Al-Hasan Mengalah
Kepada Muawiyah
Oleh Ibnu
Ohan, Lc
Di
dalam sebuah sabdanya, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa masa khilafah ‘alaa
manhajin nubuwwah (Khilafah Atas Manhaj Kenabian) akan berlangsung selama 30
tahun. Setelah itu, akan datanglah masa kaum muslimin dipimpin dalam sistem
kerajaan.
Sejarah
mencatat bahwa Rasulullah SAW wafat pada 12 Rabiul Awwal 11 H. Setelah beliau
wafat, nasib kaum muslimin diurus oleh para khalifah setelah Rasulullah SAW. Di antaranya oleh Abu Bakar, Umar bin
Khaththab, Utsman, Ali dan kemudian Hasan bin Ali.
Kalau
kita mau menghitung, maka kita akan melihat bahwa rentang waktu yang dialami
oleh Khulafaur Rasyidin yang empat sampai disusul oleh Al-Hasan bin Ali, adalah
selama 30 tahun. Hal ini bisa dilihat dari tahun dimana Hasan menyerahkan
tampuk kekhilafahan yang beliau terima dari ayahnya atas permintaan seluruh
warga Madinah pada saat itu, kepada Muawiyah bin Abu Sufyan.
Sejarah
mencatat bahwa Hasan bin Ali menyerahkan tampuk kekuasaannya kepada Muawiyah
adalah pada tahun 41 H. Selanjutnya, kita bertanya, kapan Rasulullah SAW wafat?
Jawabannya, Rasulullah SAW wafat pada tahun 11 H. Kalau kita hitung dari
wafatnya Rasulullah SAW sampai Hasan menyerahkan kekuasaannya kepada Muawiyah
adalah benar-benar berjumlah 30 tahun. Yaitu tahun 41 – 11 = 30 tahun.
Mengapa
Hasan menyerahkan tampuk kekuasaannya kepada Muawiyah bin Abu Sufyan? Jawabannya
yaitu karena Hasan merasa sedih melihat nasib kaum muslimin yang saling
berbunuhan atau berperang di antara sesama mereka. Kita tahu bahwa khalifah Umar
bin Khaththab, Utsman dan Ali adalah wafat di tangan para pembunuh. Demikian
juga telah terjadi banyak peperangan di antara kaum muslimin. Mulai perang
Jamal, perang Shiffin dan perang-perang yang lainnya.
Sejarah
mencatat bahwa wafatnya Umar bin Khaththab adalah karena ditikam oleh seorang
Majusi yang bernama Abu Lu`luah yang sekarang kuburannya diagung-agungkan oleh
orang-orang Syiah. Adapun Utsman, sejarah mencatat bahwa pada saat detik-detik
pembunuhan Utsman, rumah Utsman telah dikepung oleh 6000 orang. Setelah Utsman
dikepung, maka salah seorang dari mereka yang mengepung itu ada yang masuk dan
membunuh Utsman. Akan tetapi, tidak ada yang mengaku siapa yang telah membunuh Utsman.
Para ahli sejarah mencatat bahwa Utsman dibunuh oleh orang-orang Khawarij.
Setelah
wafatnya Utsman, maka kekhalifahan jatuh ke tangan Ali bin Abi Thalib. Pada saat pelantikan, Ali meminta kepada Muawiyah
agar ikut membaiat dirinya. Akan tetapi Muawiyah tidak mau membaiat Ali.
Muawiyah berkata, ”Aku tidak akan membaiatmu, sebelum kamu mencari tahu siapa
yang telah membunuh Utsman!” Maka Ali pun menjawab, “Aku lah presiden. Jadi
akulah yang berkuasa, yang berhak menyuruh!” Dari sejak kejadian ini lah
akhirnya meletus Perang Shiffin. Setelah kaum muslimin lelah berperang,
akhirnya terjadilah perdamaian. Dalam masa perdamaian ini lah Ali dibunuh oleh Abdurrahman
bin Muljam. Tepatnya pada 9 Ramadhan tahun 40 H.
Ternyata,
jauh-jauh hari, Al-Hasan bin Ali telah menasihati ayahnya agar jangan
berperang. Sebelum Ali wafat, Ali pernah menangis sejadi-jadinya karena
peperangan yang terjadi antara dirinya dengan Muawiyah telah memakan banyak
korban, dan mereka itu adalah kaum muslimin! Al-Hasan berkata, ”Wahai ayah, bukankah
dahulu saya telah melarang ayahanda berperang?” Yang jelas, Ali sangat bersedih karena melihat
korban yang sangat banyak.
Setelah
Ali wafat, ahlu syuura (Dewan Perwakilan Kaum Muslimin) membaiat Hasan
bin Ali. Akan tetapi, masa kepemimpinan Hasan hanya berlangsung singkat, yaitu
sekitar 16 bulan. Karena pada saat itu Hasan melihat bahwa perdamaian kaum
muslimin adalah lebih penting. Akhirnya, beliau berkata kepada Muawiyah, ”Saya hanya
ingin melihat kaum muslimin hiudp damai. Saya akan menyerahkan tampuk
kekhalifahan ini kepadamu, yang penting kaum muslimin hidup aman, damai dan
tenteram, tidak ada peperangan lagi!” Muawiyah pun menyambut baik hal ini dan
menyanggupi keinginan Hasan, yaitu kaum muslimin hidup dalam keadaan damai. Maka
para ahli sejarah mengatakan bahwa tahun tersebut dikenal dengan sebutan Tahun Persatuan
dan Perdamaian.
Ternyata,
sebelum kejadian ini terjadi, Rasulullah SAW pernah bersabda,
وعن أبي بكرة قال : رأيت رسول الله صلى الله عليه
وسلم على المنبر والحسن بن علي إلى جنبه وهو يقبل على الناس مرة وعليه أخرى ويقول
: إن ابني هذا سيد ولعل الله أن يصلح به بين فئتين عظيمتين من المسلمين. رواه
البخاري
”Dari Abu Bakrah dia berkata bahwa saya pernah melihat
Rasulullah SAW berdiri di atas mimbar dan Hasan bin Ali berada di samping
beliau. Sesekali Hasan menghadap ke arah hadirin dan sesekali menghadap ke arah
Rasulullah SAW. Beliau bersabda, ”Sesungguhnya cucu saya ini akan menjadi
Sayyid (Tuan/Penghulu), dan mudah-mudahan Allah SWT dengannya akan mendamaikan
dua pasukan kaum muslimin yang besar.” (HR Al-Bukhari).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar