1. 
 | 
  
‘Adalah semua sahabat bertentangan dengan
  al-Qur`an 
Bagaimana al-Qur`an menilai sahabat Nabi saw dapat disimpulkan dari beberapa
  hal berikut : 
Al-Qur`an melarang kita untuk
  menyamakan semua sahabat Nabi saw pada tingkat yang sama. Al-Qur’an
  menegaskan, “Tidak sama di antara kamu orang yang menginfakkan hartanya
  sebelum Kemenangan (Al-Fath) dan berperang. Mereka lebih agung derajatnya
  dari orang-orang yang menginfakkan hartanya sesudah itu dan berperang. Allah
  menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik dan Allah
  mengetahui apa yang kamu kerjakan (Al-Hadid 10).  
  
Artinya, tidak boleh kita
  menyamakan sahabat yang masuk Islam sebelum Al-Fath seperti Imam Ali dengan
  sahabat yang masuk Islam sesudah kemenangan Mekah seperti Muawiyah. (40
  Masalah Syiah hal. 76-77) 
  
 
Tanggapan LPPI : 
  
Emilia mengutip surat Al-Nisa
  ayat 95 di bukunya 40 Masalah Syiah pada halaman 77, bahwasanya ada para
  sahabat yang dikecam oleh Al-Qur`an. Dalilnya yaitu,  
  
“Tidaklah sama antara orang
  beriman yang duduk (yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur
  (halangan) dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan
  jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan
  jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa halangan).
  Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang baik (surga) dan Allah
  melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang
  besar,” (QS An-Nisa [04]: 95).   
  
Ayat ini tidak bisa dijadikan
  alasan untuk membeda-bedakan para sahabat seperti yang dikatakan di dalam
  buku 40 Masalah Syiah, “Al-Qur`an melarang kita untuk menyamakan semua
  sahabat Nabi saw pada tingkat yang sama.” Padahal yang dimaksudkan oleh Allah
  SWT adalah bahwa para sahabat yang ikut berperang akan mendapatkan pahala
  yang sangat besar jika dibandingkan dengan para sahabat yang tidak ikut
  berperang padahal fisik mereka tidak sedang sakit atau tidak cacat seperti
  Ibnu Ummi Maktum yang buta. Dia ingin berperang, tapi apa daya tangan tak
  sampai. Bagaimana mungkin seorang yang buta bisa berperang? Oleh karena itu,
  Allah SWT memberikan rukhsah-Nya kepada Ibnu Ummi Maktum. Akan tetapi, jangan
  dianggap bahwa para sahabat yang tidak ikut berperang tidak mendapatkan
  pahala dari Allah SWT.  
  
Tetap masing-masing mendapatkan pahala dari Allah SWT. Akan tetapi
  pahala para sahabat yang ikut berperang lebih banyak daripada para sahabat
  yang tidak ikut berperang. Bukankah hukum perang itu fardhu kifayah sehingga
  dibolehkan bagi para sahabat yang lain untuk tidak ikut berperang? Kemudian
  jika toh ada ayat yang mengecam sebagian para sahabat, mari kita jadikan
  ibrah kejadian tersebut. Karena bagi para sahabat adalah amal ibadah mereka
  dan bagi kita adalah amal ibadah kita. Kehidupan para sahabat telah berlalu,
  maka masa lalu biarlah berlalu, tinggal kita petik hikmah di balik peristiwa
  yang dialami para sahabat tersebut. 
  
 | 
 
  
2. 
 | 
  
Bab 10 
ISHMAH PARA IMAM     
  
Tuduhan 
Orang Syiah musyrik karena
  mempercayai kesucian para Imam mereka. 
Jawaban 
Ishmah adalah
  keterpeliharaan dari dosa dan kesalahan. Dari segi makna, ishmah sam dengan ’adalah. Jika Ahlussunnah
  menerapkan ’ismah kepada semua sahabat Nabi saw, Syiah hanya
  menetapkan ’ishmah kepada empat belas manusia suci – yakni Rasulullah
  saw, Fathimah, Ali, Al-Hasan, Al-Husayn dan sembilan orang Imam dari
  keturunan al-Husayn. Mereka itu secara keseluruhan disebut Ahlulbait..... 
  
Dia menurunkan ayat, “taatilah Allah dan taatilah Rasul dan Ulil Amr
  di antara kamu?” maka turunlah ayat ini berkenaan dengan Ali, Al-Hasan
  dan Al-Husayn. Kemudian Rasulullah saw bersabda : Aku wasiatkan kamu
  dengan Kitab Allah danAhlulbaitku. Aku telah bermohon kepada Allah agar
  keduanya tidak berpisah sampai menemui aku di telaga al-Hawdh. Allah memenuhi
  doaku (Al-Hakim al-Haskani, Syawahid al-Tanzil Liqawa’id al-Tafdhil, 1:148-150). 
  
”Apa hubungan antara Ulil Amr
  dengan kemaksuman? Al-Fakhr al-Razi menulis, ”Sesungguhnya Allah swt
  memerintahkan ketaatan kepada Ulil Amr dengan sangat tegas (’ala sabil
  al-jazmi) dalam ayat ini. Barang siapa yang diperintahkan Allah swt untuk
  ditaati dengan sangat pasti, tidak bisa tidak ia harus maksum atau
  terpelihara dari segala kesalahan dan dosa. Jika ia tidak maksum dari
  kesalahan, kita bisa memperkirakan bahwa ia akan mungkin memerintahkan yang
  salah. Dengan begitu salahlah yang memerintahkan....Sudah terbukti, bahwa
  Allah swt memerintahkan kita untuk mentaati Ulil Amr secara sangat tegas
  karena itu terbuktilah bahwa semua orang yang wajib ditaati berdasarkan
  perintah Allah swt yang tegas wajib terpelihara dari segala kesalahan. Dengan
  begitu bisa kita tetapkan dengan pasti bahwa Ulil Amri yang disebutkan dalam
  ayat ini tidak bisa tidak harus maksum” (Al-Tafsir Al-Kabir; 10: 144), (40
  Masalah Syiah, hal. 94-95). 
  
Tanggapan LPPI : 
Apabila seperti ini klaim
  orang-orang Syiah terhadap Ulil Amr, yaitu mereka harus maksum (terpelihara
  dari segala kesalahan dan dosa), maka kita ajukan pertanyaan, ”Apakah ada
  nash dari Al-Qur`an yang menyatakan bahwa Ali, Fathimah, Al-Hasan, Al-Husayn
  dan sembilan orang Imam dari keturunan Al-Husayn adalah orang-orang yang
  maksum seperti Rasulullah saw?”  
  
Jika mereka orang-orang Syiah
  menjawab ya, maka mereka harus menunjukkan dalilnya, yaitu dalil dari
  Al-Qur`an. Kalau tidak ada
  dalilnya dari Al-Qur`an, carilah dari Al-Hadits. Akan tetapi jika mereka
  mengatakan tidak ada dalilnya, artinya alasan ini akan menjadi bumerang bagi
  mereka. 
  
Jika orang-orang Syiah menganggap bahwa Fathimah, Ali, Al-Hasan dan
  Al-Husayn adalah maksum, maka baiat yang Al-Hasan berikan terhadap Muawiyah
  adalah benar dan direstui oleh Allah SWT. Karena jika salah, apakah mungkin
  Allah SWT akan membiarkan hamba-Nya yang maksum berbuat salah? Pasti Allah
  SWT akan menegurnya. Tetapi, apakah datang teguran Allah SWT kepada Al-Hasan
  yang telah membaiat Muawiyah? Kalau tidak ada teguran, artinya Muawiyah
  adalah sah sebagai khalifah karena orang yang dianggap maksum yaitu Al-Hasan
  bin Ali telah ikut berbaiat kepada Muawiyah. Akan tetapi, mengapa orang-orang
  Syiah tetap membenci Muawiyah dengan tuduhan dia telah merampas tampuk
  kekhalifahan dari Al-Hasan? Padahal Al-Hasan sendiri yang telah memberikan
  jabatan khalifah kepada Mu’awiyah. 
  
 | 
 
  
3. 
 | 
  
Bab 15 
TAQIYAH: AJARAN
  KEMUNAFIKAN 
Tuduhan 
Orang Syiah bersenjatakan
  taqiyah untuk berbohong. 
  
Jawaban 
Syi’ah menjalankan taqiyah
  seperti yang diajarkan Al-Qur`an dan Sunnah. Taqiyah berbeda dengan nifaq
  (sifat munafiq). Taqiyah berarti menyembunyikan iman dan menampakkan
  kekufuran. Munafiq menyembunyikan kekufuran dan menampakkan keimanan.  
  
Dalam Al-Qur`an 
Ali Imran (QS 3: 28) : “…kecuali
  memelihara dirimu dari sesuatu yang ditakuti dari mereka.”    
  
Al-Nahl (QS 16: 106) : “…Kecuali
  orang yang terpaksa, padahal hatinya tetap tenang dalam beriman.”  
  
Al-Mu’min (QS 40:28): “Dan
  seorang laki-laki yang beriman diantara pengikut-pengikut Fir’aun,
  menyembunyikan iman.” 
  
Tanggapan LPPI : 
Ali Imran (QS 3: 28). Ayat
  selengkapnya : 
ﯜ  ﯝ  ﯞ 
  ﯟ  ﯠ  ﯡ  ﯢ  ﯣﯤ  ﯥ  
  ﯦ  ﯧ  ﯨ 
  ﯩ  ﯪ  ﯫ 
  ﯬ  ﯭ     ﯮ 
  ﯯ  ﯰ   ﯱﯲ  ﯳ 
  ﯴ  ﯵﯶ  ﯷ 
  ﯸ  ﯹ  ﯺ   
“Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang
  kafir sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman. Barangsiapa berbuat
  demikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah, kecuali
  karena (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka. Dan
  Allah memperingatkan kamu akan diri (siksa)-Nya dan hanya kepada Allah tempat
  kembali,” (QS Ali Imran
  [03]: 28) 
  
Para ulama menafsirkan bahwasanya ayat ini (perintah taqiyah) ditujukan
  kepada orang-orang beriman yang teraniaya dan hidup di lingkungan orang-orang
  kafir yang jahat. Untuk menyelamatkan jiwa dan aqidah mereka, maka mereka
  dibolehkan untuk bertaqiyah. Misalnya mengakui tuhan-tuhan mereka (orang-orang
  kafir) agar tidak mendapatkan siksaan. Akan tetapi, hatinya tetap beriman
  kepada Allah SWT. Maka Allah SWT membolehkan sikap dusta ini yang di dalam Al-Qur`an
  disebut sebagai taqiyah terhadap orang-orang kafir harbi.  
  
Oleh orang-orang Syiah, taqiyah ini mereka gunakan kepada orang-orang
  muslim. Mereka berdusta dan membohongi kaum muslimin Ahlussunnah demi
  mencapai tujuan jahat mereka.   
  
Al-Nahl (QS 16: 106).
  Ayat selengkapnya : 
ﭽ  ﭾ  ﭿ 
  ﮀ  ﮁ  ﮂ   
  ﮃ  ﮄ  ﮅ  
  ﮆ  ﮇ  ﮈ  ﮉ  ﮊ 
  ﮋ  ﮌ  ﮍ     
  ﮎ  ﮏ  ﮐ 
  ﮑ  ﮒ  ﮓ 
  ﮔ  ﮕ 
”Barangsiapa kafir kepada Allah setelah dia
  beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir
  padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), tetapi orang
  yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan
  mereka akan mendapat azab yang besar,” (QS An-Nahl [16]: 106)  
  
Al-Mu’min (QS 40:28). Ayat selengkapnya : 
ﭳ  ﭴ  ﭵ 
  ﭶ  ﭷ   ﭸ  ﭹ  ﭺ 
  ﭻ  ﭼ  ﭽ 
  ﭾ  ﭿ   ﮀ 
  ﮁ  ﮂ  ﮃ  ﮄ  ﮅﮆ  ﮇ 
  ﮈ  ﮉ   ﮊ  ﮋﮌ  ﮍ 
  ﮎ  ﮏ  ﮐ 
  ﮑ  ﮒ       ﮓﮔ  ﮕ 
  ﮖ  ﮗ  ﮘ 
  ﮙ  ﮚ  ﮛ 
  ﮜ         ﮝ 
”Dan seseorang yang beriman di antara keluarga
  Fir‘aun yang menyembunyikan imannya berkata, “Apakah kamu akan membunuh
  seseorang karena dia berkata, “Tuhanku adalah Allah,” padahal sungguh, dia
  telah datang kepadamu dengan membawa bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu. Dan
  jika dia seorang pendusta maka dialah yang akan menanggung (dosa) dustanya
  itu; dan jika dia seorang yang benar, niscaya sebagian (bencana) yang
  diancamkannya kepadamu akan menimpamu. Sesungguhnya Allah tidak memberi
  petunjuk kepada orang yang melampaui batas dan pendusta,” (QS Al-Mu’min [40]: 28) 
  
Ayat Al-Nahl (QS 16: 106) dan Al-Mu’min (QS 40:28) di atas ini
  menjelaskan tentang seorang muslim yang bertaqiyah di hadapan orang-orang
  kafir demi menyelamatkan iman dan aqidahnya. Dia (si muslim) tidak bermaksud
  untuk murtad dari Islam, tapi hanya membohongi orang-orang kafir supaya
  jiwanya terselamatkan. Akan tetapi, orang-orang Syiah menjadikan ayat ini
  sebagai alasan untuk berbohong (bertaqiyah) kepada Ahlussunnah. 
  
Jika Syiah mengaku sebagai ajaran yang benar-benar datangnya dari Allah
  SWT dan Rasulullah Saw, untuk apa mereka bertaqiyah?  
 | 
 
  
4. 
 | 
  
Bab 16 
ALLAH BOLEH KHILAF
  (AL-BADA’) 
  
Tuduhan 
Orang Syiah musyrik karena
  Allah boleh khilaf tapi Imam tetap maksum (Al-Bada’) 
  
Jawaban 
Syiah mempercayai al-Bada’
  sebagai perubahan dalam Qadha Allah karena kehendak Allah. Bukan karena Allah
  khilaf, tetapi karena Ia dapat menetapkan dan menghapuskan ketetapanNya
  sebagaimana yang Ia kehendaki.  
  
Dalam Al-Qur`an 
Al-Ra’d (QS 13: 39) : “Tuhan
  menghapuskan apa-apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa-apa yang Dia
  kehendaki), dan di sisi-Nya-lah Ummul Kitab.”  
  
Al-‘A’raf (QS 7: 96) : “Dan
  sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa pastilah Kami akan
  melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka
  mendustakan (ayat-ayat Kami) maka Kami siksa mereka disebabkan apa yang
  mereka usahakan.”  
  
Al-Nahl (QS 16: 112) : “Dan
  Allah menjadikan sebagai perumpamaan akan sesuatu negeri yang aman lagi
  tenteram, rezekinya datang melimpah dari setiap tempat, lalu mereka ingkar
  terhadap nikmat Allah, maka Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan
  dan ketakutan disebabkan perbuatan mereka.”  
  
Tanggapan LPPI: 
Al-Ra’d (QS 13: 39). Ayat selengkapnya : 
ﯕ  ﯖ  ﯗ 
  ﯘ  ﯙﯚ  ﯛ 
  ﯜ  ﯝ  ﯞ 
”Allah menghapus dan
  menetapkan apa yang Dia kehendaki. Dan di sisi-Nya terdapat Ummul-Kitab (Lauh
  Mahfuzh),” (QS Al-Ra’d [13]: 39) 
  
Ayat ini berkenaan dengan kehendak Allah SWT. Allah SWT telah menurunkan
  kitab-kitab-Nya, yaitu Zabur, Taurat dan Injil. Allah SWT berkehendak untuk
  menghapus isi ketiga kitab tersebut dan kemudian ditetapkan kembali dengan
  kitab-Nya yang turun terakhir, yaitu dengan Al-Qur`an. Atau Allah SWT
  berkuasa untuk menghapuskan segala sesuatu yang ada di dunia ini, kecuali
  kematian, kelahiran, kebahagiaan dan kesengsaraan seseorang. Karena kesemua
  ini telah tetap dan tidak tidak bisa berubah. Allah SWT mau berbuat apa saja,
  Dia tidak akan dimintai pertanggung jawaban. Allah SWT berfirman, 
ﯮ  ﯯ    ﯰ 
  ﯱ  ﯲ  ﯳ  ﯴ   
“Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang
  dikerjakan, tetapi merekalah yang akan ditanya,” (QS Al-Anbiya [21]: 23) 
 | 
 
  
5. 
 | 
  
Bab 17 
REINKARNASI : AL-RAJ’AH 
  
Tuduhan 
Syiah sesat karena mempercayai Al-Raj’ah; yakni, kembalinya ruh ke jasad
  di dunia sebelum kiamat. 
  
Jawaban 
Syi’ah mengambil petunjuk dari Al-Qur`an tentang Raj’ah, yakni
  dihidupkannya kembali segolongan dari tiap-tiap umat sebelum hari kiamat.Ar-Raj’ah
  ialah kembalinya ruh ke jasad di dunia sebelum kiamat. 
  
Dalam Al-Qur`an 
Al-Naml (QS 27: 82-84): “Dan pada hari Kami kumpulkan dari tiap-tiap
  umat segolongan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, lalu mereka
  dipisah-pisahkan. 
            Ayat-ayat ini
  menjelaskan peristiwa sebelum hari kiamat: munculnya daabbah dan dibangkitnya
  segolongan dari tiap-tiap umat (min kulli ummatin faujan). Pada
  al-Naml 87, Allah swt menceritakan kiamat ketika ditiup sangkakala. Pada hari
  kiamat itu, Allah membangkitkan semuanya, bukan hanya segolongan dari
  tiap-tiap umat, tapi semuanya: “Dan semua mereka datang menghadap-Nya
  dengan merendahkan diri (Al-Naml 84); kami kumpulkan seluruh manusia dan
  tidak Kami tinggalkan seorang pun di antara mereka (Al-Kahfi 47) 
            Al Mu’min (QS 40: 11): “Mereka akan
  mengatakan “Ya Tuhan kami! Engkau telah mematikan kami dua kali lalu kami
  mengakui dosa-dosa kami. Maka masih adakah jalan keluar?” 
            Al Imran (QS 3: 49): ”...dan
  kau menyembuhkan orang-orang yang buta sejak dari lahirnya, dan orang-orang
  yang berpenyakit sopak dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah”
  (lihat juga Al Maidah QS 5: 110) 
            Surat Yassin (QS 36:
  78-79): ”Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah
  hancur luluh? Katakanlah: ”Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang telah
  menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala
  makhluk...” 
            Sekiranya Raj’ah
  diartikan REINKARNASI maka membangunkan orang mati yang dilakukan oleh Nabi
  Isa adalah REINKARNASI. Begitu juga tentang kebangkitan kembali di hari
  Qiyamat.  
  
Dalam Hadis 
Rasulullah saw bersabda: ”Kalian akan mengikuti tradisi umat-umat sebelum
  kalian, sejengkal demi sejengkal, sesiku demi sesiku. Sehingga sekiranya
  mereka masuk ke lubang biawak sekali pun 
  kalian akan mengikutinya. Kami bertanya: Ya Rasulullah saw, apakah
  mereka itu Yahudi dan Nashara? Ia bersabda; Siapa lagi? (Shahih al-Bukhari
  9:112; 9:102; Kanz al-’Ummal 11:133). Khalifah al-Ma’mun bertanya kepada Imam Ali
  Ridho as tentang Raj’ah. Ia menjawab: Raj’ah itu benar, karena sudah terjadi
  pada umat-umat sebelumnya. Al-Qur`an sudah menceritakannya dan Rasulullah saw
  bersabda (kemudian ia mengutip hadis yang redaksinya sama dengan hadis di
  atas). 
            Adapun
  kisah-kisah Raj’ah yang disebutkan Allah dalam Al-Qur`an : 
- Menghidupkan kembali sekelompok Bani Israil (Al-Baqarah QS 2: 55-56)
 
- Menghidupkan seorang yang terbunuh di kalangan Bani Israil dan
       tidak diketahui siapa pembunuhnya (Al Baqarah QS 2: 72-73)
 
- Menghidupkan kembali ribuan manusia yang sudah mati (Al Baqarah QS 2: 243)
 
- Menghidupkan
       ‘Uzair setelah meninggal seratus tahun (Al Baqarah QS 2: 259)
 
- Menghidupkan
       yang mati melalui mukjizat Isa as (Al Naml QS 27: 82-83)
 
 
  
  
   
    
Tanggapan LPPI : 
Al-Naml (QS 27: 82-84). Ayat
    selengkapnya : 
ﮗ  ﮘ   ﮙ 
    ﮚ  ﮛ       ﮜ 
    ﮝ  ﮞ  ﮟ 
    ﮠ  ﮡ  ﮢ 
”Dan (ingatlah) pada hari
    (ketika) Kami mengumpulkan dari setiap umat, segolongan orang yang mendustakan ayat-ayat Kami,
    lalu mereka dibagi-bagi (dalam kelompok-kelompok),” (QS An-Naml [27]: 83/Terjemah
    Al-Qur`an Kemenag Versi Terbaru). 
  
Ayat ini tidak ada sangkut pautnya dengan
    Reinkarnasi. Ayat ini merupakan penjelasan dari Allah SWT tentang hari
    Kiamat. Yaitu pada hari Kiamat, Allah SWT akan mengumpulkan seluruh umat
    manusia di hadapan-Nya dan Dia akan meminta pertanggung jawabannya dari
    masing-masing orang dari setiap umat. Sejak umat Nabi Adam AS (manusia yang
    hidup sezaman dengan Nabi Adam AS), sampai dengan umat Nabi Muhammad SAW
    (umat manusia yang hidup setelah Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia ini).  
  
 | 
    
    
Al-Kahfi 47. Ayat selengkapnya : 
ﭠ  ﭡ  ﭢ 
    ﭣ   ﭤ  ﭥ   
    ﭦ  ﭧ  ﭨ 
    ﭩ  ﭪ  ﭫ 
”Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami
    perjalankan gunung-gunung dan engkau akan melihat bumi itu rata dan Kami
    kumpulkan mereka (seluruh manusia), dan tidak Kami tinggalkan seorang pun
    dari mereka,” (QS
    Al-Kahfi [18]: 47)  
  
Sekali lagi, ayat ini tidak ada sangkut
    pautnya dengan Reinkarnasi. Ayat ini berkaitan dengan hari Kiamat.  
  
 | 
    
    
Al Mu’min (QS 40: 11). Ayat selengkapnya : 
ﮂ  ﮃ  ﮄ 
    ﮅ  ﮆ  ﮇ 
    ﮈ  ﮉ       ﮊ 
    ﮋ      ﮌ  ﮍ  ﮎ  ﮏ 
”Mereka menjawab, “Ya Tuhan kami, Engkau telah
    mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu
    kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah jalan (bagi kami) untuk keluar
    (dari neraka)?” (QS
    Al-Mu’min [40]: 11) 
  
Masih sama, ayat ini berkisah tentang nasib
    umat manusia di hari Kiamat. Orang-orang yang durhaka di hari Kiamat kelak
    akan mengakui dosa-dosa mereka seraya menyesalinya. Tetapi, penyesalan
    mereka tidak berguna sama sekali. Ayat ini tidak ada sangkut pautnya dengan
    Reinkarnasi.  
  
 | 
    
    
Al Imran (QS 3: 49). Ayat selengkapnya : 
ﭹ  ﭺ  ﭻ 
    ﭼ   ﭽ  ﭾ 
    ﭿ  ﮀ   ﮁ 
    ﮂﮃ   ﮄ  ﮅ 
    ﮆ  ﮇ  ﮈ 
    ﮉ     ﮊ  ﮋ 
    ﮌ   ﮍ  ﮎ 
    ﮏ  ﮐﮑ  ﮒ 
    ﮓ  ﮔ   ﮕ 
    ﮖ  ﮗ  ﮘﮙ 
    ﮚ  ﮛ  ﮜ 
    ﮝ  ﮞ   ﮟ 
    ﮠﮡ  ﮢ  ﮣ 
    ﮤ  ﮥ  ﮦ 
    ﮧ  ﮨ           ﮩ  ﮪ  
     
”Dan sebagai Rasul kepada Bani Israil (dia
    berkata), “Aku telah datang kepada kamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari
    Tuhanmu, yaitu aku membuatkan bagimu (sesuatu) dari tanah berbentuk seperti
    burung, lalu aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan izin
    Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir dan orang yang
    berpenyakit kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan
    aku beritahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di
    rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda
    (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu orang beriman,” (QS Ali Imran [03]: 49) 
  
Ayat ini bercerita tentang mukjizat Nabi Isa
    AS dan bukan tentang Reinkarnasi. Nabi Isa AS bisa menghidupkan orang yang
    sudah mati bukan untuk Reinkarnasi, tetapi untuk mencari kebenaran. Setelah
    orang mati yang dihidupkan kembali oleh Nabi Isa AS (seizin Allah SWT)
    bercerita atau memberikan keterangan yang diperlukan oleh Nabi Isa AS, maka
    orang tersebut mati kembali. Hal ini bukan Reinkarnasi, karena di dalam
    Islam tidak ada aqidah Reinkarnasi.    
  
 | 
    
    
Al Maidah QS 5: 110. Ayat selengkapnya : 
ﭤ  ﭥ  ﭦ 
    ﭧ  ﭨ  ﭩ   
    ﭪ  ﭫ  ﭬ 
    ﭭ  ﭮ  ﭯ  
    ﭰ  ﭱ   ﭲ 
    ﭳ   ﭴ  ﭵ 
    ﭶ  ﭷﭸ  ﭹ 
    ﭺ   ﭻ  ﭼ 
    ﭽ  ﭾﭿ  ﮀ 
    ﮁ   ﮂ  ﮃ 
    ﮄ    ﮅ  ﮆ 
    ﮇ  ﮈ  ﮉ 
    ﮊ   ﮋﮌ  ﮍ 
    ﮎ  ﮏ  ﮐﮑ 
    ﮒ  ﮓ    ﮔ 
    ﮕﮖ  ﮗ  ﮘ 
    ﮙ  ﮚ  ﮛ 
    ﮜ        ﮝ  ﮞ 
    ﮟ  ﮠ  ﮡ  
    ﮢ  ﮣ    ﮤ 
    ﮥ    ﮦ  
    ﮧ  ﮨ   
”Dan Ingatlah, ketika Allah berfirman, “Wahai
    Isa putra Maryam! Ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu sewaktu Aku
    menguatkanmu dengan Rohulkudus. Engkau dapat berbicara dengan manusia di
    waktu masih dalam buaian dan setelah dewasa. Dan ingatlah ketika Aku
    mengajarkan menulis kepadamu, (juga) hikmah, Taurat dan Injil. Dan ingatlah
    ketika engkau membentuk dari tanah berupa burung dengan seizin-Ku, kemudian
    engkau meniupnya, lalu menjadi seekor burung (yang sebenarnya) dengan
    seizin-Ku. Dan ingatlah, ketika engkau menyembuhkan orang yang buta sejak
    lahir dan orang yang berpenyakit kusta dengan seizin-Ku. Dan ingatlah
    ketika engkau mengeluarkan orang mati (dari kubur menjadi hidup) dengan
    seizin-Ku. Dan ingatlah ketika Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan
    mereka membunuhmu) dikala engkau mengemukakan kepada mereka
    keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka
    berkata, “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.” (QS Al-Maidah [05]: 110) 
  
Ayat ini masih bercerita tentang mukjizat Nabi
    Isa AS dan bukan tentang Reinkarnasi. Nabi Isa AS bisa menghidupkan orang
    yang sudah mati bukan untuk Reinkarnasi, tetapi untuk mencari kebenaran.
    Setelah orang mati yang dihidupkan kembali oleh Nabi Isa AS (seizin Allah
    SWT) bercerita atau memberikan keterangan yang diperlukan oleh Nabi Isa AS,
    maka orang tersebut mati kembali. Hal ini bukan Reinkarnasi, karena di
    dalam Islam tidak ada aqidah Reinkarnasi.  
  
 | 
    
    
Surat Yassin (QS 36: 78-79). Ayat selengkapnya : 
ﮔ  ﮕ   ﮖ 
    ﮗ   ﮘﮙ  ﮚ 
    ﮛ  ﮜ  ﮝ 
    ﮞ  ﮟ  ﮠ  
    ﮡ  ﮢ  ﮣ 
    ﮤ  ﮥ  ﮦﮧ 
    ﮨ  ﮩ      ﮪ 
    ﮫ   ﮬ   
”Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan
    melupakan asal kejadiannya; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan
    tulang-belulang, yang telah hancur luluh? Katakanlah (Muhammad), “Yang akan
    menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia
    Maha Mengetahui tentang segala makhluk,” (QS Yasin [36]: 78-79) 
  
Ayat ini berkisah tentang seluruh umat manusia
    yang akan dihidupkan kembali oleh Allah SWT setelah mereka mati dan menjadi
    luluh (menjadi tanah atau tersisa tulang belulangnya). Hal ini terjadi pada
    hari Kiamat, di mana Allah SWT akan menghidupkan kembali seluruh umat
    manusia dan akan menghisab mereka untuk mempertanggung jawabkan seluruh
    perbuatan mereka selama hidup di dunia.  
 | 
    
 
  
Tanggapan LPPI :  
Adapun kisah-kisah Raj’ah yang disebutkan Allah dalam Al-Qur`an : 
  
* Menghidupkan kembali sekelompok Bani Israil (Al Baqarah QS 2:
  55-56). Ayat selengkapnya : 
ﮪ  ﮫ  ﮬ 
  ﮭ  ﮮ  ﮯ  ﮰ  ﮱ 
  ﯓ  ﯔ        ﯕ 
  ﯖ  ﯗ  ﯘ  
  ﯙ  ﯚ  ﯛ 
  ﯜ   ﯝ  ﯞ 
  ﯟ  ﯠ  ﯡ 
”Dan
  (ingatlah) ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu
  sebelum kami melihat Allah dengan jelas,” maka halilintar menyambarmu, sedang
  kamu menyaksikan. Kemudian, Kami membangkitkan kamu setelah kamu mati, agar
  kamu bersyukur,” (QS Al-Baqarah
  [02]: 55-56) 
*
  Menghidupkan seorang yang terbunuh di kalangan Bani Israil dan tidak
  diketahui siapa pembunuhnya (Al Baqarah QS 2: 72-73). Ayat selengkapnya : 
ﭾ   ﭿ 
  ﮀ  ﮁ  ﮂﮃ  ﮄ 
  ﮅ  ﮆ  ﮇ         
  ﮈ  ﮉ   ﮊ 
  ﮋ  ﮌﮍ  ﮎ    
  ﮏ  ﮐ  ﮑ 
  ﮒ   ﮓ  ﮔ 
  ﮕ  ﮖ   
”Dan
  (ingatlah) ketika kamu membunuh seseorang, lalu kamu tuduh-menuduh tentang
  itu. Tetapi Allah menyingkapkan apa yang kamu sembunyikan. Lalu Kami
  berfirman, “Pukullah (mayat) itu dengan bagian dari (sapi) itu!” Demikianlah
  Allah menghidupkan (orang) yang telah mati, dan Dia memperlihatkan kepadamu
  tanda-tanda (kekuasaan-Nya) agar kamu mengerti,” (QS Al-Baqarah [02]: 72-73) 
* Menghidupkan
  kembali ribuan manusia yang sudah mati (Al Baqarah QS 2: 243). Ayat
  selengkapnya : 
ﮙ  ﮚ 
  ﮛ   ﮜ    ﮝ 
  ﮞ  ﮟ  ﮠ 
  ﮡ  ﮢ  ﮣ 
  ﮤ    ﮥ  ﮦ  
  ﮧ  ﮨ  ﮩ  ﮪﮫ  ﮬ 
  ﮭ  ﮮ   ﮯ  
  ﮰ   ﮱ  ﯓ 
  ﯔ    ﯕ  ﯖ 
  ﯗ  ﯘ 
”Tidakkah
  kamu memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halamannya, sedang
  jumlahnya ribuan karena takut mati? Lalu Allah berfirman kepada mereka,
  “Matilah kamu!” Kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah
  memberikan karunia kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak
  bersyukur,” (QS
  Al-Baqarah [02]: 243) 
* Menghidupkan
  ’Uzair setelah meninggal seratus tahun (Al Baqarah QS 2: 259). Ayat
  selengkapnya : 
ﮛ  ﮜ       
  ﮝ       ﮞ  ﮟ  
  ﮠ  ﮡ  ﮢ  
  ﮣ  ﮤ  ﮥ 
  ﮦ  ﮧ  ﮨ  
  ﮩ  ﮪﮫ  ﮬ 
  ﮭ  ﮮ  ﮯ 
  ﮰ  ﮱﯓ  ﯔ 
  ﯕ  ﯖﯗ   ﯘ 
  ﯙ  ﯚ  ﯛ 
  ﯜ  ﯝﯞ  ﯟ 
  ﯠ  ﯡ  ﯢ 
  ﯣ   ﯤ  ﯥ  
  ﯦ  ﯧ  ﯨ  ﯩﯪ  ﯫ 
  ﯬ    ﯭ  ﯮ 
  ﯯ  ﯰﯱ  ﯲ 
  ﯳ    ﯴ   ﯵ 
  ﯶ  ﯷ  ﯸ  ﯹﯺ  ﯻ  
  ﯼ  ﯽ  ﯾ 
  ﯿ  ﰀ  ﰁ 
  ﰂ   ﰃ  ﰄ                 ﰅ  ﰆ 
”Atau seperti
  orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh
  hingga menutupi (reruntuhan) atap-atapnya, dia berkata, “Bagaimana Allah
  menghidupkan kembali (negeri) ini setelah hancur?” Lalu Allah mematikannya
  (orang itu) selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (menghidupkannya)
  kembali. Dan (Allah) bertanya, “Berapa lama engkau tinggal (di sini)?” Dia
  (orang itu) menjawab, “Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari.”
  Allah berfirman, “Tidak! Engkau telah tinggal seratus tahun. Lihatlah makanan
  dan minumanmu yang belum berubah, tetapi lihatlah keledaimu (yang telah
  menjadi tulang belulang). Dan agar Kami jadikan engkau tanda kekuasaan Kami
  bagi manusia. Lihatlah tulang belulang (keledai itu), bagaimana Kami
  menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka ketika
  telah nyata baginya, dia pun berkata, “Saya mengetahui bahwa Allah Mahakuasa
  atas segala sesuatu,”
  (QS Al-Baqarah [02]: 259)  
* Menghidupkan
  yang mati melalui mukjizat Isa as (al Naml QS 27: 82-83). Ayat
  selengkapnya : 
ﮅ  ﮆ  
  ﮇ  ﮈ  ﮉ 
  ﮊ  ﮋ  ﮌ 
  ﮍ  ﮎ  ﮏ 
  ﮐ     ﮑ  ﮒ         
  ﮓ  ﮔ  ﮕ 
  ﮖ  ﮗ  ﮘ  
  ﮙ  ﮚ  ﮛ      
  ﮜ  ﮝ  ﮞ 
  ﮟ  ﮠ  ﮡ 
  ﮢ   
”Dan
  apabila perkataan (ketentuan masa kehancuran alam) telah berlaku atas mereka,
  Kami keluarkan makhluk bergerak yang bernyawa dari bumi yang akan mengatakan
  kepada mereka bahwa manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami. Dan
  (ingatlah) pada hari (ketika) Kami mengumpulkan dari setiap umat, segolongan
  orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, lalu mereka dibagi-bagi (dalam kelompok-kelompok),” (QS An-Naml [27]: 82-83) 
Sekali lagi, ayat-ayat di atas merupakan penjelasan dari Allah SWT
  tentang kuasa Allah SWT untuk menghidupkan orang-orang yang sudah meninggal
  dunia demi sebuah tujuan tertentu yang ingin dicapai oleh-Nya. Seperti Uzair
  yang dimatikan seratus tahun, kemudian dihidupkan kembali. Yaitu berisi
  pelajaran mengenai kekuasaan Allah SWT yang mampu menghidupkan tulang
  belulang makhluk-Nya, dalam hal ini seekor keledai. Sehingga ketika Uzair
  melihat kekuasaan Allah SWT ini, Uzair pun berkata,“Saya mengetahui bahwa
  Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”    
  
 | 
 
  
6. 
 | 
  
Bab 20 
PARA IMAM
  MEMILIKI DUNIA DAN AKHIRAT 
Tuduhan 
Imam Syiah
  mengetahui apa yang di langit. 
Jawaban 
“Sesungguhnya aku mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. Aku
  mengetahui apa yang di syurga dan di neraka. Aku mengetahui perkara yang
  berlalu dan perkara yang akan datang” Ucapan di atas adalah ucapan Imam
  Ja’far as Shadiq, yang telah dibuang kalimat yang sangat penting yaitu :
  “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. Aku
  mengetahui apa yang di syurga dan di neraka. Aku mengetahui perkara yang
  berlalu dan perkara yang akan datang”, kemudian (Imam Ja’far) berhenti
  sebentar karena ia melihat ucapan itu sangat berat bagi orang yang mendengarnya.
  Ia berkata: Aku mengetahui yang demikian dari Kitabullah Azza wa jalla.
  Sesungguhnya Allah Azza wa jalla berfirman: Dan Kami turunkan Al-Kitab
  kepadamu untuk penjelasan segala sesuatu.” (40 Masalah Syiah hal.
  125-126) 
 Tanggapan LPPI : 
Allah SWT berfirman,  
ﭧ  ﭨ   ﭩ   
  ﭪ  ﭫ  ﭬ  ﭭ  ﭮ 
  ﭯ   ﭰﭱ  ﭲ 
  ﭳ      ﭴ  ﭵ 
  ﭶ   
“Katakanlah (Muhammad), “Tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang
  mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah. Dan mereka tidak mengetahui
  kapan mereka akan dibangkitkan,” (QS An-Naml [27]: 65). 
ﯵ  ﯶ 
  ﯷ   ﯸ        ﯹ 
  ﯺ  ﯻ   ﯼ 
  ﯽ   ﯾ  ﯿ 
  ﰀ  ﰁ  ﰂ    
  ﰃ  ﰄ  ﰅ 
  ﰆ    ﰇ  ﰈ 
  ﰉ  ﰊ 
“Dia Mengetahui yang gaib,
  tetapi Dia tidak memperlihatkan kepada siapa pun tentang yang gaib itu.
  Kecuali kepada rasul yang diridai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga
  (malaikat) di depan dan di belakangnya,” (QS Al-Jin [72]: 26-27). 
  
Keyakinan Ahlussunnah
  bahwasanya yang mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, apa yang ada
  di syurga dan di neraka dan mengetahui perkara yang berlalu dan perkara yang
  akan datang hanya Allah SWT saja.  
  
Jika ada perkara gaib yang
  disampaikan oleh Allah SWT di dalam al-Qur`an, maka perkara gaib tersebut
  hanya disampaikan sebatas garis besarnya saja. Sedangkan rinciannya, hanya
  Allah SWT saja yang tahu. Jika Allah SWT memberikan rincian hal gaib
  tersebut, misalnya tentang neraka. Berapa lebar, luas dan kedalaman neraka? Maka
  keterangan ini akan Allah SWT berikan kepada utusan-Nya dan bukan kepada
  orang lain.   
  
Oleh karena itu, perkataan
  Syiah, “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. Aku
  mengetahui apa yang di syurga dan di neraka. Aku mengetahui perkara yang
  berlalu dan perkara yang akan datang. Aku mengetahui yang demikian dari
  Kitabullah Azza wa jalla,” maka ucapan ini ada benarnya, karena disandarkan
  kepada berita yang datangnya dari Allah SWT yang tertulis di dalam al-Qur`an.
   
  
Karena Allah SWT telah
  menjelaskan di Al-Qur`an tentang apa yang ada di langit (langit mempunyai
  pintu, ada para malaikat yang menjaganya dll) di bumi (di dalam perut bumi tersimpan
  kekayaan alam seperti barang tambang dll), di syurga (Allah SWT telah
  menjelaskan bahwasanya syurga adalah tempat yang sangat menyenangkan dll), di
  neraka (Allah SWT telah menjelaskan bahwasanya neraka adalah tempat yang
  sangat mengerikan), perkara yang telah berlalu (misalnya kisah para nabi,
  kisah orang-orang dahulu dll) dan perkara yang akan datang (yaitu berita
  tentang akan tibanya hari Kiamat).  
Allah SWT
  berfirman:  
ﭟ  ﭠ 
  ﭡ  ﭢ             ﭣ  ﭤ 
  ﭥ  ﭦ  ﭧﭨ  ﭩ 
  ﭪ  ﭫ  ﭬ   ﭭﭮ  ﭯ 
  ﭰ  ﭱ  ﭲ 
  ﭳ  ﭴ  ﭵ   ﭶ 
  ﭷ  ﭸ  ﭹ 
“Dan (ingatlah)
  pada hari (ketika) Kami bangkitkan pada setiap umat seorang saksi atas mereka
  dari mereka sendiri, dan Kami datangkan engkau (Muhammad) menjadi saksi atas
  mereka. Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk menjelaskan segala
  sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang
  berserah diri (muslim),” (QS An-Nahl [16]: 89)  
 | 
 
  
7. 
 | 
  
Bab 22 
MENYEMBAH KUBURAN 
Tuduhan 
Orang Syiah musyrik karena menyembah kuburan. 
Jawaban 
Syiah meyakini bahwa ziarah ke makam Nabi Muhammad saw,
  para Imam Ahlulbait, wali-wali Allah dan segenap syuhada merupakan amal yang
  sangat dianjurkan, sunnah muakkadah. 
Tentu saja,
  kita harus membedakan antara ziarat dan ibadat. Ibadat atau menyembah hanya
  dilakukan untuk Allah swt semata, sementara ziarah dimaksudkan untuk
  memuliakan para pembesar Islam dan memohon syafaatnya di sisi Allah swt atau
  menghormati sesama kaum muslim yang sudah meninggal dunia. Bahkan Rasulullah
  saw sendiri berziarah ke kuburan Baqi dan mengucapkan salam kepada penghuni
  kubur.  
Dalam
  Al-Qur`an 
“Dan
  janganlah engkau shalat bagi salah satu di antara mereka yang mati
  (orang-orang munafik) untuk selama-lamanya dan jangan berdiri (untuk
  memintakan ampun) di atas kuburannya. Mereka kafir kepada Allah dan RasulNya
  dan mati dalam keadaan fasik” (QS 9: 84) 
Jika Nabi saw
  dilarang berbuat dua hal tersebut bagi orang munafik, maka pengertiannya
  adalah bagi selain munafik, hal itu boleh dilakukan.  
Dalam Hadis 
”Dulu aku
  melarang kalian berziarah kubur. Namun mulai sekarang dan seterusnya,
  berziarahlah, karena ziarah dapat membuat kalian zuhud di dunia dan
  mengingatkan kalian pada akhirat.” (QS at-Taubah: 84) 
“Nabi ziarah
  ke makam ibunya, dan di sisi makam ibunya, beliau menangis hingga membuat
  orang-orang di sekitarnya menangis, lalu beliau bersabda, aku meminta izin
  Tuhanku untuk ziarah ke makam ibuku dan Ia mengizinkanku. Maka ziarahlah
  kalian karena sesungguhnya ziarah kubur dapat mengingatkan kepada kematian”
  (QS Al-Ahzab: 53)  
Aisyah
  mengatakan bahwa Nabi membolehkan ziarah kubur ”Rasulullah mengizinkan ziarah
  kubur” (Sunan Ibn Majah,I: 114; Shahih Turmudzi, bab
  al-Jana’is, III: 274, disertai juga dengan Syarh Ibn al-Arabi, cetakan
  Lebanon; Shahih Bukhari III: 65; Shahih Abu Dawud II, kitab
  al-Jana’is, bab Ziarah al-Qubur: 195; Shahih Muslim IV, kitab
  al-Jana’is, bab Ziarah al-Qubur: 73). 
Putri Nabi,
  fathimah, setiap Jumat berziarah ke makam pamannya Hamzah, melakukan shalat
  di sisinya dan menangis (Mustadrak, Hakim I: 337; wafa al-wafa’ II:
  112). 
Tanggapan
  LPPI : 
(QS 9: 84). Ayat selengkapnya : 
ﮯ  ﮰ 
  ﮱ  ﯓ  ﯔ 
  ﯕ  ﯖ  ﯗ  
  ﯘ   ﯙ  ﯚﯛ  ﯜ 
  ﯝ       ﯞ  ﯟ 
  ﯠ  ﯡ  ﯢ   ﯣ 
“Dan
  janganlah engkau (Muhammad) melaksanakan salat untuk seseorang yang
  mati di antara mereka (orang-orang munafik), selama-lamanya dan janganlah
  engkau berdiri (mendoakan) di atas kuburnya. Sesungguhnya mereka ingkar
  kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik,” (QS
  At-Taubah [09]: 84) 
Ayat di atas memang diturunkan
  oleh Allah SWT kepada Rasulullah Saw mengenai Abdullah bin Ubay bin Salul,
  gembong orang-orang munafik. Rasulullah Saw dilarang menyolati dan memintakan
  ampunan untuk orang-orang munafik. 
  
Adapun terhadap jenazah seorang
  muslim yang bukan munafik, maka Rasulullah Saw dan para sahabat boleh
  menyolatinya dan juga memintakan ampunan kepada Allah untuk jenazah tersebut.
   
 | 
 
  
  
 | 
  
  
Tanggapan LPPI untuk
  tulisan, “Nabi ziarah ke makam ibunya, dan di sisi makam ibunya, beliau
  menangis hingga membuat orang-orang di sekitarnya menangis, lalu beliau
  bersabda, aku meminta izin Tuhanku untuk ziarah ke makam ibuku dan Ia
  mengizinkanku. Maka ziarahlah kalian karena sesungguhnya ziarah kubur dapat
  mengingatkan kepada kematian” (QS Al-Ahzab: 53)  
  
Penulis mencantumkan QS Al-Ahzab: 53. Ayat selengkapnya adalah : 
ﮕ  ﮖ 
  ﮗ  ﮘ  ﮙ 
  ﮚ  ﮛ  ﮜ   
  ﮝ   ﮞ  ﮟ 
  ﮠ     ﮡ   ﮢ 
  ﮣ  ﮤ   ﮥ 
  ﮦ  ﮧ   ﮨ 
  ﮩ  ﮪ  ﮫ 
  ﮬ  ﮭ  ﮮﮯ  ﮰ   
  ﮱ  ﯓ  ﯔ 
  ﯕ  ﯖ  ﯗﯘ  ﯙ 
  ﯚ   ﯛ  ﯜ  ﯝﯞ  ﯟ 
  ﯠ  ﯡ  ﯢ 
  ﯣ   ﯤ  ﯥﯦ  ﯧ 
  ﯨ  ﯩ  ﯪﯫ  ﯬ 
  ﯭ             ﯮ  ﯯ 
  ﯰ  ﯱ  ﯲ 
  ﯳ  ﯴ  ﯵ 
  ﯶ   ﯷ  ﯸ  ﯹﯺ  ﯻ  
  ﯼ  ﯽ  ﯾ 
  ﯿ  ﰀ  ﰁ   
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
  memasuki rumah-rumah Nabi kecuali jika kamu diizinkan untuk makan tanpa
  menunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu dipanggil maka masuklah
  dan apabila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa memperpanjang percakapan.
  Sesungguhnya yang demikian itu adalah mengganggu Nabi sehingga dia (Nabi)
  malu kepadamu (untuk menyuruhmu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan)
  yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka
  (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. (Cara) yang demikian
  itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti
  (hati) Rasulullah dan tidak boleh (pula) menikahi istri-istrinya
  selama-lamanya setelah (Nabi wafat). Sungguh, yang demikian itu sangat besar
  (dosanya) di sisi Allah,” (QS Al-Ahzab [33]: 53) 
Ayat di atas, tidak ada sangkut
  pautnya dengan ziarah kubur. Ayat di atas bercerita tentang adab (sopan
  santun) masuk ke dalam rumah Rasulullah Saw; sopan santun jika sedang berada
  di dalam rumah Nabi; sopan santun jika bermuamalah dengan isteri-isteri
  beliau; dan juga berisi larangan menikahi isteri-isteri Rasulullah Saw
  sepeninggal beliau.    
 | 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar