KUTIPAN BUKU : RATIB SAMMAN DAN HIKAYAT SYEKH
MUHAMMAD SAMMAN KARYA AHMAD PURWADAKSI
Oleh M. Amin Djamaluddin
Di antara ajaran "aneh" dan "sesat menyesatkan" dari buku tersebut.
- Dari bacaan manakib itu saya menyimak
pengalaman seseorang murid Syekh Muhammad Samman yang sedang tertimpa
bencana dalam pelayaran di tengah laut. Orang itu menyeru “Ya Samman!” tiga kali. Dengan seketika Syekh
Muhammad Samman hadir dan bencana tersebut lenyap sehingga pelayaran bisa
diteruskan dengan aman. (hal. xv)
- Juga
kepada K.H.R. Abdullah bin Nuh (meninggal tahun 1987) yang mengatakan
kepada saya bahwa ilmu tasawuf itu apabila dipelajari sampai
sedalam-dalamnya bisa mengakibatkan seseorang keluar dari Islam, karena ia
terlibat dalam sikap batin dalam hal menyekutukan Allah. Oleh karena itu, salah
satu syarat orang yang mau menekuni tasawuf harus mempunyai seorang guru
pembimbing dan ia harus matang pengetahuan tentang syariat serta setia dalam
pengamalannya. (hal. xvii)
- Kedua, naskah HSMS berisi cerita tentang
keramat dan RS berisi tentang tasawuf wahdatu l-wujud. (hal. 2)
- Analisis
terhadap pengalaman-pengalaman rohani yang dialami Syekh Muhammad Samman
yang berupa ”dialog gaib” dalam pertemuannya dengan Nabi Muhammad saw. (hal.
8)
- Apabila seorang sufi ”meminum arak” (air makrifatu l-Lah) ia akan ”mabuk” (sakr). Seorang sufi ”meminum arak” berarti ia menerima ilmu tajalli yang berupa makrifat kepada Allah. Ilmu ini diturunkan oleh-Nya lewat gurunya yang sudah menyatu dengan NM. (hal. 22)
- Allah
mengetahui apa yang ia inginkan itu, maka Dia berbicara di atas lidah salik
sebagaimana Nabi Muhammad saw mengatakan bahwa Allah berbicara pada lidah
Umar bin Khattab (Johns, 1957:42). (hal. 22-23)
- Bukankah
(Muhammad) utusan yang paling mulia, kedudukannya sangat dekat (dengan
Tuhannya). Ia telah melihat (Allah) dengan matanya sendiri, tanpa tabir
perintang di antara keduanya. (hal. 67)
- Saya mohon
syafaat Anda, perkenankanlah syafaat Anda atas saya, Anda
tempat berlindung saya terhadap dosa-dosaku ini. Tolong saya, wahai Tuanku
dari penderitaan ini, kalau tidak, kepada siapa saya minta tolong. (hal.
69)
- Wahai Tuhan, dengan ber-tawassul kepada al-’Arif yang bernama Samman yang mempunyai pertolongan (syafaat)....kecuali seorang wali yang syahid dengan segala kelebihannya dan mampu membimbing. Aku adalah imam, aku adalah kutub dari segala yang maujud, aku penolong umat generasi masa kini, aku Samman yang mempunyai pertolongan. Aku adalah Muhammad yang dituju...(hal. 71)
- Cepat-cepat
menghampiriku, wahai muridku, jika engkau menghendaki kelapangan, dari
bencana atau kekerasan zaman. Berlindunglah di pintuku dan katakanlah
hajatmu dalam setiap ada bahaya! Wahai juru penolong, wahai Samman, wahai
sandaranku, tolonglah hamba! Kamu akan menemukan aku menolong siapa pun,
aku mampu melindungi siapa pun dari kesusahan dan kesulitan. (hal. 75)
- Dengan
bersandar kepadaku, ia akan tenteram dari siapa pun yang ia takuti. Tuhan
berkenan memilih aku bertetangga dengan Muhammad. Aku dijuluki bahwa
jasadku mirip dengan jasadnya. Berdoa kepada Tuhan Yang Duduk di ’arasy,
bagaikan burung merpati bernyanyi di atas pohon ban. (hal. 77)
- Wahai
Allah, wahai Yang Maha Pengasih, berilah kami rasa aman, dengan
perantaraan wali kutub semesta alam, As-Samman guru tercinta...Purnamaku
indah dan tinggi, betapa minuman itu mengasyikkan. Dengan kecantikannya
yang bening gadis-gadis tidak bosan memandang, keindahan yang abadi yang
terbit dalam suasana yang serba indah. (hal. 79)
- Dengan
perantaraan wali yang luhur dan bijaksana, kekasih Allah bernama Samman.
Ia adalah kutub bagi semua wali kutub pembuka pintu (rahmatku). Setiap
orang yang datang kepadanya dengan penuh dosa akan pulang dengan penuh
ampunan. Ia adalah seorang penolong, ia juga penolak bala, ia adalah
benteng penangkis bencana...Panggilah ia, bila engkau dalam bahaya
dirundung duka. (hal. 83)
- Allah,
Allah, Allah, ya Tuhan, tolonglah kami, dengan (kebaikan dari) seorang
yang menguasai waktu dan zaman. Jika engkau mau mendekat pada orang yang
dekat dengan Tuhannya, berarti engkau mendapatkan seorang penolong yang
baik. (hal. 85)
- Yaitu Samman kita yang berpangkat kutub, ia yang disebut juga Muhammad, penolong umat pada setiap waktu. Ya Allah, sampaikan salawat kepada Muhammad, ia datang dengan membawa kebenaran dan penjelasan. (hal. 91)
- Ia menyampaikan kabar gembira dengan membuka pintu surga. Ia meningkatkan derajatku sehingga aku dekat, aku jadi mulia. Dekat dengan penutup semua rasul Allah, ia pelindung umat. (hal. 93)
- Wahai guru
kami, wahai Samman, wahai kutub dari segala yang maujud (di alam
ini)...Wahai makhluk yang paling mulia, wahai orang yang paling sempurna,
wahai orang yang mengabulkan cita-cita mereka yang berjalan menuju
kepadanya, wahai orang yang mengumpulkan segala makhluk...(hal. 95)
- Dengan
bertawassul dengan Al-’Atiq, Al-Faruq yang telah menghiasi kami, dan Zi
l-Haya serta dengan Ali yang tinggi derajatnya...Dengan bertawassul kepada
mereka itu semua manusia menjadi sempurna. (hal. 97)
- Dengan
perantaraan Anda kami bisa bertemu dengan Nabi Muhammad yang pernah
dijumpai dalam ru’yat oleh Kutub dari segala yang maujud, Imam para
’Arifin. Kutub dari segala yang maujud, artinya pusat dari segala
makhluk, yaitu asal kejadian semua makhluk, ilah Nur Muhammad. Yang
dimaksud dalam hal ini, ialah Syekh Muhammad Samman. Ia memiliki ”badan
Nur Muhammad”, karena ia pernah menyatu dengan Nur Muhammad itu...(hal.
99)
- Dan dengan
ber-tawassul pula kepada setiap wali kutub dari kalangan umat masa
silam, dan kepada gabungan semua wali kutub (qutbu l-aqtab) dan
kepada guru kita, saya berharap memperoleh syafaat. (hal. 109)
- Di dalam
Engkau hamba fana, pada Engkau hamba kekal. (hal. 113)
- Dengan
bertawassul kepada Taha, Yasin, Hamim, dan Tahir. (hal. 119)
- Perkataan
”Engkau” dan ”aku” diucapkan oleh Syekh Muhammad Samman dalam larik 368
ini adalah sebuah bentuk syatahat. Pengucapan tersebut terjadi pada saat
”ia sedang bersatu dengan Tuhan” (Wahdatu l-wujud). ”Engkau”
menunjuk kepada Tuhan, dan ”aku” adalah Syekh Muhammad Samman yang sedang
berlebur dengan Tuhan. (hal. 119)
- Padanya
ada cap kenabian dari Engkau, pada kami ada cap kewalian. (hal. 125)
- Kami ber-tawassul
dengan Samman yang kerinduannya kepada Allah bagaikan api berkobar-kobar,
Ya Tuhanku, kami ber-tawassul dengan wali kutub yang mempunyai
banyak kelebihan...Aku menjadi kebanggaan manusia yang tersebar di alam
ini. Aku adalah yang tidak bisa diperbandingkan, aku adalah kutub waktu,
dan semua waktu dalam genggamanku. Allah mengabulkan keinginanku, wahai
muridku, dan Dia terbuka bagiku. Aku adalah cahaya murni, dan wali yang
lain adalah yang terkena pancarannya. (hal. 127)
- Keramat
atau keajaiban itu adalah hak bagi setiap wali dan diimankan oleh setiap
muslim. Sikap ini disepakati oleh muslim dari kelompok ahli sunnah
waljamaah, tetapi ditolak oleh muslim dari kelompok mu’tazilah dan aliran
filsafat. (hal. 156)
- Syekh
Muhammad Samman dilahirkan di Medinah dalam tahun 1132 H (1718 M). Dalam
usia delapan tahun ia sudah hafal Qur`an. Dalam usia ini pula ia sangat
mencintai fakir miskin dan sering duduk bersama mereka. Ia bertemu dengan
sahabat nabi yang bernama Usman bin Affan dan ia diludahi mulutnya. Pada
halaman sembilan tertulis bahwa Syekh Samman itu adalah penutup para wali
Allah di kalangan umat Muhammad. (hal. 157)
- Sebagaimana
disebutkan dalam naskah HSMS I, di
dalam naskah ini pun dinyatakan pula bahwa Syekh Muhammad Samman mempunyai
keserupaan sifat dengan Nabi Ibrahim, karena ternyata Nabi Ibrahim pula
yang menjadi wasilah atau perantara dalam penerimaan ilmu Nur
Muhammad dari Nabi Muhammad. (hal. 158)
- Di dalam
naskah ini diterangkan bahwa mendengarkan cerita keramat para wali itu
menjadi sebab turunnya rahmat Allah dan menghilangkan perangai-perangai
rendah dalam hati dan berganti dengan sifat-sifat yang terpuji. (hal.
160)
- Pada suatu
ketika ia bertemu dengan sahabat nabi yang bernama Usman bin Affan
(meninggal abad ke-7), yang menyuruh Muhammad Samman agar membuka
mulutnya, lalu ia meniupnya dan mengusap-usap kepalanya dengan kedua
tangannya. (hal. 161)
- Bahwa saya
kasi beri tahu kepada sekalian sanak saudara yang tuwah dan yang mudah,
jikalau hendak membaca ini ”Hikayat Keramat” maka hendaklah membaca
Fatihah dahulu. Dan saya kasi beri tahu kepada yang ada berhajat baca,
syaratnya: taru kembang tujuh rupa, dan kuwe tujuh rupa, dan beras serta
kencur dan taru air dalam kendi. (hal. 162)
- Cerita
yang lain yang ada di dalamnya ialah Syekh Muhammad Samman itu adalah wali
penutup, ia menerima ilmu Nur Muhammad dari Nabi Muhammad saw dengan wasilah
Nabi Ibrahim a.s. (hal. 162)
Diawali dengan Bismi l-Lahir r-Rahmani r-Rahim,
kemudian puji bagi Allah yang telah menyucikan Syekh Muhammad Samman dan menjadikannya
wali yang khas, salawat dan salam bagi dia yang sujud kepadanya semua makhluk. (hal.
164)
- IV. Keajaiban-keajaiban
yang dialaminya sendiri :
(1) Petemuannya dengan sahabat
nabi, Usman bin Affan.
(2) ’Abdu l-Qadir Al-Jaylani menemui
Muhammad Samman dan memakaikan baju putih kepadanya.
(3) Pertemuannya dengan Nabi
Ibrahim a.s. di langit ketujuh.
(4) Ketika ia sedang berkhalwat,
ia menerima perintah dari Nabi Muhammad saw agar ia mengajarkan ilmunya itu
kepada khalayak ramai.
(5) Pertemuannya dengan sufi
abad ke-12 yang bernama Ahmad Al-Badawi.
(6) Ketika ia sedang muraqabat,
Nabi Muhammad saw menyatakan bahwa ia pun adalah seorang rasul.
(7) Ia bertemu dengan para nabi
dan rasul dan bercakap-cakap dengan Nabi Hud a.s. (hal. 167)
- V. Pesan-pesan
Syekh Muhammad Samman kepada Murid-muridnya.
(1) Ia akan memberi syafaat pada
hari Kiamat kepada siapa pun yang pernah masuk ke langgarnya.
(2) Apabila mereka menghadapi
suatu kesulitan, hendaknya mereka memusatkan hatinya kepadanya dan menyerunya,
niscaya ia hadir. (hal. 168)
- VI. Keramat-keramat
Syekh Muhammad Samman yang dialami oleh murid-muridnya selama ia masih
hidup.
Keterangan : Kami hanya menyantumkan poin-poin yang kami
anggap berisi kesesatan dan penyimpangan yang tercantum di dalam buku Ratib
Samman. Dari nomor (1) s.d. (11) penomorannya berurutan. Adapun dari nomor
(14) dan seterusnya tidak berurutan, karena poin-poin itulah yang kami anggap
berisi kesesatan dan penyimpangan.
No.
|
Nomor di dalam buku
|
Isi
|
1.
|
(1)
|
Pengalaman ’Abdu r-Rahman Al-Maghribi ketika ia melihat tiga cahaya yang
masing-masing bermakna Tuhan, Nabi Muhammad saw, dan Muhammad Samman.
|
2.
|
(2)
|
Teriakan ”Ya Samman!” ”Ya Mahdi!” diucapkan oleh Mukarrim bin ’Abdu
l-Mu’in ketika ia diserang badai dalam suatu pelayaran; tiba-tiba ditolong
oleh dua orang sehingga selamat.
|
3.
|
(3)
|
Pengalaman Ahmad Al-Ibadi bersama orang-orang fakir diserang awan hitam
dan ombak yang keras dalam suatu pelayaran; mereka selamat ketika Syekh
Muhammad Samman tiba-tiba hadir.
|
4.
|
(4)
|
Seruan ”Ya Samman!” diucapkan oleh Idris bin Ahmad Takaki ketika perahu
yang ditumpanginya menabrak karang; ia pun selamat.
|
5.
|
(5)
|
Pengalaman ’Abdu r-Rahman Al-Maghribi yang bermimpi bahwa Syekh Muhammad
Samman itu -di hadirat Tuhan- lebih tinggi derajatnya daripada ’Abdu l-Qadir
Al-Jaylani dan Ahmad Al-Badawi.
|
6.
|
(6)
|
Unta kepunyaan Rajab Maghribi yang hilang bisa ditemukan lagi sesuai
dengan perkataan Syekh Muhammad Samman.
|
7.
|
(7)
|
Pengalaman ’Ulwan As-Sa’idi dalam suatu perjalanan yang tertidur dan
untanya lepas; tiba-tiba Syekh Muhammad Samman membangunkannya.
|
8.
|
(8)
|
Pengalaman Muhammad Saleh yang sedang masakat saat istrinya mau
melahirkan dan tidak ada bidan; ketika ia berdoa dan ber-tawassul
kepada Muhammad Samman maka ia pun hadir dan istrinya melahirkan dengan
selamat.
|
9.
|
(9)
|
Teriakan ”Ya Samman!” diucapkan oleh Abdullah saat ia diikat lehernya
dengan rantai besi dalam penjara karena tuduhan mencuri, maka rantai besi itu
pun lepas dan ia dibebaskan dari penjara.
|
10.
|
(10)
|
Pengalaman Ahmad Yamini ketika dalam keadaan antara tidur dan jaga
melihat Abubakar Siddik dan Nabi Muhammad saw bersabda kepadanya bahwa
Muhammad Samman itu ada di sebelah beliau.
|
11.
|
(11)
|
Pengalaman Ali Ahmad tatkala berkelahi melawan penyamun yang berkendaraan
kuda dengan lima puluh prajurit dan ketika ia menyeru sangat keras ”Ya
Samman!”, hadirlah Muhammad Samman berkendaraan kuda putih sehingga dengan
aman ia dapat melewati daerah itu.
|
12.
|
(14)
|
Teriakan ”Ya Samman!” diucapkan oleh ’Abdu r-Rahman yang tersesat dalam
suatu perjalanan sehingga terbentang jalan di hadapannya.
|
13.
|
(15)
|
Teriakan ”Ya Samman!” diucapkan oleh Muhammad Ahmad ketika perahunya
tiba-tiba berhenti tanpa sebab di tengah suatu pelayaran, maka perahu itu pun
bergerak lagi dan ia selamat.
|
14.
|
(16)
|
Teriakan ”Ya Samman!” diserukan oleh salah seorang murid Muhammad Samman
ketika seorang pejabat pemerintah tidak mau membayar utangnya malah mau
memukulnya; pejabat itu pun jatuh lalu mati.
|
15.
|
(17)
|
Pengalaman Ahmad bin Ibrahim ketika ia melihat Syekh Muhammad Samman
selama tiga hari dalam ukuran sangat besar, tingginya sampai ke arasy dan
kakinya sampai ke lapis bumi yang ketujuh. Kemudian rupa Syekh Muhammad
Samman berubah menjadi sebuh rumah yang sangat besar dan orang banyak
memasukinya. Pemandangan ini berlangsung selama tiga hari akhirnya tampak
wujud Syekh Muhammad Samman menjadi sangat besar sehingga memenuhi segenap
alam ini. Pemandangan ini berlangsung selama tiga hari pula.
|
16.
|
(18)
|
Pengalaman salah seorang murid Syekh Muhammad Samman yang dimarahi oleh
seseorang agar tidak menyebut-nyebut nama Muhammad Samman sebagai gurunya.
Hal itu diberitahukan kepada Syekh Muhammad Samman dan akhirnya dikabarkan
bahwa orang itu keluar dari Islam dan masuk penjara karena hal-hal lain.
|
17.
|
(22)
|
Seorang ulama yang bernama Syekh Saleh jatuh sakit kemudian mati sejak ia
mencela pakaian para sufi yang terbuat dari kain bulu dan secara tidak
langsung ia mencela Syekh Muhammad Samman juga.
|
18.
|
(28)
|
Syekh Taju d-din Asy-Syafi’i bermimpi bahwa ia bertemu dengan Nabi
Muhammad saw yang bersabda kepadanya bahwa orang yang melihat Muhammad Samman
tentu akan melihat beliau dan orang yang melihat beliau tentu akan melihat
Allah.
|
19.
|
(33)
|
’Abdu r-Rahman Al-Maghribi berkata bahwa Nabi Muhammad saw pernah
menyatakan bahwa beliau senang akan Muhammad Samman.
|
20.
|
(36)
|
Salah seorang penduduk negeri Sanari hilang kambingnya suatu hari.
Keesokan harinya -pada waktu subuh- kambingnya itu sudah ditemukan lagi di
rumahnya juga, sesudah ia mengucapkan ”Ya Samman!”
|
21.
|
(38)
|
Jamaah murid Syekh Muhammad Samman membaca zikir di rumah Abdullah bin
Bahis yang sedang sakit batu; Syekh Muhammad Samman tidak hadir di dalam
jamaah itu. Ketika zikir itu berlangsung, Abdullah melihat Syekh Muhammad
Samman mengusapkan tangannya pada bagian yang sakit pada perut Abdullah, maka
ia pun sembuh.
|
22.
|
(41)
|
Suatu ketika ’Abdul Aziz Muhammad bin ’Abdu r-Rauf melihat jamaah zikir
Syekh Muhammad Samman di sebuah langgar di Betawi. Ia melihat di dalamnya
hadir Muhammad Muhyi d-Din bin Syihabu d-Din Al-Jawi, Syekh Muhammad Samman,
dan Nabi Ibrahim a.s.
|
23.
|
(44)
|
Ketika jamaah murid Syekh Muhammad Samman berjalan di hadapan jenazah
sambil berzikir menuju ke kuburan, ada seorang yang tidak suka kepada jamaah
ini berkata di dalam hatinya bahwa perbuatan mereka ini adalah bid’ah.
Tiba-tiba ia pun menjadi buta matanya dan tidak sembuh lagi.
|
24.
|
(46)
|
Ahmad Mughni dari Basrah pada suatu ketika duduk berhadapan dengan Syekh
Muhammad Samman di langgarnya. Tiba-tiba Syekh Muhammad Samman berubah
menjadi sebuah kubah yang terbuat dari cahaya. Bentuk ini lenyap seketika
kemudian muncul cahaya yang memenuhi seluruh alam ini. Bentuk yang kedua ini
lenyap pula, kemudian muncul bentuk yang ketiga yaitu Syekh Muhammad Samman
berwujud sedemikian rupa sehingga bumi dan langit dengan segala isinya ini
tidak tampak, kecuali Syekh Muhammad Samman saja. Ketika Ahmad Mughni sudah
kembali ke alam sadar, maka Syekh Muhammad Samman berkata kepadanya bahwa ia
sudah sampai makrifat.
|
25.
|
(49)
|
Ada seorang ulama yang bernama Ahmad Syarif dari Baghdad, yang
bersama-sama dengan jamaah fakir miskin harus membaca Quran di sebuah kamar
mandi sesuai dengan perintah Syekh Muhammad Samman. Ia merasa keberatan untuk
melakukannya, karena makruh hukumnya. Oleh karena itu, ia berdiri saja
di luar kamar mandi itu. Ketika ia masuk ke kamar mandi itu untuk mengambil air
wudlu, tiba-tiba ia melihat Syekh Muhammad Samman dan Abu Bakar Siddiq sedang
duduk di kursi di dalam kamar mandi itu. Syekh Muhammad Samman mengoreksi
Ahmad Syarif berhubung dengan kata hatinya yang melintaskan hukum makruh
membaca Quran di kamar mandi, sedangkan hal itu adalah perintahnya.
|
26.
|
(53)
|
Syekh Sa’adu d-din minta kepada Syekh Muhammad Samman untuk bertemu
dengan Al-Haqiqatu l-Muhammadiyyat. Sesudah menundukkan kepalanya
sejenak, ia pun menyuruhnya agar ziarah ke kubur Nabi Muhammad saw. Ketika ia
mengucapkan salam di atas makam Nabi, maka Nabi Muhammad saw pun hadir dan
mencium tangannya.
|
27.
|
(54)
|
Salah seorang murid Syekh Muhammad Samman berkata bahwa ketika ia hendak
pergi berziarah ke kubur Hamzah bersama Syekh Muhammad Samman, di tengah
perjalanan hatinya berkata bahwa di jalan ini banyak penyamun, sedangkan ia
tidak membawa senjata. Tiba-tiba Syekh Muhammad Samman melepaskan jubahnya
dan tampak ia menyandang pedang yang tidak diketahui olehnya sejak semula.
Dalam hal ini, Syekh Muhammad Samman dapat mengetahui kata hati orang lain.
|
28.
|
(56)
|
Tatkala Syekh Idris sedang tidur dalam keadaan sakit, ia melihat Syekh
Muhammad Samman hadir dan ia menyuruhnya agar meletakkan tangan kanan di
dahinya sambil membaca taudu sy-syuhud qutbu l-wujud haqqani muhammad
samman fi kulli dayqin hadir (Tetaplah menyaksikan, wali kutub yang
sekarang maujud, Muhammad Samman pelindung, dalam setiap keadaan sulit ia
hadir). Ketika ia bangun, sakit kepala yang dideritanya selama ini terasa
sembuh.
|
29.
|
(59)
|
Sayyid Husein merasa tidak suka terhadap Syekh Muhammad Samman di dalam
hatinya. Ketika ia sedang berdiri di makam Nabi Muhammad saw, Syekh Muhammad
Samman ternyata ada di sebelah kanannya. Ketika ia selesai berdoa dan
berpaling kepadanya, Syekh Muhammad Samman sudah tidak ada lagi. Akhirnya ia
pergi ke Syekh Muhammad Samman di rumahnya dan ia pun masuk tarikatnya.
(hal. 168-182)
|
- Keramat-keramat
Syekh Muhammad Samman yang dialami oleh murid-muridnya sesudah ia
meninggal.
No.
|
Nomor di dalam buku
|
Isi
|
1.
|
(1)
|
Seorang peziarah ketika pulang dari kuburan Syekh Muhammad Samman uangnya
hilang. Ia kembali ke makam Syekh Muhammad Samman dan menyatakan bahwa
uangnya hilang. Tiba-tiba ia mendengar suara dari dalam bumi dan uangnya itu
ternyata ada di bawah kakinya.
|
2.
|
(3)
|
Seorang penduduk Medinah menghadapi kesulitan dalam hidupnya. Kemudian ia
berziarah ke makam Syekh Muhammad Samman. Sepulangnya dari ziarah ia
mengatakan bahwa banyak sekali kemudahan yang ia peroleh dalam hidupnya ini. (hal.
183)
|
- Isyarat-isyarat
pada saat-saat Syekh Muhammad Samman akan meninggal. Pada suatu malam
sesudah maghrib Syekh Muhammad Samman meninggal. Akan tetapi keesokan
harinya -pada waktu subuh- Syekh Muhammad Samman itu hidup lagi dan
berkata kepada ’Abdu n-Nabi, penjaga makam Nabi Muhammad saw yang sedang
hadir di situ, bahwa pada malam sebelumnya rohnya dibawa oleh Al-Fatimah
binti Nabi Muhammad saw ke langit keempat. Di sana ia bertemu dengan
Aisyah, istri Nabi Muhammad saw yang menyuruh agar roh itu dikembalikan
kepadanya. (hal. 183-184)
- Maka Tuan
Syekh Muhammad Samman itu mengambil daripada/nur ilmu Nabi Muhammad salla
l-Lahu ’alayhi wa sallama dengan lantaran Nabi/Ibrahim ’alayhi
s-salam. Maka dinamai Tuan Syekh Muhammad Samman itu Khatamu/l-Wilayati
l-Khassat daripada umat Muhammad-(iyah). (hal. 211)
- Dan adalah
Syekh Muhammad Samman berkata/lagi, ”Barangsiapa masuk pada langgarku dan
sekali sekalipun, niscaya/diberi oleh Allah subhanahu wa taala rahmat akan
orang itu, dan cenderung/ia kepada akhirat, dan aku beri syafaat akan dia
pada hari kiamat.” (hal. 217)
- Dan lagi
berkata/ Syekh Muhammad Samman radiya l-Lahu ’anhu, ”Aku dan segala
aulia Allah/tiada mati, tetapi aku berpindah dari pada dusun/satu. Maka
tatkala aku mati, maka engkau datang kepada kuburku, dan/ engkau zikir Allah;
maka aku dengar akan dia ku padahal aku duduk dengan ber-/zikir serta
engkau. (hal. 218)
- Ya Rasul
Allah!/maka akan dengar(kan) sabda Nabi salla l-Lahu ’alayhi wa sallama
kepada aku, ’Ya Samman,/engkau rasul pula!’ Padahal berulang-ulang
sabdanya kepada aku”, demikianlah katanya. (hal. 221)
- Maka
apabila berjalan aku serta dengan/ tolanku pada tepi laut, maka datang
angin yang amat keras serta ombak yang/ amat keras, maka hampirlah
kebinasaan-kebinasaan. Kemudian aku berdiri pada hadapan/ perahu serta aku
memanggil dengan seru yang terlebih keras, ’Ya Samman!, ya Mahdi!/ Maka
tiba-tiba aku melihat dengan mata kepalaku akan keduanya (yang) berjalan/
(keduanya itu) di atas laut, hingga sampai keduanya itu ke perahu-/ku. (hal.
229)
- Maka
tiba-tiba kulihat dengan mata kepalaku akan Syekh Muhammad/ Samman radiya
l-Lahu anhu yang ada ia pada tepi laut pada dusun Yanbak/namanya, pada
hal ia duduk. Kemudian maka menolak ia akan perahu dengan/ kakinya. Maka
berjalanlah perahu itu serta terang awan itu, dan diam/ ombak, dan hilang
angin. (hal. 229)
- Kemudian
maka dirantai pula/ lehernya sampai tiga hari. Maka tiap-tiap ia membaca
akan tawassul/ kemudian daripada sembahyang isya serta berteriak ia
dengan sehabis/ habis suaranya, serta menyebut ia ’Ya Samman!’ maka tanggal
pula/ rantai/ besi itu/ daripada batang lehernya. (hal. 235)
- Maka
menjawab ia, ’Aku melihat akan Syekh Muhammad Samman dengan mata/
kepalaku, padahal ia datang kepadaku dan duduk pada sepusatku,/ dan
menghaturkan ia akan tangannya atas perutku, dan berkata ia/ bagiku,
’Manakah sakitmu?’ Maka
kutunjukkan akan dia. Maka menghantarkan ia/ akan tangannya atasnya, dan
menyapu ia akan dia dengan tangannya tiga/ kali. Maka ia pun keluar kemih
itu. Dan sesungguhnya disembuhkan/ Allah taala akan dia dengan berkat keramat
Syekh Muhammad Samman radiya/l-Lahu ’anhu. (hal. 264)
- ...dan
sebab demikian itu/ bahwasanya hasil padaku sakit pening pada kepalaku
dengan sakit/ yang sangat, dan tetap ia daripadanya. Kemudian sembahyang
maghrib/ sampai waktu isya, maka tidur aku. Maka kulihat akan Syekh
Muhammad/ Samman, pada hal ia berkata akan daku, ’Hantarkan olehmu akan
tanganmu/ yang kanan di atas hadapan kepalamu, serta baca olehmu: Taudu
sy-Syuhudi. Qutbu l-Wujudi haqqani Muhammad Samman fi kulli dayqin hadir,/
kemudian pergi ia. Maka kubangun daripada tidurku, pada/hal aku
mengucapkan akan yang demikian itu, dan tanganku di atas/ kepalaku, dan
hilang sakitku itu pada waktu bangunku. Dan/ berdiri aku seolah-olah aku
tiada sakit, dengan berkat keramat Syekh Muhammad/ Samman radi l-Lahu/
’anhu. (hal. 282)
- Adab salik
terhadap guru dalam sebuah tarikat, dalam salah satu naskahnya yang
berjudul At-Tadbiratu l-Ilahiyat fi Islahi l-Mamlakati l-Insaniat,
Ibn Arabi memberi petunjuk agar salik di depan gurunya bersikap
bagaikan mayat berada di tangan orang-orang yang sedang memandikannya. (hal.
357)
- Salik tidak boleh menikahi janda gurunya
bila suaminya itu meninggal atau bercerai (Nyberg, 1919: 226-227). (hal.
358)
- Ibn Arabi
menerangkan ekspresi-ekspresi seorang sufi dalam bukunya yang berjudul Al-Futuhatu
l-Makkiyyat. Ekspresi-ekspresi seorang sufi seperti tertawa, senyum,
terkejut, ragu-ragu, benci, cinta, suka atau cenderung akan sesuatu
semuanya itu langsung datang dari Allah sebagaimana hal itu terjadi pada
nabi-nabi Allah (Takeshita, 1987: 126). (hal. 358)
- Sehubungan
dengan keterangan ini, para salik dalam sebuah tarikat harus
memelihara adab kepada gurunya, mereka tidak berhak berdiskusi atau
menyanggah pesan-pesan gurunya. (hal. 359)
- Syekh
Muhammad Samman sebagai seorang sufi dan wali Allah, hatinya sudah
mengkilat karena diasah dengan zikir kepada Allah, sehingga ia mampu
merekam ”wewenang memberi syafaat” dari Nabi Muhammad saw. Ia
berkata bahwa ia akan memberi syafaat kepada murid-muridnya yang
percaya kepadanya pada hari kiamat nanti (HSMS: 14). Ia berkata pula bahwa
ia mempunyai kemampuan untuk menolong dan memberikan syafaat (RS:
169), sehingga orang yang bersangkutan merasa aman. (hal. 359)
- Syatahat
ini terucapkan oleh Syekh Muhammad Samman tatkala ia menyatu dengan Allah
(wahdatu l-wujud) pada makam NM. Wahdatu l-wujud ini berlangsung dalam suasana fana yang
dapat dirasakan olehnya bahwa sifat-sifatnya sebagai manusia menjadi
hilang dan ia merasakan sifat-sifat Allah sangat berpengaruh pada dirinya
(fana’u l-mahwi). (hal. 381)
- (5) cerita
mengenai keutamaan Syekh Muhammad Samman sebagai seorang ulama
tasawuf yang mengenal Allah (sufi al-’arif
bi l-Lah) dengan pengalaman-pengalamannya di alam fana sehingga ia
menyatu dengan Allah pada makam NM, (6) panggilan bagi murid-muridnya agar
mereka tetap cinta kepadanya (mahabbat) dan menjadikannya sarana
perantaraan (ber-tawassul), (7) sepuluh kalimat ecstatic
utterances (syatahat) yang terucapkan olehnya isinya
menunjukkan bahwa ia sedang menyatu dengan Allah (wahdatu l-wujud)
secara penuh pada makam NM. (hal. 405)
- Guru
rohani bergelar syekh, berarti ia adalah seorang ulama yang
memiliki pengetahuan mendalam dalam bidang syariat, tarikat, makrifat, dan
hakikat. Ia mengetahui hambatan mental dan rohani murid-muridnya dan
mengetahui pula obat penawarnya. Ia mengetahui kemampuan mental
murid-muridnya. Oleh karena itu Syekh Muhammad Samman sebagai seorang syekh
tarikat merupakan wakil Nabi Muhammad saw. bagi murid-muridnya, terutama
dalam bidang rohani. RS sebagai sebuah ratib agar dibaca oleh
murid-murid tarikat zikir Samman dengan secara tetap dan terjadwal. (hal.
405-406)
- Apabila
cerita tentang keramat Syekh Muhammad Samman ini dibaca dan para hadirin
menyimak dan mendengarkannya dengan baik, mereka akan mengagumi betapa
kemuliaan Syekh Muhammad Samman karena ilmunya yang telah ia peroleh atas
karunia Tuhan. Betapa ia cinta kepada Tuhan dan betapa Tuhan sayang
kepadanya. (hal. 407)
- Di
kalangan masyarakat sufi ada keyakinan, bahwa menghormati dan mempercayai
wali Allah itu wajib, dan bagi mereka yang membencinya atau memusuhinya,
merupakan pembangkangan terhadap Tuhan. (hal. 407)
- Dalam hal ekstase
ia mengalami peleburan segenap kemampuannya dengan Allah (fana’ fi
l-Lah), sehingga terucapkan olehnya ecstatic utterances sebagaimana
tergambar dalam RS. Akan tetapi syatahat-nya itu tidak melampaui
batas ukuran syariat seperti yang terucapkan oleh Al-Hallaj yang
mengucapkan Aku adalah Tuhan. Syatahat yang paling keras yang
pernah terucapkan oleh Syekh Muhammad Samman ialah Aku adalah Muhammad yang
dituju. (407-408)
- Apabila Syekh
Muhammad Samman sedang menjalani ”peleburan diri” dengan Allah, berarti ia
sedang menyatu dengan-Nya. Menyatu dengan Allah sama dengan menyatu dengan
NM. Pada saat ”peleburan” ini berlangsung, aktivitas dari pihak Syekh Muhammad
Samman berpusat pada ’fu’ad-nya... (hal. 408)
- Dalam
suasana ”peleburan” itu Allah menyatakan aktivitasnya yaitu berbicara
dengan lidah Syekh Muhammad Samman yang akhirnya tertuturkan olehnya syatahat-syatahat
itu. Apabila Al-Khalq yang menjadi orientasinya dalam suasana
”peleburan” itu, maka syatahat-nya menjadi lebih sederhana daripada
ia berorientasi pada Al-Haqq. Kemampuan berorientasi dalam suasana
”peleburan” ini adalah akibat dari kesetiannya akan syariat. (hal. 408)
- Apabila
aktivitas Tuhan itu menjelma pada perbuatan Syekh Muhammad Samman, maka ia
akan melakukan perbuatan-perbuatan yang ganjil dan bertentangan dengan
adat yang wajar (khawariqu l-adat) yang disebut keramat. (hal.
409)
- Tujuan
para sufi ialah ingin dekat dengan Tuhan (taqarrub mina l-Lah)
tetapi akhirnya ada di antara mereka yang menyatu dengan Allah (wahdatu
l-wujud), karena ia luluh dengan Allah dalam suatu kesadaran yang
lain. (hal. 409)
- Allah yang
kadim akan berbicara denga lidah Syekh Muhammad Samman yang muhdas,
maka terucapkanlah olehnya ecstatic utterances. Jadi, terucapkannya
ecstatic utterances oleh Syekh Muhammad Samman dalam situasi
”peleburan” itu menunjukkan bahwa ia sedang menyatu dengan Allah; redaksi
kalimat yang dituturkannya bukan dari kemauannya sendiri, melainkan dari
Allah. (hal. 411)
- Keramat-keramat
Syekh Muhammad Samman yang disebutkan dalam teks HSMS banyak macamnya, ada
yang pernah dialami oleh Syekh Muhammad Samman sendiri, oleh
murid-muridnya selama ia masih hidup, dan sesudah ia meninggal. (hal.
411)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar