APAKAH AMERIKA AKAN MELINDUNGI
NEGARA-NEGARA TELUK DARI
(ANCAMAN) IRAN?
Oleh Hamid Khalaf Al-’Umariy
Diterjemahkan oleh Ibnu Ohan,
Lc
Saya masih teringat dengan cerita
lucu yang pernah saya dengar di masa kecil saya. Yaitu kisah tentang dua orang
penjahat yang masuk ke sebuah restoran. Keduanya segera memesan makanan. Setelah
menyantap makan siang di restoran tersebut, keduanya berbisik-bisik memikirkan
cara untuk meloloskan diri dari tagihan restoran (tidak mau membayar). Salah
seorang dari keduanya mendapatkan ide yang unik (nyeleneh). Tetapi temannya tidak
setuju atas idenya ini. (Idenya ini) yaitu salah seorang dari kedua penjahat
tersebut mencaci maki temannya. Temannya segera membalas caci makinya ini
dengan cacian dan makian yang lebih buruk. Akhirnya, terjadilah perang mulut. Pada
saat itu, tiba-tiba datanglah para pelayan restoran menenangkan suasana. Tetapi
kedatangan para pelayan restoran ini tidak menghasilkan apa-apa. Hampir saja kedua
orang pria tersebut saling bunuh. Para pelayan telah berusaha untuk
melerai kedua orang pria yang sedang berseteru tersebut. Tetapi usaha mereka hanya
menambah ricuh. Tiba-tiba, salah seorang dari kedua orang itu memukul temannya.
Dia (yang dipukul) lari ke luar, dan diikuti oleh temannya dengan membawa sebotol saus sambil
melontarkan kata-kata cacian dan makian. Akhirnya, mereka berdua bisa luput
dari penglihatan orang-orang (keduanya kabur). Pada saat itu para pelayan
restoran baru sadar, dan mereka hanya bisa saling pandang, terkesima melihat kejadian
ini. Mereka sepakat bahwa mereka telah ditipu, karena kedua orang yang bertengkar
tadi tidak membayar dan telah membawa
kabur sebotol saus.
Saya selalu teringat akan cerita
ini ketika saya dan orang lain terlihat seperti kebingungan mengenai hubungan antara
Iran-Amerika, atau putri kesayangan Amerika, Israel!
Ketika perang dingin di antara
kedua negara (Iran-Amerika) mencapai puncaknya di tahun 80-an yang lalu, yaitu
pada saat Imam Khomeini dan para pengikutnya mengecam Amerika yang mereka sebut
dengan sebutan Setan Besar. Pada saat itu, Presiden Iran, Abulhasan Bani Shadr justru
sedang membuat kesepakatan di Paris dengan Wakil Presiden Amerika Serikat George
Bush yang dihadiri oleh Agen Mossad Ari Ben Minascia, bahwa Amerika akan membantu
Iran dengan bantuan persenjataan Amerika yang mutakhir melalui Israel, untuk
digunakan oleh tentara Iran dalam perang Iran-Irak. Bantuan persenjataan ini bernilai
sekitar 1.217.410 Dolar AS.
Pada saat Presiden AS George
W. Bush menyerang dan mengecam rezim Iran, justru pasukan Amerika yang berada
di Irak mengawal Presiden Iran sejak tiba di bandara Baghdad sampai dia berangkat
(meninggalkan Baghdad). (terjadi pada tahun 2003, saat Irak diserang Amerika,
pent).
Pada saat itu, Pemerintah Iran
mengancam akan menutup kantor berita Al-Arabiya Channel di Teheran. Iran juga mengecam
Abdel-Rahman Al-Rusyd, direktur Al-Arabiya Channel dalam sebuah artikel yang cukup
pedas. Tetapi saya lihat, saluran Al-Arabiya Channel tidak pernah bosan menyiarkan
propaganda pemerintah Irak mengenai kelahiran, eksistensi dan perkembangan
Teheran.
Bagaimana mungkin kita bisa memahami
kontradiksi ini tentang rumor mengenai permusuhan besar di antara kedua negara,
Amerika-Iran, dengan kenyataan di lapangan!
Sebagai tambahan, baru-baru
ini telah terjadi kebocoran informasi dan terbongkarnya beberapa dokumen lama (dokumen
penting) yang menjelaskan hakikat beberapa peristiwa yang terjadi.
- Seperti yang dimuat di dalam dokumen-dokumen yang dilansir
(dikeluarkan) oleh Arsip Keamanan Nasional AS yang berkaitan dengan skandal
Kontra Revolusi Iran.
- Mengenai kecaman terhadap para pejabat Iran, seperti
yang dikatakan Wakil Presiden Iran bagian Hukum dan Parlemen di akhir Konferensinya
tentang Teluk dan Tantangan Masa Depan yang diselenggarakan di Abu Dhabi,
Emirat Arab pada tanggal 13 Januari 2004, ”Sesungguhnya Iran telah
memberikan banyak bantuan kepada para prajurit Amerika di dalam perang
mereka terhadap Afghanistan dan Irak. Kalau bukan atas bantuan Iran, tentu
Kabul dan Baghdad tidak akan jatuh semudah ini!”
- Ucapan Sharon di dalam memoarnya, ”Saya tidak melihat
di dalam tubuh Syiah adanya orang-orang yang memusuhi Israel dalam jangka
panjang. Justru musuh yang nyata kita adalah organisasi teroris Palestina."
Dari catatan Sharon yang diterjemahkan oleh Anton Obeid, hal. 576.
- Ucapan Menteri Luar Negeri Pemerintah Netanyahu,
David Levy, di mana ia berkata, ”Israel tidak pernah mengatakan bahwa Iran
adalah musuh!” Koran Yahudi, Hartz, 1 Juni 1997.
Sebenarnya saya tidak sedang
meneliti dokumen-dokumen atau pernyataan-pernyataan tersebut. Karena saya pikir,
siapa saja yang menginginkan informasi itu, dengan sangat mudah dia akan menemukannya.
Karena ada banyak dokumen dan artikel yang berhubungan dengan masalah ini.[1]
Yang ingin saya tekankan di sini adalah karena masih banyak di antara kita yang
percaya bahwa Iran sedang menabuh genderang perang melawan Amerika dan Israel. Yang
menyedihkan bagi saya, isu ini tidak hanya menjadi konsumsi orang-orang awam
saja, tetapi sudah menjadi konsumsi kalangan intelektual.
Saya berkesimpulan bahwa tidak
ada permusuhan antara Iran-Amerika atau dengan Israel. Tetapi saya tidak bisa
menyangkal akan adanya titik perbedaan yang wajar di antara keduanya. Misalnya perbedaan
kepentingan, dominasi atau hegemoni. Bagaimanapun juga negara-negara tersebut
dengan profesionalitas politik mereka yang tinggi, mampu mengatasi permasalahan
ini. Atau setidaknya permasalahan ini dinetralkan, dan ditunda untuk jangka
waktu tertentu dan hanya fokus pada isu-isu politik bersama.
Menurut saya, dan hanya Allah lah
yang Maha Tahu, demi kepentingan Amerika dan Israel, Iran rela memposisikan
diri seolah-olah sedang menabuh genderang perang melawan Amerika dan Israel. Iran
terlihat seolah-olah menjadi simbol perlawanan terhadap Amerika dan Israel. Ternyata, dengan cara
ini ada dua tujuan yang ingin dicapai oleh Amerika :
1) Pertama :
Menurut sebagian orang bahwa alasan inilah yang menjadi alasan kuat negara
Israel tetap eksis. Sudah menjadi rahasia umum, Israel selalu berpura-pura sebagai negara lemah yang dikelilingi oleh
bahaya dan negara-negara yang memusuhinya. Dengan alasan ini, dengan
mudah Israel mendapatkan bantuan finansial dan persenjataan dari negara-negara
Barat, khususnya Amerika. Lihatlah, bagaimana seluruh dunia (Barat dan
sekutunya) bersekongkol dengan Israel menggagalkan aksi penyelundupan senjata
kepada Hamas. Israel juga memanfaatkan laporan para pejabat Iran yang berjanji akan menghapuskan
Israel dari peta dunia. Hal ini (dilakukan) oleh Israel untuk meyakinkan opini
publik Barat supaya Barat tetap memberikan bantuannya kepada Israel, serta untuk
membuat dunia Barat mengerti atas apa yang Israel lakukan, seperti menyerang warga
sipil di Palestina atau Lebanon (Israel membela diri, pent).
2) Kedua : Banyak
orang tidak tahu bahwa Madzhab Syiah yang diadopsi oleh Iran dan dibela mati-matian
dengan segala kekuatannya di tengah-tengah komunitas Islam Sunni yang anti
terhadap agenda Barat, yaitu Iran telah menjadikan Madzhab Syiah sebagai
madzhab radikal yang memiliki konsep jihad yang dipaksakan kepada warganya tanpa
dalih yang dibenarkan. Kalangan awam dan akademisi saja bisa terpengaruh oleh pidato
berapi-apinya Nasrullah terhadap Israel sehingga memicu kudeta dari kalangan Islamis
terhadap syaikh (guru) mereka, dengan alasan demi membela Iran! Seperti krisis yang
dialami Syaikh Yusuf Qaradhawi dengan pers Iran. Tujuan yang ingin dicapai
adalah terciptanya keseimbangan sektarian (Syiah-Sunni) di kawasan ini (di Teluk,
Iran dan sekitarnya, pent) yang menjadi tujuan utama semua pihak (Barat dan sekutunya)!
Ada banyak fakta yang meyakinkan
kita bahwa permusuhan Iran terhadap Amerika dan Israel sebagian besarnya hanya sebatas
retorika (dalam ceramah-ceramah) dan hanya ancaman kosong yang tidak pernah menimbulkan
sebuah gerakan nyata, selain hanya gerakan kepura-puraan belaka. Yang saya maksud
seperti perlawanan Hizbullah terhadap Israel. Perlawanan ini terbukti hanya
sebatas perlawanan kepura-puraan belaka terkait dengan kepentingan Iran. Karena
tujuan di balik serangan Hizbullah ke Israel tersebut bukan untuk kemenangan umat
Islam. Kalau bukan untuk itu, bagaimana Hizbullah menafsirkan kejadian yang
terjadi di Gaza? Bahkan dengan cepat, Hizbullah menyangkal keterlibatannya
dalam penembakan roket dari Lebanon Selatan ke Palestina. Oleh karena itu, ada sebagian
para pengamat yang mengatakan bahwa sebetulnya Hizbullah ingin kalau di Lebanon
Selatan itu ada yang menggantikan dirinya dari milisi Kristen yang telah gagal di
dalam membendung aktivitas pejuang Palestina di Lebanon. Hal ini terbukti dari
sikap Hizbullah yang menolak bergabung dengan para pejuang Palestina. Bahkan Hizbullah
tidak memperbolehkan para pejuang Palestina untuk merangsek masuk ke titik
kontak terdekat dengan musuh.
Mengenai sikap gembira dari pemimpin
Iran atas kepemimpinan Hamas (Hamas menang di Pemilu Paletina) dan Iran mau
membuka diri untuk pemimpin jihad-Islam di Palestina, hal ini tidak lebih hanya
sebatas latihan perang-perangan dan politik taqiyyah (politik berpura-pura). Saya
pikir bahwa saudara kami di Hamas lebih cerdas, mereka tahu bahwa Iran sedang menipu
mereka. Iran tidak pernah memberikan bantuan atas nama Allah, dan justru terlibat
dalam pembunuhan rakyat Palestina. Iran juga mengusir rakyat Irak, sehingga jutaan
rakyat Irak meninggalkan rumah mereka dan hidup di barak-barak pengungsian. Tidak
mungkin Iran akan bersikap baik terhadap rakyat Palestina. Andai saja Iran
tulus dalam mendukung Hamas, tentu Iran akan menepati janjinya ketika Hamas menang
di Pemilu Palestina, yaitu Iran berjanji akan memberikan sumbangan sebesar 50.000.000
Dolar AS!
Yang menjadikan Iran tetap memperjual
belikan isu Palestina sehingga Iran bisa memimpin kalangan Islam adalah dikarenakan
penilaian negatif dunia Arab terhadap perjuangan bangsa Arab (Palestina) dan semakin
lemahnya peran utama beberapa negara Arab.
Kita harus bertanya, ”Sudah berapa
kali terjadi peperangan antara Iran-Amerika atau dengan Israel sejak awal
revolusi sampai sekarang?” Atau, abaikanlah pertanyaan ini dan jawablah
pertanyaan saya, ”Apakah ada pasilitas strategis milik Iran yang dirusak (oleh
Amerika) seperti yang dialami Irak?”
Kenyataan mengatakan bahwa
Amerika hanya berperang melawan musuh-musuh sejarah Iran. Rakyat Iran masih
kesal dan geram terhadap Afghanistan. Karena negara Shafawi (Iran tempo dulu) dikalahkan
oleh seorang Afghanistan, yaitu Alghalzain (1722-1729 M) di bawah pimpinan Al-Mir
Mahmud. Adapun Irak, Irak adalah penentang gerakan Shafawi model baru di bawah kepemimpinan
Khomeini. Sementara itu, Iran tetap aman berkat kelihaiannya memanfaatkan isu titik
konvergensi (pertemuan) antara proyek perluasan wilayahnya dan proyek Barat, pada
saat tidak adanya sebuah proyek Arab-Islam di sana.
Mengapa hubungan Israel-Iran sangat
erat? Ada sebagian para pengamat yang mengatakan bahwa Iran dianggap oleh Israel
sebagai Dewa Penolong mereka. Karena orang-orang Yahudi merasa ditolong oleh Kerajaan
Persia (Iran sekarang), yaitu mengenai pembebasan yang dilakukan oleh seorang Komandan
Persia, Cyrus yang Agung terhadap bangsa Yahudi dari penawanan Babel
(Babilonia, Irak sekarang). Pada saat ini, di Teheran muncul sebuah organisasi pemuda
Yahudi dengan nama Cyrus yang Agung!
Pemerintahan Shah di Iran
dianggap sebagai periode yang memperlihatkan hubungan erat Iran-Israel, sebelum
dimulainya konsep taqiyyah, atau revolusi Khomeini yang tidak pernah mengubah
realitas hubungan Iran-Israel ini. Dan yang mengejutkan bahwa orang-orang
Yahudi asal Iran adalah orang yang paling banyak menumpahkan darah (membunuh)
rakyat Palestina daripada yang lainnya. Perdana Menteri Israel, Shaul Mofaz pencetus
ide untuk membentuk pasukan militer untuk menghadapi pemberontakan Intifadhah, dia
lah yang memimpin pembantaian Nablus dan Jenin. Dia adalah seorang warga Yahudi
kelahiran Teheran tahun 1948 yang keluarganya beremigrasi (berpindah) ke
Palestina pada tahun 1957. Adapun Dan Halutz, mantan Komandan AU Israel yang
berjuluk Jenderal Pembunuhan, telah melakukan pembantaian keji pada bulan Juli
2002, ketika ia memberi perintah untuk membom sebuah bangunan tempat tinggal untuk
membunuh seorang pemimpin Hamas. Pembantaian tersebut menewaskan 14 warga sipil
termasuk 9 anak-anak. Dan Halutz adalah generasi terakhir Yahudi yang
beremigrasi dari Hageor Iran ke Palestina.
Kesimpulannya, merupakan
kewajiban kita selaku bangsa Arab dan kaum muslimin untuk memahami bahwa kita adalah
target/sasaran mereka. Kita berada di antara palu dan tatakan kedua proyek berbahaya
tersebut. Setidaknya proyek yang satu tidak lebih berbahaya dari proyek yang
lainnya. Kita juga harus tahu bahwa tidak ada permusuhan antara para pemilik proyek-proyek
tersebut dan tidak ada alasan yang menyatakan adanya permusuhan antara Iran-Amerika.
Yang ada hanya perbedaan kepentingan atau persaingan di wilayah kekuasaan yang
merupakan kontroversi yang dapat diselesaikan dengan kesepakatan politik. Berbeda dengan perbedaan
ideologis yang tidak bisa diselesaikan oleh kesepakatan politik. Kedua proyek
(Iran-Amerika) ini bisa menimbulkan perselisihan sekte yang banyak tersebar di dunia
Arab, khususnya di negara-negara Teluk. Oleh karena itu, kita bisa melihat adanya
kerjasama di antara kaki tangan Barat dan
sekte-sekte di negara-negara tersebut untuk melawan Sunni, khususnya Salafi. Kita
berharap semoga proyek Arab-Islam yang berbudaya kembali menjadi sumber
kekuatan dan rahasia perlawanan kita terhadap proyek-proyek jahat tersebut.
-------
Catatan : Artikel ini telah diterbitkan dua tahun
yang lalu, dengan judul, ”Memoar Revolusi Iran; Refleksi pada Hubungan Iran-Amerika.”
Sekarang saya mempublikasikannya kembali setelah melihat perkembangan terkini di
Teluk. Alasan lainnya karena masih banyak masyarakat dunia Islam yang tidak mengetahui
hakikat kerjasama Amerika-Iran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar