KUTIPAN BUKU : RATIB SAMMAN DAN HIKAYAT SYEKH
MUHAMMAD SAMMAN KARYA AHMAD PURWADAKSI
Oleh M. Amin Djamaluddin
Di antara ajaran "aneh" dan "sesat menyesatkan" dari buku tersebut.  
- Dari bacaan manakib itu saya menyimak
     pengalaman seseorang murid Syekh Muhammad Samman yang sedang tertimpa
     bencana dalam pelayaran di tengah laut. Orang itu menyeru “Ya Samman!” tiga kali. Dengan seketika Syekh
     Muhammad Samman hadir dan bencana tersebut lenyap sehingga pelayaran bisa
     diteruskan dengan aman. (hal. xv)
 - Juga
     kepada K.H.R. Abdullah bin Nuh (meninggal tahun 1987) yang mengatakan
     kepada saya bahwa ilmu tasawuf itu apabila dipelajari sampai
     sedalam-dalamnya bisa mengakibatkan seseorang keluar dari Islam, karena ia
     terlibat dalam sikap batin dalam hal menyekutukan Allah. Oleh karena itu, salah
     satu syarat orang yang mau menekuni tasawuf harus mempunyai seorang guru
     pembimbing dan ia harus matang pengetahuan tentang syariat serta setia dalam
     pengamalannya. (hal. xvii)
 - Kedua, naskah HSMS berisi cerita tentang
     keramat dan RS berisi tentang tasawuf wahdatu l-wujud. (hal. 2)
 - Analisis
     terhadap pengalaman-pengalaman rohani yang dialami Syekh Muhammad Samman
     yang berupa ”dialog gaib” dalam pertemuannya dengan Nabi Muhammad saw. (hal.
     8)
 - Apabila seorang sufi ”meminum arak” (air makrifatu l-Lah) ia akan ”mabuk” (sakr). Seorang sufi ”meminum arak” berarti ia menerima ilmu tajalli yang berupa makrifat kepada Allah. Ilmu ini diturunkan oleh-Nya lewat gurunya yang sudah menyatu dengan NM. (hal. 22)
 - Allah
     mengetahui apa yang ia inginkan itu, maka Dia berbicara di atas lidah salik
     sebagaimana Nabi Muhammad saw mengatakan bahwa Allah berbicara pada lidah
     Umar bin Khattab (Johns, 1957:42). (hal. 22-23)
 - Bukankah
     (Muhammad) utusan yang paling mulia, kedudukannya sangat dekat (dengan
     Tuhannya). Ia telah melihat (Allah) dengan matanya sendiri, tanpa tabir
     perintang di antara keduanya. (hal. 67)
 - Saya mohon
     syafaat Anda, perkenankanlah syafaat Anda atas saya, Anda
     tempat berlindung saya terhadap dosa-dosaku ini. Tolong saya, wahai Tuanku
     dari penderitaan ini, kalau tidak, kepada siapa saya minta tolong. (hal.
     69)
 - Wahai Tuhan, dengan ber-tawassul kepada al-’Arif yang bernama Samman yang mempunyai pertolongan (syafaat)....kecuali seorang wali yang syahid dengan segala kelebihannya dan mampu membimbing. Aku adalah imam, aku adalah kutub dari segala yang maujud, aku penolong umat generasi masa kini, aku Samman yang mempunyai pertolongan. Aku adalah Muhammad yang dituju...(hal. 71)
 - Cepat-cepat
     menghampiriku, wahai muridku, jika engkau menghendaki kelapangan, dari
     bencana atau kekerasan zaman. Berlindunglah di pintuku dan katakanlah
     hajatmu dalam setiap ada bahaya! Wahai juru penolong, wahai Samman, wahai
     sandaranku, tolonglah hamba! Kamu akan menemukan aku menolong siapa pun,
     aku mampu melindungi siapa pun dari kesusahan dan kesulitan. (hal. 75)
 - Dengan
     bersandar kepadaku, ia akan tenteram dari siapa pun yang ia takuti. Tuhan
     berkenan memilih aku bertetangga dengan Muhammad. Aku dijuluki bahwa
     jasadku mirip dengan jasadnya. Berdoa kepada Tuhan Yang Duduk di ’arasy,
     bagaikan burung merpati bernyanyi di atas pohon ban. (hal. 77)
 - Wahai
     Allah, wahai Yang Maha Pengasih, berilah kami rasa aman, dengan
     perantaraan wali kutub semesta alam, As-Samman guru tercinta...Purnamaku
     indah dan tinggi, betapa minuman itu mengasyikkan. Dengan kecantikannya
     yang bening gadis-gadis tidak bosan memandang, keindahan yang abadi yang
     terbit dalam suasana yang serba indah. (hal. 79)
 - Dengan
     perantaraan wali yang luhur dan bijaksana, kekasih Allah bernama Samman.
     Ia adalah kutub bagi semua wali kutub pembuka pintu (rahmatku). Setiap
     orang yang datang kepadanya dengan penuh dosa akan pulang dengan penuh
     ampunan. Ia adalah seorang penolong, ia juga penolak bala, ia adalah
     benteng penangkis bencana...Panggilah ia, bila engkau dalam bahaya
     dirundung duka. (hal. 83)
 - Allah,
     Allah, Allah, ya Tuhan, tolonglah kami, dengan (kebaikan dari) seorang
     yang menguasai waktu dan zaman. Jika engkau mau mendekat pada orang yang
     dekat dengan Tuhannya, berarti engkau mendapatkan seorang penolong yang
     baik. (hal. 85)
 - Yaitu Samman kita yang berpangkat kutub, ia yang disebut juga Muhammad, penolong umat pada setiap waktu. Ya Allah, sampaikan salawat kepada Muhammad, ia datang dengan membawa kebenaran dan penjelasan. (hal. 91)
 - Ia menyampaikan kabar gembira dengan membuka pintu surga. Ia meningkatkan derajatku sehingga aku dekat, aku jadi mulia. Dekat dengan penutup semua rasul Allah, ia pelindung umat. (hal. 93)
 - Wahai guru
     kami, wahai Samman, wahai kutub dari segala yang maujud (di alam
     ini)...Wahai makhluk yang paling mulia, wahai orang yang paling sempurna,
     wahai orang yang mengabulkan cita-cita mereka yang berjalan menuju
     kepadanya, wahai orang yang mengumpulkan segala makhluk...(hal. 95)
 - Dengan
     bertawassul dengan Al-’Atiq, Al-Faruq yang telah menghiasi kami, dan Zi
     l-Haya serta dengan Ali yang tinggi derajatnya...Dengan bertawassul kepada
     mereka itu semua manusia menjadi sempurna. (hal. 97)
 - Dengan
     perantaraan Anda kami bisa bertemu dengan Nabi Muhammad yang pernah
     dijumpai dalam ru’yat oleh Kutub dari segala yang maujud, Imam para
     ’Arifin. Kutub dari segala yang maujud, artinya pusat dari segala
     makhluk, yaitu asal kejadian semua makhluk, ilah Nur Muhammad. Yang
     dimaksud dalam hal ini, ialah Syekh Muhammad Samman. Ia memiliki ”badan
     Nur Muhammad”, karena ia pernah menyatu dengan Nur Muhammad itu...(hal.
     99)
 - Dan dengan
     ber-tawassul pula kepada setiap wali kutub dari kalangan umat masa
     silam, dan kepada gabungan semua wali kutub (qutbu l-aqtab) dan
     kepada guru kita, saya berharap memperoleh syafaat. (hal. 109)
 - Di dalam
     Engkau hamba fana, pada Engkau hamba kekal. (hal. 113)
 - Dengan
     bertawassul kepada Taha, Yasin, Hamim, dan Tahir. (hal. 119)
 - Perkataan
     ”Engkau” dan ”aku” diucapkan oleh Syekh Muhammad Samman dalam larik 368
     ini adalah sebuah bentuk syatahat. Pengucapan tersebut terjadi pada saat
     ”ia sedang bersatu dengan Tuhan” (Wahdatu l-wujud). ”Engkau”
     menunjuk kepada Tuhan, dan ”aku” adalah Syekh Muhammad Samman yang sedang
     berlebur dengan Tuhan. (hal. 119)
 - Padanya
     ada cap kenabian dari Engkau, pada kami ada cap kewalian. (hal. 125)
 - Kami ber-tawassul
     dengan Samman yang kerinduannya kepada Allah bagaikan api berkobar-kobar,
     Ya Tuhanku, kami ber-tawassul dengan wali kutub yang mempunyai
     banyak kelebihan...Aku menjadi kebanggaan manusia yang tersebar di alam
     ini. Aku adalah yang tidak bisa diperbandingkan, aku adalah kutub waktu,
     dan semua waktu dalam genggamanku. Allah mengabulkan keinginanku, wahai
     muridku, dan Dia terbuka bagiku. Aku adalah cahaya murni, dan wali yang
     lain adalah yang terkena pancarannya. (hal. 127)  
 - Keramat
     atau keajaiban itu adalah hak bagi setiap wali dan diimankan oleh setiap
     muslim. Sikap ini disepakati oleh muslim dari kelompok ahli sunnah
     waljamaah, tetapi ditolak oleh muslim dari kelompok mu’tazilah dan aliran
     filsafat. (hal. 156)
 - Syekh
     Muhammad Samman dilahirkan di Medinah dalam tahun 1132 H (1718 M). Dalam
     usia delapan tahun ia sudah hafal Qur`an. Dalam usia ini pula ia sangat
     mencintai fakir miskin dan sering duduk bersama mereka. Ia bertemu dengan
     sahabat nabi yang bernama Usman bin Affan dan ia diludahi mulutnya. Pada
     halaman sembilan tertulis bahwa Syekh Samman itu adalah penutup para wali
     Allah di kalangan umat Muhammad. (hal. 157)
 - Sebagaimana
     disebutkan dalam naskah  HSMS I, di
     dalam naskah ini pun dinyatakan pula bahwa Syekh Muhammad Samman mempunyai
     keserupaan sifat dengan Nabi Ibrahim, karena ternyata Nabi Ibrahim pula
     yang menjadi wasilah atau perantara dalam penerimaan ilmu Nur
     Muhammad dari Nabi Muhammad. (hal. 158)
 - Di dalam
     naskah ini diterangkan bahwa mendengarkan cerita keramat para wali itu
     menjadi sebab turunnya rahmat Allah dan menghilangkan perangai-perangai
     rendah dalam hati dan berganti dengan sifat-sifat yang terpuji. (hal.
     160) 
 - Pada suatu
     ketika ia bertemu dengan sahabat nabi yang bernama Usman bin Affan
     (meninggal abad ke-7), yang menyuruh Muhammad Samman agar membuka
     mulutnya, lalu ia meniupnya dan mengusap-usap kepalanya dengan kedua
     tangannya. (hal. 161)
 - Bahwa saya
     kasi beri tahu kepada sekalian sanak saudara yang tuwah dan yang mudah,
     jikalau hendak membaca ini ”Hikayat Keramat” maka hendaklah membaca
     Fatihah dahulu. Dan saya kasi beri tahu kepada yang ada berhajat baca,
     syaratnya: taru kembang tujuh rupa, dan kuwe tujuh rupa, dan beras serta
     kencur dan taru air dalam kendi. (hal. 162)
 - Cerita
     yang lain yang ada di dalamnya ialah Syekh Muhammad Samman itu adalah wali
     penutup, ia menerima ilmu Nur Muhammad dari Nabi Muhammad saw dengan wasilah
     Nabi Ibrahim a.s. (hal. 162) 
 
Diawali dengan Bismi l-Lahir r-Rahmani r-Rahim,
kemudian puji bagi Allah yang telah menyucikan Syekh Muhammad Samman dan menjadikannya
wali yang khas, salawat dan salam bagi dia yang sujud kepadanya semua makhluk. (hal.
164)
- IV. Keajaiban-keajaiban
     yang dialaminya sendiri :
 
(1)  Petemuannya dengan sahabat
nabi, Usman bin Affan.
(2)  ’Abdu l-Qadir Al-Jaylani menemui
Muhammad Samman dan memakaikan baju putih kepadanya.
(3)  Pertemuannya dengan Nabi
Ibrahim a.s. di langit ketujuh.
(4)  Ketika ia sedang berkhalwat,
ia menerima perintah dari Nabi Muhammad saw agar ia mengajarkan ilmunya itu
kepada khalayak ramai. 
(5)  Pertemuannya dengan sufi
abad ke-12 yang bernama Ahmad Al-Badawi.
(6)  Ketika ia sedang muraqabat,
Nabi Muhammad saw menyatakan bahwa ia pun adalah seorang rasul.
(7)  Ia bertemu dengan para nabi
dan rasul dan bercakap-cakap dengan Nabi Hud a.s. (hal. 167)
- V. Pesan-pesan
     Syekh Muhammad Samman kepada Murid-muridnya.  
 
(1)  Ia akan memberi syafaat pada
hari Kiamat kepada siapa pun yang pernah masuk ke langgarnya. 
(2)  Apabila mereka menghadapi
suatu kesulitan, hendaknya mereka memusatkan hatinya kepadanya dan menyerunya,
niscaya ia hadir. (hal. 168)
- VI. Keramat-keramat
     Syekh Muhammad Samman yang dialami oleh murid-muridnya selama ia masih
     hidup. 
 
Keterangan : Kami hanya menyantumkan poin-poin yang kami
anggap berisi kesesatan dan penyimpangan yang tercantum di dalam buku Ratib
Samman. Dari nomor (1) s.d. (11) penomorannya berurutan. Adapun dari nomor
(14) dan seterusnya tidak berurutan, karena poin-poin itulah yang kami anggap
berisi kesesatan dan penyimpangan. 
| 
   
No. 
 | 
  
   
Nomor di dalam buku 
 | 
  
   
Isi 
 | 
 
| 
   
1. 
 | 
  
   
(1) 
 | 
  
   
Pengalaman ’Abdu r-Rahman Al-Maghribi ketika ia melihat tiga cahaya yang
  masing-masing bermakna Tuhan, Nabi Muhammad saw, dan Muhammad Samman.  
 | 
 
| 
   
2. 
 | 
  
   
(2) 
 | 
  
   
Teriakan ”Ya Samman!” ”Ya Mahdi!” diucapkan oleh Mukarrim bin ’Abdu
  l-Mu’in ketika ia diserang badai dalam suatu pelayaran; tiba-tiba ditolong
  oleh dua orang sehingga selamat.  
 | 
 
| 
   
3. 
 | 
  
   
(3) 
 | 
  
   
Pengalaman Ahmad Al-Ibadi bersama orang-orang fakir diserang awan hitam
  dan ombak yang keras dalam suatu pelayaran; mereka selamat ketika Syekh
  Muhammad Samman tiba-tiba hadir.  
 | 
 
| 
   
4. 
 | 
  
   
(4) 
 | 
  
   
Seruan ”Ya Samman!” diucapkan oleh Idris bin Ahmad Takaki ketika perahu
  yang ditumpanginya menabrak karang; ia pun selamat. 
 | 
 
| 
   
5. 
 | 
  
   
(5) 
 | 
  
   
Pengalaman ’Abdu r-Rahman Al-Maghribi yang bermimpi bahwa Syekh Muhammad
  Samman itu -di hadirat Tuhan- lebih tinggi derajatnya daripada ’Abdu l-Qadir
  Al-Jaylani dan Ahmad Al-Badawi.  
 | 
 
| 
   
6. 
 | 
  
   
(6) 
 | 
  
   
Unta kepunyaan Rajab Maghribi yang hilang bisa ditemukan lagi sesuai
  dengan perkataan Syekh Muhammad Samman.  
 | 
 
| 
   
7. 
 | 
  
   
(7) 
 | 
  
   
Pengalaman ’Ulwan As-Sa’idi dalam suatu perjalanan yang tertidur dan
  untanya lepas; tiba-tiba Syekh Muhammad Samman membangunkannya.  
 | 
 
| 
   
8. 
 | 
  
   
(8) 
 | 
  
   
Pengalaman Muhammad Saleh yang sedang masakat saat istrinya mau
  melahirkan dan tidak ada bidan; ketika ia berdoa dan ber-tawassul
  kepada Muhammad Samman maka ia pun hadir dan istrinya melahirkan dengan
  selamat. 
 | 
 
| 
   
9. 
 | 
  
   
(9) 
 | 
  
   
Teriakan ”Ya Samman!” diucapkan oleh Abdullah saat ia diikat lehernya
  dengan rantai besi dalam penjara karena tuduhan mencuri, maka rantai besi itu
  pun lepas dan ia dibebaskan dari penjara.  
 | 
 
| 
   
10. 
 | 
  
   
(10) 
 | 
  
   
Pengalaman Ahmad Yamini ketika dalam keadaan antara tidur dan jaga
  melihat Abubakar Siddik dan Nabi Muhammad saw bersabda kepadanya bahwa
  Muhammad Samman itu ada di sebelah beliau. 
 | 
 
| 
   
11. 
 | 
  
   
(11) 
 | 
  
   
Pengalaman Ali Ahmad tatkala berkelahi melawan penyamun yang berkendaraan
  kuda dengan lima puluh prajurit dan ketika ia menyeru sangat keras ”Ya
  Samman!”, hadirlah Muhammad Samman berkendaraan kuda putih sehingga dengan
  aman ia dapat melewati daerah itu.  
 | 
 
| 
   
12. 
 | 
  
   
(14) 
 | 
  
   
Teriakan ”Ya Samman!” diucapkan oleh ’Abdu r-Rahman yang tersesat dalam
  suatu perjalanan sehingga terbentang jalan di hadapannya. 
 | 
 
| 
   
13. 
 | 
  
   
(15) 
 | 
  
   
Teriakan ”Ya Samman!” diucapkan oleh Muhammad Ahmad ketika perahunya
  tiba-tiba berhenti tanpa sebab di tengah suatu pelayaran, maka perahu itu pun
  bergerak lagi dan ia selamat. 
 | 
 
| 
   
14. 
 | 
  
   
(16) 
 | 
  
   
Teriakan ”Ya Samman!” diserukan oleh salah seorang murid Muhammad Samman
  ketika seorang pejabat pemerintah tidak mau membayar utangnya malah mau
  memukulnya; pejabat itu pun jatuh lalu mati. 
 | 
 
| 
   
15. 
 | 
  
   
(17) 
 | 
  
   
Pengalaman Ahmad bin Ibrahim ketika ia melihat Syekh Muhammad Samman
  selama tiga hari dalam ukuran sangat besar, tingginya sampai ke arasy dan
  kakinya sampai ke lapis bumi yang ketujuh. Kemudian rupa Syekh Muhammad
  Samman berubah menjadi sebuh rumah yang sangat besar dan orang banyak
  memasukinya. Pemandangan ini berlangsung selama tiga hari akhirnya tampak
  wujud Syekh Muhammad Samman menjadi sangat besar sehingga memenuhi segenap
  alam ini. Pemandangan ini berlangsung selama tiga hari pula. 
 | 
 
| 
   
16. 
 | 
  
   
(18) 
 | 
  
   
Pengalaman salah seorang murid Syekh Muhammad Samman yang dimarahi oleh
  seseorang agar tidak menyebut-nyebut nama Muhammad Samman sebagai gurunya.
  Hal itu diberitahukan kepada Syekh Muhammad Samman dan akhirnya dikabarkan
  bahwa orang itu keluar dari Islam dan masuk penjara karena hal-hal lain. 
 | 
 
| 
   
17. 
 | 
  
   
(22) 
 | 
  
   
Seorang ulama yang bernama Syekh Saleh jatuh sakit kemudian mati sejak ia
  mencela pakaian para sufi yang terbuat dari kain bulu dan secara tidak
  langsung ia mencela Syekh Muhammad Samman juga. 
 | 
 
| 
   
18. 
 | 
  
   
(28) 
 | 
  
   
Syekh Taju d-din Asy-Syafi’i bermimpi bahwa ia bertemu dengan Nabi
  Muhammad saw yang bersabda kepadanya bahwa orang yang melihat Muhammad Samman
  tentu akan melihat beliau dan orang yang melihat beliau tentu akan melihat
  Allah. 
 | 
 
| 
   
19. 
 | 
  
   
(33) 
 | 
  
   
’Abdu r-Rahman Al-Maghribi berkata bahwa Nabi Muhammad saw pernah
  menyatakan bahwa beliau senang akan Muhammad Samman. 
 | 
 
| 
   
20. 
 | 
  
   
(36) 
 | 
  
   
Salah seorang penduduk negeri Sanari hilang kambingnya suatu hari.
  Keesokan harinya -pada waktu subuh- kambingnya itu sudah ditemukan lagi di
  rumahnya juga, sesudah ia mengucapkan ”Ya Samman!” 
 | 
 
| 
   
21. 
 | 
  
   
(38) 
 | 
  
   
Jamaah murid Syekh Muhammad Samman membaca zikir di rumah Abdullah bin
  Bahis yang sedang sakit batu; Syekh Muhammad Samman tidak hadir di dalam
  jamaah itu. Ketika zikir itu berlangsung, Abdullah melihat Syekh Muhammad
  Samman mengusapkan tangannya pada bagian yang sakit pada perut Abdullah, maka
  ia pun sembuh. 
 | 
 
| 
   
22. 
 | 
  
   
(41) 
 | 
  
   
Suatu ketika ’Abdul Aziz Muhammad bin ’Abdu r-Rauf melihat jamaah zikir
  Syekh Muhammad Samman di sebuah langgar di Betawi. Ia melihat di dalamnya
  hadir Muhammad Muhyi d-Din bin Syihabu d-Din Al-Jawi, Syekh Muhammad Samman,
  dan Nabi Ibrahim a.s. 
 | 
 
| 
   
23. 
 | 
  
   
(44) 
 | 
  
   
Ketika jamaah murid Syekh Muhammad Samman berjalan di hadapan jenazah
  sambil berzikir menuju ke kuburan, ada seorang yang tidak suka kepada jamaah
  ini berkata di dalam hatinya bahwa perbuatan mereka ini adalah bid’ah.
  Tiba-tiba ia pun menjadi buta matanya dan tidak sembuh lagi. 
 | 
 
| 
   
24. 
 | 
  
   
(46) 
 | 
  
   
Ahmad Mughni dari Basrah pada suatu ketika duduk berhadapan dengan Syekh
  Muhammad Samman di langgarnya. Tiba-tiba Syekh Muhammad Samman berubah
  menjadi sebuah kubah yang terbuat dari cahaya. Bentuk ini lenyap seketika
  kemudian muncul cahaya yang memenuhi seluruh alam ini. Bentuk yang kedua ini
  lenyap pula, kemudian muncul bentuk yang ketiga yaitu Syekh Muhammad Samman
  berwujud sedemikian rupa sehingga bumi dan langit dengan segala isinya ini
  tidak tampak, kecuali Syekh Muhammad Samman saja. Ketika Ahmad Mughni sudah
  kembali ke alam sadar, maka Syekh Muhammad Samman berkata kepadanya bahwa ia
  sudah sampai makrifat. 
 | 
 
| 
   
25. 
 | 
  
   
(49) 
 | 
  
   
Ada seorang ulama yang bernama Ahmad Syarif dari Baghdad, yang
  bersama-sama dengan jamaah fakir miskin harus membaca Quran di sebuah kamar
  mandi sesuai dengan perintah Syekh Muhammad Samman. Ia merasa keberatan untuk
  melakukannya, karena makruh hukumnya. Oleh karena itu, ia berdiri saja
  di luar kamar mandi itu. Ketika ia masuk ke kamar mandi itu untuk mengambil air
  wudlu, tiba-tiba ia melihat Syekh Muhammad Samman dan Abu Bakar Siddiq sedang
  duduk di kursi di dalam kamar mandi itu. Syekh Muhammad Samman mengoreksi
  Ahmad Syarif berhubung dengan kata hatinya yang melintaskan hukum makruh
  membaca Quran di kamar mandi, sedangkan hal itu adalah perintahnya. 
 | 
 
| 
   
26. 
 | 
  
   
(53) 
 | 
  
   
Syekh Sa’adu d-din minta kepada Syekh Muhammad Samman untuk bertemu
  dengan Al-Haqiqatu l-Muhammadiyyat. Sesudah menundukkan kepalanya
  sejenak, ia pun menyuruhnya agar ziarah ke kubur Nabi Muhammad saw. Ketika ia
  mengucapkan salam di atas makam Nabi, maka Nabi Muhammad saw pun hadir dan
  mencium tangannya.  
 | 
 
| 
   
27. 
 | 
  
   
(54) 
 | 
  
   
Salah seorang murid Syekh Muhammad Samman berkata bahwa ketika ia hendak
  pergi berziarah ke kubur Hamzah bersama Syekh Muhammad Samman, di tengah
  perjalanan hatinya berkata bahwa di jalan ini banyak penyamun, sedangkan ia
  tidak membawa senjata. Tiba-tiba Syekh Muhammad Samman melepaskan jubahnya
  dan tampak ia menyandang pedang yang tidak diketahui olehnya sejak semula.
  Dalam hal ini, Syekh Muhammad Samman dapat mengetahui kata hati orang lain.  
 | 
 
| 
   
28. 
 | 
  
   
(56) 
 | 
  
   
Tatkala Syekh Idris sedang tidur dalam keadaan sakit, ia melihat Syekh
  Muhammad Samman hadir dan ia menyuruhnya agar meletakkan tangan kanan di
  dahinya sambil membaca taudu sy-syuhud qutbu l-wujud haqqani muhammad
  samman fi kulli dayqin hadir (Tetaplah menyaksikan, wali kutub yang
  sekarang maujud, Muhammad Samman pelindung, dalam setiap keadaan sulit ia
  hadir). Ketika ia bangun, sakit kepala yang dideritanya selama ini terasa
  sembuh.  
 | 
 
| 
   
29. 
 | 
  
   
(59) 
 | 
  
   
Sayyid Husein merasa tidak suka terhadap Syekh Muhammad Samman di dalam
  hatinya. Ketika ia sedang berdiri di makam Nabi Muhammad saw, Syekh Muhammad
  Samman ternyata ada di sebelah kanannya. Ketika ia selesai berdoa dan
  berpaling kepadanya, Syekh Muhammad Samman sudah tidak ada lagi. Akhirnya ia
  pergi ke Syekh Muhammad Samman di rumahnya dan ia pun masuk tarikatnya.
  (hal. 168-182)  
 | 
 
- Keramat-keramat
     Syekh Muhammad Samman yang dialami oleh murid-muridnya sesudah ia
     meninggal. 
 
| 
   
No. 
 | 
  
   
Nomor di dalam buku 
 | 
  
   
Isi 
 | 
 
| 
   
1. 
 | 
  
   
(1) 
 | 
  
   
Seorang peziarah ketika pulang dari kuburan Syekh Muhammad Samman uangnya
  hilang. Ia kembali ke makam Syekh Muhammad Samman dan menyatakan bahwa
  uangnya hilang. Tiba-tiba ia mendengar suara dari dalam bumi dan uangnya itu
  ternyata ada di bawah kakinya.  
 | 
 
| 
   
2. 
 | 
  
   
(3) 
 | 
  
   
Seorang penduduk Medinah menghadapi kesulitan dalam hidupnya. Kemudian ia
  berziarah ke makam Syekh Muhammad Samman. Sepulangnya dari ziarah ia
  mengatakan bahwa banyak sekali kemudahan yang ia peroleh dalam hidupnya ini. (hal.
  183) 
 | 
 
- Isyarat-isyarat
     pada saat-saat Syekh Muhammad Samman akan meninggal. Pada suatu malam
     sesudah maghrib Syekh Muhammad Samman meninggal. Akan tetapi keesokan
     harinya -pada waktu subuh- Syekh Muhammad Samman itu hidup lagi dan
     berkata kepada ’Abdu n-Nabi, penjaga makam Nabi Muhammad saw yang sedang
     hadir di situ, bahwa pada malam sebelumnya rohnya dibawa oleh Al-Fatimah
     binti Nabi Muhammad saw ke langit keempat. Di sana ia bertemu dengan
     Aisyah, istri Nabi Muhammad saw yang menyuruh agar roh itu dikembalikan
     kepadanya. (hal. 183-184) 
 - Maka Tuan
     Syekh Muhammad Samman itu mengambil daripada/nur ilmu Nabi Muhammad salla
     l-Lahu ’alayhi wa sallama dengan lantaran Nabi/Ibrahim ’alayhi
     s-salam. Maka dinamai Tuan Syekh Muhammad Samman itu Khatamu/l-Wilayati
     l-Khassat daripada umat Muhammad-(iyah). (hal. 211)
 - Dan adalah
     Syekh Muhammad Samman berkata/lagi, ”Barangsiapa masuk pada langgarku dan
     sekali sekalipun, niscaya/diberi oleh Allah subhanahu wa taala rahmat akan
     orang itu, dan cenderung/ia kepada akhirat, dan aku beri syafaat akan dia
     pada hari kiamat.” (hal. 217) 
 - Dan lagi
     berkata/ Syekh Muhammad Samman radiya l-Lahu ’anhu, ”Aku dan segala
     aulia Allah/tiada mati, tetapi aku berpindah dari pada dusun/satu. Maka
     tatkala aku mati, maka engkau datang kepada kuburku, dan/ engkau zikir Allah;
     maka aku dengar akan dia ku padahal aku duduk dengan ber-/zikir serta
     engkau. (hal. 218)
 - Ya Rasul
     Allah!/maka akan dengar(kan) sabda Nabi salla l-Lahu ’alayhi wa sallama
     kepada aku, ’Ya Samman,/engkau rasul pula!’ Padahal berulang-ulang
     sabdanya kepada aku”, demikianlah katanya. (hal. 221)
 - Maka
     apabila berjalan aku serta dengan/ tolanku pada tepi laut, maka datang
     angin yang amat keras serta ombak yang/ amat keras, maka hampirlah
     kebinasaan-kebinasaan. Kemudian aku berdiri pada hadapan/ perahu serta aku
     memanggil dengan seru yang terlebih keras, ’Ya Samman!, ya Mahdi!/ Maka
     tiba-tiba aku melihat dengan mata kepalaku akan keduanya (yang) berjalan/
     (keduanya itu) di atas laut, hingga sampai keduanya itu ke perahu-/ku. (hal.
     229)
 - Maka
     tiba-tiba kulihat dengan mata kepalaku akan Syekh Muhammad/ Samman radiya
     l-Lahu anhu yang ada ia pada tepi laut pada dusun Yanbak/namanya, pada
     hal ia duduk. Kemudian maka menolak ia akan perahu dengan/ kakinya. Maka
     berjalanlah perahu itu serta terang awan itu, dan diam/ ombak, dan hilang
     angin. (hal. 229)
 - Kemudian
     maka dirantai pula/ lehernya sampai tiga hari. Maka tiap-tiap ia membaca
     akan tawassul/ kemudian daripada sembahyang isya serta berteriak ia
     dengan sehabis/ habis suaranya, serta menyebut ia ’Ya Samman!’ maka tanggal
     pula/ rantai/ besi itu/ daripada batang lehernya. (hal. 235)
 - Maka
     menjawab ia, ’Aku melihat akan Syekh Muhammad Samman dengan mata/
     kepalaku, padahal ia datang kepadaku dan duduk pada sepusatku,/ dan
     menghaturkan ia akan tangannya atas perutku, dan berkata ia/ bagiku,
     ’Manakah sakitmu?’ Maka
     kutunjukkan akan dia. Maka menghantarkan ia/ akan tangannya atasnya, dan
     menyapu ia akan dia dengan tangannya tiga/ kali. Maka ia pun keluar kemih
     itu. Dan sesungguhnya disembuhkan/ Allah taala akan dia dengan berkat keramat
     Syekh Muhammad Samman radiya/l-Lahu ’anhu. (hal. 264)
 - ...dan
     sebab demikian itu/ bahwasanya hasil padaku sakit pening pada kepalaku
     dengan sakit/ yang sangat, dan tetap ia daripadanya. Kemudian sembahyang
     maghrib/ sampai waktu isya, maka tidur aku. Maka kulihat akan Syekh
     Muhammad/ Samman, pada hal ia berkata akan daku, ’Hantarkan olehmu akan
     tanganmu/ yang kanan di atas hadapan kepalamu, serta baca olehmu: Taudu
     sy-Syuhudi. Qutbu l-Wujudi haqqani Muhammad Samman fi kulli dayqin hadir,/
     kemudian pergi ia. Maka kubangun daripada tidurku, pada/hal aku
     mengucapkan akan yang demikian itu, dan tanganku di atas/ kepalaku, dan
     hilang sakitku itu pada waktu bangunku. Dan/ berdiri aku seolah-olah aku
     tiada sakit, dengan berkat keramat Syekh Muhammad/ Samman radi l-Lahu/
     ’anhu. (hal. 282)
 - Adab salik
     terhadap guru dalam sebuah tarikat, dalam salah satu naskahnya yang
     berjudul At-Tadbiratu l-Ilahiyat fi Islahi l-Mamlakati l-Insaniat,
     Ibn Arabi memberi petunjuk agar salik di depan gurunya bersikap
     bagaikan mayat berada di tangan orang-orang yang sedang memandikannya. (hal.
     357)
 - Salik tidak boleh menikahi janda gurunya
     bila suaminya itu meninggal atau bercerai (Nyberg, 1919: 226-227). (hal.
     358)
 - Ibn Arabi
     menerangkan ekspresi-ekspresi seorang sufi dalam bukunya yang berjudul Al-Futuhatu
     l-Makkiyyat. Ekspresi-ekspresi seorang sufi seperti tertawa, senyum,
     terkejut, ragu-ragu, benci, cinta, suka atau cenderung akan sesuatu
     semuanya itu langsung datang dari Allah sebagaimana hal itu terjadi pada
     nabi-nabi Allah (Takeshita, 1987: 126). (hal. 358) 
 - Sehubungan
     dengan keterangan ini, para salik dalam sebuah tarikat harus
     memelihara adab kepada gurunya, mereka tidak berhak berdiskusi atau
     menyanggah pesan-pesan gurunya. (hal. 359)
 - Syekh
     Muhammad Samman sebagai seorang sufi dan wali Allah, hatinya sudah
     mengkilat karena diasah dengan zikir kepada Allah, sehingga ia mampu
     merekam ”wewenang memberi syafaat” dari Nabi Muhammad saw. Ia
     berkata bahwa ia akan memberi syafaat kepada murid-muridnya yang
     percaya kepadanya pada hari kiamat nanti (HSMS: 14). Ia berkata pula bahwa
     ia mempunyai kemampuan untuk menolong dan memberikan syafaat (RS:
     169), sehingga orang yang bersangkutan merasa aman. (hal. 359)
 - Syatahat
     ini terucapkan oleh Syekh Muhammad Samman tatkala ia menyatu dengan Allah
     (wahdatu l-wujud) pada makam NM. Wahdatu l-wujud  ini berlangsung dalam suasana fana yang
     dapat dirasakan olehnya bahwa sifat-sifatnya sebagai manusia menjadi
     hilang dan ia merasakan sifat-sifat Allah sangat berpengaruh pada dirinya
     (fana’u l-mahwi). (hal. 381)
 - (5) cerita
     mengenai keutamaan Syekh Muhammad Samman sebagai seorang ulama
     tasawuf  yang mengenal Allah (sufi al-’arif
     bi l-Lah) dengan pengalaman-pengalamannya di alam fana sehingga ia
     menyatu dengan Allah pada makam NM, (6) panggilan bagi murid-muridnya agar
     mereka tetap cinta kepadanya (mahabbat) dan menjadikannya sarana
     perantaraan (ber-tawassul), (7) sepuluh kalimat ecstatic
     utterances (syatahat) yang terucapkan olehnya isinya
     menunjukkan bahwa ia sedang menyatu dengan Allah (wahdatu l-wujud)
     secara penuh pada makam NM. (hal. 405)
 - Guru
     rohani bergelar syekh, berarti ia adalah seorang ulama yang
     memiliki pengetahuan mendalam dalam bidang syariat, tarikat, makrifat, dan
     hakikat. Ia mengetahui hambatan mental dan rohani murid-muridnya dan
     mengetahui pula obat penawarnya. Ia mengetahui kemampuan mental
     murid-muridnya. Oleh karena itu Syekh Muhammad Samman sebagai seorang syekh
     tarikat merupakan wakil Nabi Muhammad saw. bagi murid-muridnya, terutama
     dalam bidang rohani. RS sebagai sebuah ratib agar dibaca oleh
     murid-murid tarikat zikir Samman dengan secara tetap dan terjadwal. (hal.
     405-406)
 - Apabila
     cerita tentang keramat Syekh Muhammad Samman ini dibaca dan para hadirin
     menyimak dan mendengarkannya dengan baik, mereka akan mengagumi betapa
     kemuliaan Syekh Muhammad Samman karena ilmunya yang telah ia peroleh atas
     karunia Tuhan. Betapa ia cinta kepada Tuhan dan betapa Tuhan sayang
     kepadanya. (hal. 407)
 - Di
     kalangan masyarakat sufi ada keyakinan, bahwa menghormati dan mempercayai
     wali Allah itu wajib, dan bagi mereka yang membencinya atau memusuhinya,
     merupakan pembangkangan terhadap Tuhan. (hal. 407)
 - Dalam hal ekstase
     ia mengalami peleburan segenap kemampuannya dengan Allah (fana’ fi
     l-Lah), sehingga terucapkan olehnya ecstatic utterances sebagaimana
     tergambar dalam RS. Akan tetapi syatahat-nya itu tidak melampaui
     batas ukuran syariat seperti yang terucapkan oleh Al-Hallaj yang
     mengucapkan Aku adalah Tuhan. Syatahat yang paling keras yang
     pernah terucapkan oleh Syekh Muhammad Samman ialah Aku adalah Muhammad yang
     dituju. (407-408)
 - Apabila Syekh
     Muhammad Samman sedang menjalani ”peleburan diri” dengan Allah, berarti ia
     sedang menyatu dengan-Nya. Menyatu dengan Allah sama dengan menyatu dengan
     NM. Pada saat ”peleburan” ini berlangsung, aktivitas dari pihak Syekh Muhammad
     Samman berpusat pada ’fu’ad-nya... (hal. 408)
 - Dalam
     suasana ”peleburan” itu Allah menyatakan aktivitasnya yaitu berbicara
     dengan lidah Syekh Muhammad Samman yang akhirnya tertuturkan olehnya syatahat-syatahat
     itu. Apabila Al-Khalq yang menjadi orientasinya dalam suasana
     ”peleburan” itu, maka syatahat-nya menjadi lebih sederhana daripada
     ia berorientasi pada Al-Haqq. Kemampuan berorientasi dalam suasana
     ”peleburan” ini adalah akibat dari kesetiannya akan syariat. (hal. 408)
 - Apabila
     aktivitas Tuhan itu menjelma pada perbuatan Syekh Muhammad Samman, maka ia
     akan melakukan perbuatan-perbuatan yang ganjil dan bertentangan dengan
     adat yang wajar (khawariqu l-adat) yang disebut keramat. (hal.
     409)
 - Tujuan
     para sufi ialah ingin dekat dengan Tuhan (taqarrub mina l-Lah)
     tetapi akhirnya ada di antara mereka yang menyatu dengan Allah (wahdatu
     l-wujud), karena ia luluh dengan Allah dalam suatu kesadaran yang
     lain. (hal. 409)
 - Allah yang
     kadim akan berbicara denga lidah Syekh Muhammad Samman yang muhdas,
     maka terucapkanlah olehnya ecstatic utterances. Jadi, terucapkannya
     ecstatic utterances oleh Syekh Muhammad Samman dalam situasi
     ”peleburan” itu menunjukkan bahwa ia sedang menyatu dengan Allah; redaksi
     kalimat yang dituturkannya bukan dari kemauannya sendiri, melainkan dari
     Allah. (hal. 411)
 - Keramat-keramat
     Syekh Muhammad Samman yang disebutkan dalam teks HSMS banyak macamnya, ada
     yang pernah dialami oleh Syekh Muhammad Samman sendiri, oleh
     murid-muridnya selama ia masih hidup, dan sesudah ia meninggal. (hal.
     411)
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar