4.
Puasa
5.
Haji
|
1.
Shalat
2.
Puasa
3.
Zakat
4.
Khums
5.
Haji
6.
Jihad
7.
Amar
Ma`ruf dan Nahi Munkar
8.
- (nomor
delapan tidak ada).
9. Tawalla (membenci apa yang dibenci Rasul saw dan Ahlul Baitnya)
10.
Tabarra (mencintai apa
yang dicintai Rasul saw dan Ahlul Baitnya)
11.
Amal
Saleh
|
Perbedaan antara Syiah dengan
Sunnah bukan hanya perbedaan dalam masalah furuiyyah. Akan tetapi, sudah masuk
ke dalam ranah aqidah, atau perbedaan dalam masalah ushuluddin. Rukun Iman dan
Rukun Islam Syiah sangat berbeda dengan Rukun Iman dan Rukun Islam Ahlussunnah.
Begitu pula dengan kitab-kitab hadits Syiah sangat berbeda dengan kitab-kitab
hadits yang dipegang oleh Ahlussunnah. Bahkan sesuai dengan pengakuan sebagian
besar imam-imam mereka bahwa al-Qur`an Syiah juga berbeda dengan al-Qur`an
Sunnah. Apabila ada dari para ulama Syiah mengatakan bahwasanya al-Qur`an Syiah
juga sama dengan al-Qur`an Sunnah, maka sang ulama Syiah tersebut sedang
melakukan taqiyyah (berdusta). Yang kami temukan, para ulama Syiah di dalam
menafsirkan ayat-ayat al-Qur`an sangat berbeda dan berlainan dengan penafsiran
Ahlussunnah. Sehingga tepatlah apabila para ulama Ahlussunnah mengatakan jika
Syiah Imamiyyah Itsna Asyariyyah adalah satu agama tersendiri yang bertujuan
ingin mengacaukan Islam dan kaum muslimin.
Perlu diketahui bahwa
suatu faham atau aliran keagamaan dinyatakan sesat apabila memenuhi salah satu
dari kriteria berikut :
1. Mengingkari salah satu rukun dari rukun iman
yang 6 (enam) yakni beriman kepada Allah, kepada Malaikat-Nya, kepda
kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-Rasul-Nya, kepada Hari Akhirat, kepada Qadla dan
Qadar dan rukun Islam yang 5 (lima) yakni mengucapkan dua kalimat syahadat,
mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, menunaikan
ibadah haji.
2. Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak
sesuai dengan dalil syar’i (Al-Qur‘an dan As-Sunah).
3. Meyakini turunnya wahyu setelah Al-Qur‘an.
4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran
isi Al-Qur‘an.
5. Melakukan penafsiran Al-Qur‘an yang tidak
berdasarkan kaidah-kaidah tafsir.
6. Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai
sumber ajaran Islam.
7. Menghina, melecehkan dan atau merendahkan
para nabi dan rasul.
8. Mengingkari Nabi Muhammad saw sebagai Nabi
dan Rasul terakhir.
9. Merubah, menambah dan atau mengurangi
pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh Syari’ah, seperti haji tidak
boleh ke Baitullah, shalat fardu tidak 5 waktu.
10. Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil
syar’i, seperti mengkafirkan muslim hanya karena bukan kelompoknya.
Dalam hal ini, Syiah telah menolak Rukun Iman dan bahkan membuat rumusan
sendiri. Demikian pula dengan Rukun Islam Syiah telah menghilangkan
Syahadatain, yakni mengucapkan dua kalimat syahadat dan menambahkan rukun-rukun
yang lainnya sehingga Rukun Islam versi Syiah berjumlah sebelas.
Kutipan :
- Tuduhan : Syiah itu musyrik karena menyebutkan bahwa dunia dan akhirat kepunyaan para Imam padahal ini bertentangan dengan al-Qur`an.
Jawaban : “Sesungguhnya dunia
dan akhirat adalah kepunyaan Imam, dia boleh meletakkannya dimana
dikehendakinya dan memberikan kepada sesiapa yang dikehendakinya. Itu adalah
satu kebenaran dari pihak Allah kepadanya (Al-Kafi 1:409)
Dalam Kitab yang dirujukinya,
riwayat itu berbunyi sebagai berikut : “Hai Abu Muhammad, tidakkah engkau
ketahui bahwa sesungguhnya dunia dan akhirat adalah kepunyaan Imam, dia boleh
meletakannya dimana dikehendakinya dan memberikan kepada sesiapa yang
dikehendakinya, Semua itu dengan izin Allah. Hai Abu Muhammad
sesungguhnya Imam tidak tidur satu malam pun kecuali Allah mempunyai hak di
atas kuduknya dan Ia akan menuntut hak itu daripadanya.” (40 Masalah Syiah
hal. 123-124)
Jawaban LPPI :
Kayakinan bahwasanya dunia dan
akhirat adalah kepunyaan Imam adalah keyakinan batil (sesat dan menyesatkan).
Demikian pula keyakinan bahwasanya Imam boleh meletakkan dunia dan akhirat
tersebut di mana dikehendakinya dan memberikannya kepada siapa saja yang
dikehendakinya merupakan keyakinan batil walaupun ditambahkan kata-kata “semua
itu dengan izin Allah.”
Hal ini dikarenakan di dalam
keyakinan Ahlussunnah bahwasanya Allah SWT lah Pemilik dunia dan akhirat dan
hanya Allah SWT lah yang berhak meletakkan di mana dikehendaki-Nya dan
memberikan kepada sesiapa yang dikehendaki-Nya. Seorang Imam hanyalah seorang
manusia yang sangat lemah dan tidak mempunyai keistimewaan apa-apa, karena dia
bukan seorang nabi atau malaikat. Jika ada keterangan yang mendukung keyakinan
ini, baik dari al-Qur`an maupun dari As-Sunnah, maka kita akan menerimanya dan
jika tidak ada, maka kita tidak akan menerimanya. Allah SWT berfirman,
ﰁ ﰂ ﰃ ﰄ
“(Tidak!) Maka milik Allah-lah kehidupan akhirat
dan kehidupan dunia,” (QS An-Najm [53]: 25)
Kutipan :
- Tuduhan : Imam Syiah mengetahui apa yang di langit.
Jawaban : “Sesungguhnya aku
mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. Aku mengetahui apa yang di
syurga dan di neraka. Aku mengetahui perkara yang berlalu dan perkara yang akan
datang” Ucapan di atas adalah ucapan Imam Ja’far as Shadiq, yang telah dibuang
kalimat yang sangat penting yaitu : “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang ada
di langit dan di bumi. Aku mengetahui apa yang di syurga dan di neraka. Aku
mengetahui perkara yang berlalu dan perkara yang akan datang”, kemudian (Imam
Ja’far) berhenti sebentar karena ia melihat ucapan itu sangat berat bagi orang
yang mendengarnya. Ia berkata: Aku mengetahui yang demikian dari Kitabullah
Azza wa jalla. Sesungguhnya Allah Azza wa jalla berfirman: Dan Kami turunkan
Al-Kitab kepadamu untuk penjelasan segala sesuatu.” (40 Masalah Syiah hal.
125-126)
Jawaban LPPI :
Allah SWT berfirman,
ﭧ ﭨ ﭩ
ﭪ ﭫ ﭬ
ﭭ ﭮ ﭯ ﭰﭱ ﭲ
ﭳ ﭴ ﭵ
ﭶ
“Katakanlah
(Muhammad), “Tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang mengetahui
perkara yang gaib, kecuali Allah. Dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan
dibangkitkan,” (QS An-Naml [27]: 65).
ﯵ ﯶ ﯷ ﯸ
ﯹ ﯺ ﯻ
ﯼ ﯽ ﯾ
ﯿ ﰀ ﰁ
ﰂ ﰃ ﰄ
ﰅ ﰆ ﰇ
ﰈ ﰉ ﰊ
“Dia
Mengetahui yang gaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan kepada siapa pun tentang
yang gaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridai-Nya, maka sesungguhnya Dia
mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di depan dan di belakangnya,” (QS Al-Jin [72]: 26-27).
Keyakinan
Ahlussunnah bahwasanya yang mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, apa
yang ada di syurga dan di neraka dan mengetahui perkara yang berlalu dan
perkara yang akan datang hanya Allah SWT saja. Jika ada perkara gaib yang
disampaikan oleh Allah SWT di dalam al-Qur`an, maka perkara gaib tersebut hanya
disampaikan sebatas garis besarnya saja. Sedangkan rinciannya, hanya Allah SWT
saja yang tahu. Jika ada pengetahuan yang Allah SWT berikan mengenai rincian
hal gaib tersebut, misalnya tentang lebar, luas dan kedalaman neraka, maka
keterangan ini akan Allah SWT sampaikan kepada utusan-Nya dan bukan kepada yang
lainnya. Oleh karena itu, perkataan
Syiah, “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. Aku
mengetahui apa yang di syurga dan di neraka. Aku mengetahui perkara yang
berlalu dan perkara yang akan datang. Aku mengetahui yang demikian dari
Kitabullah Azza wa jalla,” maka ucapan ini ada benarnya, karena disandarkan
kepada berita yang datangnya dari Allah SWT yang tertulis di dalam al-Qur`an.
Karena Allah SWT telah menjelaskan apa yang ada di langit (langit mempunyai
pintu, ada para malaikat yang menjaganya dll) di bumi (di dalam perut bumi
tersimpan kekayaan alam seperti barang tambang dll), di syurga (Allah SWT telah
menjelaskan bahwasanya syurga adalah tempat yang sangat menyenangkan dll), di
neraka (Allah SWT telah menjelaskan bahwasanya neraka adalah tempat yang sangat
mengerikan), perkara yang telah berlalu (misalnya kisah para nabi, kisah
orang-orang dahulu dll) dan perkara yang akan datang (yaitu berita tentang akan
tibanya hari Kiamat).
Jika
ditelaah buku 40 Masalah Syiah yang ditulis oleh Emilia Renita AZ
dan editornya Jalaluddin Rakhmat yang diberikan kepada seluruh anggota IJABI
sebagai pedoman dakwah mereka : maka materi buku tersebut telah menodai Agama
Islam dan sudah melanggar UU No.1/PNPS/1965 antara lain :
(1) ’Adalah semua sahabat bertentangan dengan
al-Qur`an [40 Masalah Syiah hal. 76-78], dan ’Adalah semua
sahabat bertentangan dengan Sunnah [40 Masalah Syiah hal. 80],
(2)
Menuduh para sahabat telah merubah-rubah agama Islam [40 Masalah Syiah hal. 81],
(3)
Menuduh para sahabat meragukan kenabian Nabi Muhammad saw [40 Masalah Syiah hal. 82],
(4)
Menyimpangkan penafsiran al-Qur`an dengan mengatakan bahwa pohon yang terkutuk
adalah anak cucu Marwan [40
Masalah Syiah hal. 89],
(5)
Berkeyakinan jika Ulil Amri harus maksum/terpelihara dari dosa dan kesalahan [40 Masalah Syiah hal. 94-95],
(6) Membuat Rukun Iman dan Rukun Islam sendiri. Di dalam 40 Masalah
Syiah, Emilia Renita AZ dan Jalaluddin Rakhmat telah merubah-rubah Rukun Iman
dan Rukun Islam yang merupakan wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw. Rukun
Iman yang enam dirubah menjadi lima perkara dan Rukun Islam yang lima dirubah
menjadi sebelas perkara dan ditulis dengan asal-asalan pula, yaitu no. 8 dari
Rukun Islam Syiah tersebut tidak ada/setelah nomor 7 langsung nomor 9. [40 Masalah Syiah
hal. 122]
(7) dll.
Perbuatan seperti ini jelas-jelas telah menodai agama
Islam dan terjerat UU No.1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau
Penodaan Agama Pasal 1, 2, 3, 4 dan 5.
MENYIMPANGKAN ARTI AYAT-AYAT AL-QUR`AN[2]
- “Imam Shadiq as dalam menafsirkan ayat, “Segala sesuatu akan musnah, kecuali wajah Allah….” Berkata, “Yang dimaksud dengan Wajah Allah dalam ayat ini adalah Ali as.” (Kecuali Ali hal 22)
Tanggapan
LPPI : Ayat yang dimaksud adalah :
ﮖ ﮗ
ﮘ ﮙ ﮚﮛ
“Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah,” (QS
Al-Qashash [28]: 88)
- Imam Ali as adalah penghitung amal perbuatan di hari Kiamat. “Sesungguhnya (hanya) kepada Kami-lah mereka kembali, kemudian sesunguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.” (Kecuali Ali hal. 41)
Tanggapan
LPPI : Ayat yang dimaksud adalah :
ﯲ ﯳ
ﯴ ﯵ ﯶ
ﯷ ﯸ ﯹ
ﯺ
“Sungguh,
kepada Kamilah mereka kembali, kemudian sesungguhnya (kewajiban) Kamilah
membuat perhitungan atas mereka,”
(QS Al-Ghasyiyah [88]: 25-26)
- “Dan sesungguhnya dia (Ali as) dalam induk al-Kitab (Lauhul Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah.” (Kecuali Ali hal. 49)
Tanggapan
LPPI : Ayat yang dimaksud adalah :
ﮌ ﮍ
ﮎ ﮏ ﮐ
ﮑ ﮒ ﮓ
“Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu dalam Ummul Kitâb (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, benar-benar
(bernilai) tinggi dan penuh hikmah,” (QS Az-Zukhruf [43]: 4)
- “Jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang Mukmin yang baik; dan selain dari itu, malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.”
Yang
dimaksud dengan orang-orang Mukmin yang baik adalah Ali as. (Kecuali Ali hal. 49)
Tanggapan
LPPI : Ayat yang dimaksud adalah :
ﮐ ﮑ
ﮒ ﮓ ﮔ
ﮕ ﮖﮗ ﮘ
ﮙ ﮚ ﮛ
ﮜ ﮝ ﮞ
ﮟ ﮠ ﮡﮢ ﮣ
ﮤ ﮥ ﮦ ﮧ
“Jika
kamu berdua bertobat kepada Allah, maka sungguh, hati kamu berdua telah condong
(untuk menerima kebenaran); dan jika kamu berdua saling bantu membantu
menyusahkan Nabi, maka sungguh, Allah menjadi pelindungnya dan (juga) Jibril
dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain itu malaikat-malaikat adalah
penolongnya,” (QS At-Tahrim [66]:
4)
- “Agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar.” (Kecuali Ali hal. 50)
Tanggapan LPPI : Ayat yang dimaksud adalah :
ﭧ ﭨ
ﭩ ﭪ ﭫ
ﭬ ﭭ
”Agar Kami jadikan (peristiwa itu) sebagai
peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar,” (QS Al-Haqqah [69]:
12)
- ”Kemudian seorang penyeru mengumumkan di antara kedua golongan itu, ’Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang lalim.”
Imam Ali as adalah seorang penyeru di hari Kiamat, yakni
menetapkan siapa yang akan menjadi penghuni neraka dan siapa yang akan menjadi
penghuni kebaikan (surga). (Kecuali Ali hal. 50)
Tanggapan LPPI : Ayat yang dimaksud adalah :
ﭑ ﭒ
ﭓ ﭔ ﭕ
ﭖ ﭗ ﭘ
ﭙ ﭚ ﭛ
ﭜ ﭝ ﭞ
ﭟ ﭠ ﭡ ﭢﭣ ﭤ ﭥﭦ ﭧ
ﭨ ﭩ ﭪ
ﭫ ﭬ ﭭ
ﭮ ﭯ
”Dan para penghuni surga menyeru
penghuni-penghuni neraka, “Sungguh, Kami telah memperoleh apa yang dijanjikan
Tuhan kepada kami itu benar. Apakah kamu telah memperoleh apa yang dijanjikan
Tuhan kepadamu itu benar?” Mereka menjawab, “Benar.” Kemudian penyeru
(malaikat) mengumumkan di antara mereka, “Laknat Allah bagi orang-orang zalim,” (QS Al-A’raf [07]:
44)
- ”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahlilkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Dalam riwayat Jabir dari Imam baqir as, bahwa beliau as
berkata, ”Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia” adalah
Ahlulbait Nabi (saw). (Kecuali Ali hal. 135)
Tanggapan LPPI : Ayat yang dimaksud adalah :
ﭞ ﭟ
ﭠ ﭡ ﭢ
ﭣ ﭤ ﭥ
ﭦ ﭧ ﭨ ﭩﭪ ﭫ ﭬ ﭭ
ﭮ ﭯ ﭰ ﭱﭲ ﭳ
ﭴ ﭵ ﭶ ﭷ
“Kamu
(umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu)
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah
orang-orang fasik,” (QS Ali Imran
[03]: 110)
[1] 40
Masalah Syiah, karya Emilia Renita Az, editor : Jalaluddin Rakhmat,
cetakan 2 : Oktober 2009, diterbitkan oleh IJABI bekerja sama dengan The
Jalal Center.
[2]
Baca buku Kecuali Ali karya Abbas Rais Kermani, terbitan Daftare Tablighat, Iran, penerjemah : Musa Shahab
& M. Ilyas, diterbitkan oleh Penerbit Al-Huda Jakarta, cetakan ke-2
Desember 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar