Rabu, 07 Desember 2016

Buku Ratib Samman dan Hikayat Syekh Muhammad Samman


KUTIPAN BUKU : RATIB SAMMAN DAN HIKAYAT SYEKH
MUHAMMAD SAMMAN KARYA AHMAD PURWADAKSI
Oleh M. Amin Djamaluddin

Di antara ajaran "aneh" dan "sesat menyesatkan" dari buku tersebut.  


  1. Dari bacaan manakib itu saya menyimak pengalaman seseorang murid Syekh Muhammad Samman yang sedang tertimpa bencana dalam pelayaran di tengah laut. Orang itu menyeru “Ya Samman!” tiga kali. Dengan seketika Syekh Muhammad Samman hadir dan bencana tersebut lenyap sehingga pelayaran bisa diteruskan dengan aman. (hal. xv)
  2. Juga kepada K.H.R. Abdullah bin Nuh (meninggal tahun 1987) yang mengatakan kepada saya bahwa ilmu tasawuf itu apabila dipelajari sampai sedalam-dalamnya bisa mengakibatkan seseorang keluar dari Islam, karena ia terlibat dalam sikap batin dalam hal menyekutukan Allah. Oleh karena itu, salah satu syarat orang yang mau menekuni tasawuf harus mempunyai seorang guru pembimbing dan ia harus matang pengetahuan tentang syariat serta setia dalam pengamalannya. (hal. xvii)
  3. Kedua, naskah HSMS berisi cerita tentang keramat dan RS berisi tentang tasawuf wahdatu l-wujud. (hal. 2)
  4. Analisis terhadap pengalaman-pengalaman rohani yang dialami Syekh Muhammad Samman yang berupa ”dialog gaib” dalam pertemuannya dengan Nabi Muhammad saw. (hal. 8)
  5. Apabila seorang sufi ”meminum arak” (air makrifatu l-Lah) ia akan ”mabuk” (sakr). Seorang sufi ”meminum arak” berarti ia menerima ilmu tajalli yang berupa makrifat kepada Allah. Ilmu ini diturunkan oleh-Nya lewat gurunya yang sudah menyatu dengan NM. (hal. 22)
  6. Allah mengetahui apa yang ia inginkan itu, maka Dia berbicara di atas lidah salik sebagaimana Nabi Muhammad saw mengatakan bahwa Allah berbicara pada lidah Umar bin Khattab (Johns, 1957:42). (hal. 22-23)
  7. Bukankah (Muhammad) utusan yang paling mulia, kedudukannya sangat dekat (dengan Tuhannya). Ia telah melihat (Allah) dengan matanya sendiri, tanpa tabir perintang di antara keduanya. (hal. 67)
  8. Saya mohon syafaat Anda, perkenankanlah syafaat Anda atas saya, Anda tempat berlindung saya terhadap dosa-dosaku ini. Tolong saya, wahai Tuanku dari penderitaan ini, kalau tidak, kepada siapa saya minta tolong. (hal. 69)
  9. Wahai Tuhan, dengan ber-tawassul kepada al-’Arif yang bernama Samman yang mempunyai pertolongan (syafaat)....kecuali seorang wali yang syahid dengan segala kelebihannya dan mampu membimbing. Aku adalah imam, aku adalah kutub dari segala yang maujud, aku penolong umat generasi masa kini, aku Samman yang mempunyai pertolongan. Aku adalah Muhammad yang dituju...(hal. 71)
  10. Cepat-cepat menghampiriku, wahai muridku, jika engkau menghendaki kelapangan, dari bencana atau kekerasan zaman. Berlindunglah di pintuku dan katakanlah hajatmu dalam setiap ada bahaya! Wahai juru penolong, wahai Samman, wahai sandaranku, tolonglah hamba! Kamu akan menemukan aku menolong siapa pun, aku mampu melindungi siapa pun dari kesusahan dan kesulitan. (hal. 75)
  11. Dengan bersandar kepadaku, ia akan tenteram dari siapa pun yang ia takuti. Tuhan berkenan memilih aku bertetangga dengan Muhammad. Aku dijuluki bahwa jasadku mirip dengan jasadnya. Berdoa kepada Tuhan Yang Duduk di ’arasy, bagaikan burung merpati bernyanyi di atas pohon ban. (hal. 77)
  12. Wahai Allah, wahai Yang Maha Pengasih, berilah kami rasa aman, dengan perantaraan wali kutub semesta alam, As-Samman guru tercinta...Purnamaku indah dan tinggi, betapa minuman itu mengasyikkan. Dengan kecantikannya yang bening gadis-gadis tidak bosan memandang, keindahan yang abadi yang terbit dalam suasana yang serba indah. (hal. 79)
  13. Dengan perantaraan wali yang luhur dan bijaksana, kekasih Allah bernama Samman. Ia adalah kutub bagi semua wali kutub pembuka pintu (rahmatku). Setiap orang yang datang kepadanya dengan penuh dosa akan pulang dengan penuh ampunan. Ia adalah seorang penolong, ia juga penolak bala, ia adalah benteng penangkis bencana...Panggilah ia, bila engkau dalam bahaya dirundung duka. (hal. 83)
  14. Allah, Allah, Allah, ya Tuhan, tolonglah kami, dengan (kebaikan dari) seorang yang menguasai waktu dan zaman. Jika engkau mau mendekat pada orang yang dekat dengan Tuhannya, berarti engkau mendapatkan seorang penolong yang baik. (hal. 85)
  15. Yaitu Samman kita yang berpangkat kutub, ia yang disebut juga Muhammad, penolong umat pada setiap waktu. Ya Allah, sampaikan salawat kepada Muhammad, ia datang dengan membawa kebenaran dan penjelasan. (hal. 91)

  16. Ia menyampaikan kabar gembira dengan membuka pintu surga. Ia meningkatkan derajatku sehingga aku dekat, aku jadi mulia. Dekat dengan penutup semua rasul Allah, ia pelindung umat. (hal. 93)  
  17. Wahai guru kami, wahai Samman, wahai kutub dari segala yang maujud (di alam ini)...Wahai makhluk yang paling mulia, wahai orang yang paling sempurna, wahai orang yang mengabulkan cita-cita mereka yang berjalan menuju kepadanya, wahai orang yang mengumpulkan segala makhluk...(hal. 95)
  18. Dengan bertawassul dengan Al-’Atiq, Al-Faruq yang telah menghiasi kami, dan Zi l-Haya serta dengan Ali yang tinggi derajatnya...Dengan bertawassul kepada mereka itu semua manusia menjadi sempurna. (hal. 97)
  19. Dengan perantaraan Anda kami bisa bertemu dengan Nabi Muhammad yang pernah dijumpai dalam ru’yat oleh Kutub dari segala yang maujud, Imam para ’Arifin. Kutub dari segala yang maujud, artinya pusat dari segala makhluk, yaitu asal kejadian semua makhluk, ilah Nur Muhammad. Yang dimaksud dalam hal ini, ialah Syekh Muhammad Samman. Ia memiliki ”badan Nur Muhammad”, karena ia pernah menyatu dengan Nur Muhammad itu...(hal. 99)
  20. Dan dengan ber-tawassul pula kepada setiap wali kutub dari kalangan umat masa silam, dan kepada gabungan semua wali kutub (qutbu l-aqtab) dan kepada guru kita, saya berharap memperoleh syafaat. (hal. 109)
  21. Di dalam Engkau hamba fana, pada Engkau hamba kekal. (hal. 113)
  22. Dengan bertawassul kepada Taha, Yasin, Hamim, dan Tahir. (hal. 119)
  23. Perkataan ”Engkau” dan ”aku” diucapkan oleh Syekh Muhammad Samman dalam larik 368 ini adalah sebuah bentuk syatahat. Pengucapan tersebut terjadi pada saat ”ia sedang bersatu dengan Tuhan” (Wahdatu l-wujud). ”Engkau” menunjuk kepada Tuhan, dan ”aku” adalah Syekh Muhammad Samman yang sedang berlebur dengan Tuhan. (hal. 119)
  24. Padanya ada cap kenabian dari Engkau, pada kami ada cap kewalian. (hal. 125)
  25. Kami ber-tawassul dengan Samman yang kerinduannya kepada Allah bagaikan api berkobar-kobar, Ya Tuhanku, kami ber-tawassul dengan wali kutub yang mempunyai banyak kelebihan...Aku menjadi kebanggaan manusia yang tersebar di alam ini. Aku adalah yang tidak bisa diperbandingkan, aku adalah kutub waktu, dan semua waktu dalam genggamanku. Allah mengabulkan keinginanku, wahai muridku, dan Dia terbuka bagiku. Aku adalah cahaya murni, dan wali yang lain adalah yang terkena pancarannya. (hal. 127)  
  26. Keramat atau keajaiban itu adalah hak bagi setiap wali dan diimankan oleh setiap muslim. Sikap ini disepakati oleh muslim dari kelompok ahli sunnah waljamaah, tetapi ditolak oleh muslim dari kelompok mu’tazilah dan aliran filsafat. (hal. 156)
  27. Syekh Muhammad Samman dilahirkan di Medinah dalam tahun 1132 H (1718 M). Dalam usia delapan tahun ia sudah hafal Qur`an. Dalam usia ini pula ia sangat mencintai fakir miskin dan sering duduk bersama mereka. Ia bertemu dengan sahabat nabi yang bernama Usman bin Affan dan ia diludahi mulutnya. Pada halaman sembilan tertulis bahwa Syekh Samman itu adalah penutup para wali Allah di kalangan umat Muhammad. (hal. 157)
  28. Sebagaimana disebutkan dalam naskah  HSMS I, di dalam naskah ini pun dinyatakan pula bahwa Syekh Muhammad Samman mempunyai keserupaan sifat dengan Nabi Ibrahim, karena ternyata Nabi Ibrahim pula yang menjadi wasilah atau perantara dalam penerimaan ilmu Nur Muhammad dari Nabi Muhammad. (hal. 158)
  29. Di dalam naskah ini diterangkan bahwa mendengarkan cerita keramat para wali itu menjadi sebab turunnya rahmat Allah dan menghilangkan perangai-perangai rendah dalam hati dan berganti dengan sifat-sifat yang terpuji. (hal. 160)
  30. Pada suatu ketika ia bertemu dengan sahabat nabi yang bernama Usman bin Affan (meninggal abad ke-7), yang menyuruh Muhammad Samman agar membuka mulutnya, lalu ia meniupnya dan mengusap-usap kepalanya dengan kedua tangannya. (hal. 161)
  31. Bahwa saya kasi beri tahu kepada sekalian sanak saudara yang tuwah dan yang mudah, jikalau hendak membaca ini ”Hikayat Keramat” maka hendaklah membaca Fatihah dahulu. Dan saya kasi beri tahu kepada yang ada berhajat baca, syaratnya: taru kembang tujuh rupa, dan kuwe tujuh rupa, dan beras serta kencur dan taru air dalam kendi. (hal. 162)
  32. Cerita yang lain yang ada di dalamnya ialah Syekh Muhammad Samman itu adalah wali penutup, ia menerima ilmu Nur Muhammad dari Nabi Muhammad saw dengan wasilah Nabi Ibrahim a.s. (hal. 162)
Diawali dengan Bismi l-Lahir r-Rahmani r-Rahim, kemudian puji bagi Allah yang telah menyucikan Syekh Muhammad Samman dan menjadikannya wali yang khas, salawat dan salam bagi dia yang sujud kepadanya semua makhluk. (hal. 164)
  1. IV. Keajaiban-keajaiban yang dialaminya sendiri :
(1)  Petemuannya dengan sahabat nabi, Usman bin Affan.
(2)  ’Abdu l-Qadir Al-Jaylani menemui Muhammad Samman dan memakaikan baju putih kepadanya.
(3)  Pertemuannya dengan Nabi Ibrahim a.s. di langit ketujuh.
(4)  Ketika ia sedang berkhalwat, ia menerima perintah dari Nabi Muhammad saw agar ia mengajarkan ilmunya itu kepada khalayak ramai.
(5)  Pertemuannya dengan sufi abad ke-12 yang bernama Ahmad Al-Badawi.
(6)  Ketika ia sedang muraqabat, Nabi Muhammad saw menyatakan bahwa ia pun adalah seorang rasul.
(7)  Ia bertemu dengan para nabi dan rasul dan bercakap-cakap dengan Nabi Hud a.s. (hal. 167)
  1. V. Pesan-pesan Syekh Muhammad Samman kepada Murid-muridnya.  
(1)  Ia akan memberi syafaat pada hari Kiamat kepada siapa pun yang pernah masuk ke langgarnya.
(2)  Apabila mereka menghadapi suatu kesulitan, hendaknya mereka memusatkan hatinya kepadanya dan menyerunya, niscaya ia hadir. (hal. 168)
  1. VI. Keramat-keramat Syekh Muhammad Samman yang dialami oleh murid-muridnya selama ia masih hidup.

Keterangan : Kami hanya menyantumkan poin-poin yang kami anggap berisi kesesatan dan penyimpangan yang tercantum di dalam buku Ratib Samman. Dari nomor (1) s.d. (11) penomorannya berurutan. Adapun dari nomor (14) dan seterusnya tidak berurutan, karena poin-poin itulah yang kami anggap berisi kesesatan dan penyimpangan.

No.
Nomor di dalam buku
Isi
1.
(1)
Pengalaman ’Abdu r-Rahman Al-Maghribi ketika ia melihat tiga cahaya yang masing-masing bermakna Tuhan, Nabi Muhammad saw, dan Muhammad Samman.
2.
(2)
Teriakan ”Ya Samman!” ”Ya Mahdi!” diucapkan oleh Mukarrim bin ’Abdu l-Mu’in ketika ia diserang badai dalam suatu pelayaran; tiba-tiba ditolong oleh dua orang sehingga selamat.
3.
(3)
Pengalaman Ahmad Al-Ibadi bersama orang-orang fakir diserang awan hitam dan ombak yang keras dalam suatu pelayaran; mereka selamat ketika Syekh Muhammad Samman tiba-tiba hadir.
4.
(4)
Seruan ”Ya Samman!” diucapkan oleh Idris bin Ahmad Takaki ketika perahu yang ditumpanginya menabrak karang; ia pun selamat.
5.
(5)
Pengalaman ’Abdu r-Rahman Al-Maghribi yang bermimpi bahwa Syekh Muhammad Samman itu -di hadirat Tuhan- lebih tinggi derajatnya daripada ’Abdu l-Qadir Al-Jaylani dan Ahmad Al-Badawi.
6.
(6)
Unta kepunyaan Rajab Maghribi yang hilang bisa ditemukan lagi sesuai dengan perkataan Syekh Muhammad Samman.
7.
(7)
Pengalaman ’Ulwan As-Sa’idi dalam suatu perjalanan yang tertidur dan untanya lepas; tiba-tiba Syekh Muhammad Samman membangunkannya.
8.
(8)
Pengalaman Muhammad Saleh yang sedang masakat saat istrinya mau melahirkan dan tidak ada bidan; ketika ia berdoa dan ber-tawassul kepada Muhammad Samman maka ia pun hadir dan istrinya melahirkan dengan selamat.
9.
(9)
Teriakan ”Ya Samman!” diucapkan oleh Abdullah saat ia diikat lehernya dengan rantai besi dalam penjara karena tuduhan mencuri, maka rantai besi itu pun lepas dan ia dibebaskan dari penjara.
10.
(10)
Pengalaman Ahmad Yamini ketika dalam keadaan antara tidur dan jaga melihat Abubakar Siddik dan Nabi Muhammad saw bersabda kepadanya bahwa Muhammad Samman itu ada di sebelah beliau.
11.
(11)
Pengalaman Ali Ahmad tatkala berkelahi melawan penyamun yang berkendaraan kuda dengan lima puluh prajurit dan ketika ia menyeru sangat keras ”Ya Samman!”, hadirlah Muhammad Samman berkendaraan kuda putih sehingga dengan aman ia dapat melewati daerah itu.
12.
(14)
Teriakan ”Ya Samman!” diucapkan oleh ’Abdu r-Rahman yang tersesat dalam suatu perjalanan sehingga terbentang jalan di hadapannya.
13.
(15)
Teriakan ”Ya Samman!” diucapkan oleh Muhammad Ahmad ketika perahunya tiba-tiba berhenti tanpa sebab di tengah suatu pelayaran, maka perahu itu pun bergerak lagi dan ia selamat.
14.
(16)
Teriakan ”Ya Samman!” diserukan oleh salah seorang murid Muhammad Samman ketika seorang pejabat pemerintah tidak mau membayar utangnya malah mau memukulnya; pejabat itu pun jatuh lalu mati.
15.
(17)
Pengalaman Ahmad bin Ibrahim ketika ia melihat Syekh Muhammad Samman selama tiga hari dalam ukuran sangat besar, tingginya sampai ke arasy dan kakinya sampai ke lapis bumi yang ketujuh. Kemudian rupa Syekh Muhammad Samman berubah menjadi sebuh rumah yang sangat besar dan orang banyak memasukinya. Pemandangan ini berlangsung selama tiga hari akhirnya tampak wujud Syekh Muhammad Samman menjadi sangat besar sehingga memenuhi segenap alam ini. Pemandangan ini berlangsung selama tiga hari pula.
16.
(18)
Pengalaman salah seorang murid Syekh Muhammad Samman yang dimarahi oleh seseorang agar tidak menyebut-nyebut nama Muhammad Samman sebagai gurunya. Hal itu diberitahukan kepada Syekh Muhammad Samman dan akhirnya dikabarkan bahwa orang itu keluar dari Islam dan masuk penjara karena hal-hal lain.
17.
(22)
Seorang ulama yang bernama Syekh Saleh jatuh sakit kemudian mati sejak ia mencela pakaian para sufi yang terbuat dari kain bulu dan secara tidak langsung ia mencela Syekh Muhammad Samman juga.
18.
(28)
Syekh Taju d-din Asy-Syafi’i bermimpi bahwa ia bertemu dengan Nabi Muhammad saw yang bersabda kepadanya bahwa orang yang melihat Muhammad Samman tentu akan melihat beliau dan orang yang melihat beliau tentu akan melihat Allah.
19.
(33)
’Abdu r-Rahman Al-Maghribi berkata bahwa Nabi Muhammad saw pernah menyatakan bahwa beliau senang akan Muhammad Samman.
20.
(36)
Salah seorang penduduk negeri Sanari hilang kambingnya suatu hari. Keesokan harinya -pada waktu subuh- kambingnya itu sudah ditemukan lagi di rumahnya juga, sesudah ia mengucapkan ”Ya Samman!”
21.
(38)
Jamaah murid Syekh Muhammad Samman membaca zikir di rumah Abdullah bin Bahis yang sedang sakit batu; Syekh Muhammad Samman tidak hadir di dalam jamaah itu. Ketika zikir itu berlangsung, Abdullah melihat Syekh Muhammad Samman mengusapkan tangannya pada bagian yang sakit pada perut Abdullah, maka ia pun sembuh.
22.
(41)
Suatu ketika ’Abdul Aziz Muhammad bin ’Abdu r-Rauf melihat jamaah zikir Syekh Muhammad Samman di sebuah langgar di Betawi. Ia melihat di dalamnya hadir Muhammad Muhyi d-Din bin Syihabu d-Din Al-Jawi, Syekh Muhammad Samman, dan Nabi Ibrahim a.s.
23.
(44)
Ketika jamaah murid Syekh Muhammad Samman berjalan di hadapan jenazah sambil berzikir menuju ke kuburan, ada seorang yang tidak suka kepada jamaah ini berkata di dalam hatinya bahwa perbuatan mereka ini adalah bid’ah. Tiba-tiba ia pun menjadi buta matanya dan tidak sembuh lagi.
24.
(46)
Ahmad Mughni dari Basrah pada suatu ketika duduk berhadapan dengan Syekh Muhammad Samman di langgarnya. Tiba-tiba Syekh Muhammad Samman berubah menjadi sebuah kubah yang terbuat dari cahaya. Bentuk ini lenyap seketika kemudian muncul cahaya yang memenuhi seluruh alam ini. Bentuk yang kedua ini lenyap pula, kemudian muncul bentuk yang ketiga yaitu Syekh Muhammad Samman berwujud sedemikian rupa sehingga bumi dan langit dengan segala isinya ini tidak tampak, kecuali Syekh Muhammad Samman saja. Ketika Ahmad Mughni sudah kembali ke alam sadar, maka Syekh Muhammad Samman berkata kepadanya bahwa ia sudah sampai makrifat.
25.
(49)
Ada seorang ulama yang bernama Ahmad Syarif dari Baghdad, yang bersama-sama dengan jamaah fakir miskin harus membaca Quran di sebuah kamar mandi sesuai dengan perintah Syekh Muhammad Samman. Ia merasa keberatan untuk melakukannya, karena makruh hukumnya. Oleh karena itu, ia berdiri saja di luar kamar mandi itu. Ketika ia masuk ke kamar mandi itu untuk mengambil air wudlu, tiba-tiba ia melihat Syekh Muhammad Samman dan Abu Bakar Siddiq sedang duduk di kursi di dalam kamar mandi itu. Syekh Muhammad Samman mengoreksi Ahmad Syarif berhubung dengan kata hatinya yang melintaskan hukum makruh membaca Quran di kamar mandi, sedangkan hal itu adalah perintahnya.
26.
(53)
Syekh Sa’adu d-din minta kepada Syekh Muhammad Samman untuk bertemu dengan Al-Haqiqatu l-Muhammadiyyat. Sesudah menundukkan kepalanya sejenak, ia pun menyuruhnya agar ziarah ke kubur Nabi Muhammad saw. Ketika ia mengucapkan salam di atas makam Nabi, maka Nabi Muhammad saw pun hadir dan mencium tangannya.
27.
(54)
Salah seorang murid Syekh Muhammad Samman berkata bahwa ketika ia hendak pergi berziarah ke kubur Hamzah bersama Syekh Muhammad Samman, di tengah perjalanan hatinya berkata bahwa di jalan ini banyak penyamun, sedangkan ia tidak membawa senjata. Tiba-tiba Syekh Muhammad Samman melepaskan jubahnya dan tampak ia menyandang pedang yang tidak diketahui olehnya sejak semula. Dalam hal ini, Syekh Muhammad Samman dapat mengetahui kata hati orang lain.
28.
(56)
Tatkala Syekh Idris sedang tidur dalam keadaan sakit, ia melihat Syekh Muhammad Samman hadir dan ia menyuruhnya agar meletakkan tangan kanan di dahinya sambil membaca taudu sy-syuhud qutbu l-wujud haqqani muhammad samman fi kulli dayqin hadir (Tetaplah menyaksikan, wali kutub yang sekarang maujud, Muhammad Samman pelindung, dalam setiap keadaan sulit ia hadir). Ketika ia bangun, sakit kepala yang dideritanya selama ini terasa sembuh.
29.
(59)
Sayyid Husein merasa tidak suka terhadap Syekh Muhammad Samman di dalam hatinya. Ketika ia sedang berdiri di makam Nabi Muhammad saw, Syekh Muhammad Samman ternyata ada di sebelah kanannya. Ketika ia selesai berdoa dan berpaling kepadanya, Syekh Muhammad Samman sudah tidak ada lagi. Akhirnya ia pergi ke Syekh Muhammad Samman di rumahnya dan ia pun masuk tarikatnya. (hal. 168-182)


  1. Keramat-keramat Syekh Muhammad Samman yang dialami oleh murid-muridnya sesudah ia meninggal.
No.
Nomor di dalam buku
Isi
1.
(1)
Seorang peziarah ketika pulang dari kuburan Syekh Muhammad Samman uangnya hilang. Ia kembali ke makam Syekh Muhammad Samman dan menyatakan bahwa uangnya hilang. Tiba-tiba ia mendengar suara dari dalam bumi dan uangnya itu ternyata ada di bawah kakinya.
2.
(3)
Seorang penduduk Medinah menghadapi kesulitan dalam hidupnya. Kemudian ia berziarah ke makam Syekh Muhammad Samman. Sepulangnya dari ziarah ia mengatakan bahwa banyak sekali kemudahan yang ia peroleh dalam hidupnya ini. (hal. 183)

  1. Isyarat-isyarat pada saat-saat Syekh Muhammad Samman akan meninggal. Pada suatu malam sesudah maghrib Syekh Muhammad Samman meninggal. Akan tetapi keesokan harinya -pada waktu subuh- Syekh Muhammad Samman itu hidup lagi dan berkata kepada ’Abdu n-Nabi, penjaga makam Nabi Muhammad saw yang sedang hadir di situ, bahwa pada malam sebelumnya rohnya dibawa oleh Al-Fatimah binti Nabi Muhammad saw ke langit keempat. Di sana ia bertemu dengan Aisyah, istri Nabi Muhammad saw yang menyuruh agar roh itu dikembalikan kepadanya. (hal. 183-184)
  2. Maka Tuan Syekh Muhammad Samman itu mengambil daripada/nur ilmu Nabi Muhammad salla l-Lahu ’alayhi wa sallama dengan lantaran Nabi/Ibrahim ’alayhi s-salam. Maka dinamai Tuan Syekh Muhammad Samman itu Khatamu/l-Wilayati l-Khassat daripada umat Muhammad-(iyah). (hal. 211)
  3. Dan adalah Syekh Muhammad Samman berkata/lagi, ”Barangsiapa masuk pada langgarku dan sekali sekalipun, niscaya/diberi oleh Allah subhanahu wa taala rahmat akan orang itu, dan cenderung/ia kepada akhirat, dan aku beri syafaat akan dia pada hari kiamat.” (hal. 217)
  4. Dan lagi berkata/ Syekh Muhammad Samman radiya l-Lahu ’anhu, ”Aku dan segala aulia Allah/tiada mati, tetapi aku berpindah dari pada dusun/satu. Maka tatkala aku mati, maka engkau datang kepada kuburku, dan/ engkau zikir Allah; maka aku dengar akan dia ku padahal aku duduk dengan ber-/zikir serta engkau. (hal. 218)
  5. Ya Rasul Allah!/maka akan dengar(kan) sabda Nabi salla l-Lahu ’alayhi wa sallama kepada aku, ’Ya Samman,/engkau rasul pula!’ Padahal berulang-ulang sabdanya kepada aku”, demikianlah katanya. (hal. 221)
  6. Maka apabila berjalan aku serta dengan/ tolanku pada tepi laut, maka datang angin yang amat keras serta ombak yang/ amat keras, maka hampirlah kebinasaan-kebinasaan. Kemudian aku berdiri pada hadapan/ perahu serta aku memanggil dengan seru yang terlebih keras, ’Ya Samman!, ya Mahdi!/ Maka tiba-tiba aku melihat dengan mata kepalaku akan keduanya (yang) berjalan/ (keduanya itu) di atas laut, hingga sampai keduanya itu ke perahu-/ku. (hal. 229)
  7. Maka tiba-tiba kulihat dengan mata kepalaku akan Syekh Muhammad/ Samman radiya l-Lahu anhu yang ada ia pada tepi laut pada dusun Yanbak/namanya, pada hal ia duduk. Kemudian maka menolak ia akan perahu dengan/ kakinya. Maka berjalanlah perahu itu serta terang awan itu, dan diam/ ombak, dan hilang angin. (hal. 229)
  8. Kemudian maka dirantai pula/ lehernya sampai tiga hari. Maka tiap-tiap ia membaca akan tawassul/ kemudian daripada sembahyang isya serta berteriak ia dengan sehabis/ habis suaranya, serta menyebut ia ’Ya Samman!’ maka tanggal pula/ rantai/ besi itu/ daripada batang lehernya. (hal. 235)
  9. Maka menjawab ia, ’Aku melihat akan Syekh Muhammad Samman dengan mata/ kepalaku, padahal ia datang kepadaku dan duduk pada sepusatku,/ dan menghaturkan ia akan tangannya atas perutku, dan berkata ia/ bagiku, ’Manakah sakitmu?’ Maka kutunjukkan akan dia. Maka menghantarkan ia/ akan tangannya atasnya, dan menyapu ia akan dia dengan tangannya tiga/ kali. Maka ia pun keluar kemih itu. Dan sesungguhnya disembuhkan/ Allah taala akan dia dengan berkat keramat Syekh Muhammad Samman radiya/l-Lahu ’anhu. (hal. 264)
  10. ...dan sebab demikian itu/ bahwasanya hasil padaku sakit pening pada kepalaku dengan sakit/ yang sangat, dan tetap ia daripadanya. Kemudian sembahyang maghrib/ sampai waktu isya, maka tidur aku. Maka kulihat akan Syekh Muhammad/ Samman, pada hal ia berkata akan daku, ’Hantarkan olehmu akan tanganmu/ yang kanan di atas hadapan kepalamu, serta baca olehmu: Taudu sy-Syuhudi. Qutbu l-Wujudi haqqani Muhammad Samman fi kulli dayqin hadir,/ kemudian pergi ia. Maka kubangun daripada tidurku, pada/hal aku mengucapkan akan yang demikian itu, dan tanganku di atas/ kepalaku, dan hilang sakitku itu pada waktu bangunku. Dan/ berdiri aku seolah-olah aku tiada sakit, dengan berkat keramat Syekh Muhammad/ Samman radi l-Lahu/ ’anhu. (hal. 282)
  11. Adab salik terhadap guru dalam sebuah tarikat, dalam salah satu naskahnya yang berjudul At-Tadbiratu l-Ilahiyat fi Islahi l-Mamlakati l-Insaniat, Ibn Arabi memberi petunjuk agar salik di depan gurunya bersikap bagaikan mayat berada di tangan orang-orang yang sedang memandikannya. (hal. 357)
  12. Salik tidak boleh menikahi janda gurunya bila suaminya itu meninggal atau bercerai (Nyberg, 1919: 226-227). (hal. 358)
  13. Ibn Arabi menerangkan ekspresi-ekspresi seorang sufi dalam bukunya yang berjudul Al-Futuhatu l-Makkiyyat. Ekspresi-ekspresi seorang sufi seperti tertawa, senyum, terkejut, ragu-ragu, benci, cinta, suka atau cenderung akan sesuatu semuanya itu langsung datang dari Allah sebagaimana hal itu terjadi pada nabi-nabi Allah (Takeshita, 1987: 126). (hal. 358)
  14. Sehubungan dengan keterangan ini, para salik dalam sebuah tarikat harus memelihara adab kepada gurunya, mereka tidak berhak berdiskusi atau menyanggah pesan-pesan gurunya. (hal. 359)
  15. Syekh Muhammad Samman sebagai seorang sufi dan wali Allah, hatinya sudah mengkilat karena diasah dengan zikir kepada Allah, sehingga ia mampu merekam ”wewenang memberi syafaat” dari Nabi Muhammad saw. Ia berkata bahwa ia akan memberi syafaat kepada murid-muridnya yang percaya kepadanya pada hari kiamat nanti (HSMS: 14). Ia berkata pula bahwa ia mempunyai kemampuan untuk menolong dan memberikan syafaat (RS: 169), sehingga orang yang bersangkutan merasa aman. (hal. 359)
  16. Syatahat ini terucapkan oleh Syekh Muhammad Samman tatkala ia menyatu dengan Allah (wahdatu l-wujud) pada makam NM. Wahdatu l-wujud  ini berlangsung dalam suasana fana yang dapat dirasakan olehnya bahwa sifat-sifatnya sebagai manusia menjadi hilang dan ia merasakan sifat-sifat Allah sangat berpengaruh pada dirinya (fana’u l-mahwi). (hal. 381)
  17. (5) cerita mengenai keutamaan Syekh Muhammad Samman sebagai seorang ulama tasawuf  yang mengenal Allah (sufi al-’arif bi l-Lah) dengan pengalaman-pengalamannya di alam fana sehingga ia menyatu dengan Allah pada makam NM, (6) panggilan bagi murid-muridnya agar mereka tetap cinta kepadanya (mahabbat) dan menjadikannya sarana perantaraan (ber-tawassul), (7) sepuluh kalimat ecstatic utterances (syatahat) yang terucapkan olehnya isinya menunjukkan bahwa ia sedang menyatu dengan Allah (wahdatu l-wujud) secara penuh pada makam NM. (hal. 405)
  18. Guru rohani bergelar syekh, berarti ia adalah seorang ulama yang memiliki pengetahuan mendalam dalam bidang syariat, tarikat, makrifat, dan hakikat. Ia mengetahui hambatan mental dan rohani murid-muridnya dan mengetahui pula obat penawarnya. Ia mengetahui kemampuan mental murid-muridnya. Oleh karena itu Syekh Muhammad Samman sebagai seorang syekh tarikat merupakan wakil Nabi Muhammad saw. bagi murid-muridnya, terutama dalam bidang rohani. RS sebagai sebuah ratib agar dibaca oleh murid-murid tarikat zikir Samman dengan secara tetap dan terjadwal. (hal. 405-406)
  19. Apabila cerita tentang keramat Syekh Muhammad Samman ini dibaca dan para hadirin menyimak dan mendengarkannya dengan baik, mereka akan mengagumi betapa kemuliaan Syekh Muhammad Samman karena ilmunya yang telah ia peroleh atas karunia Tuhan. Betapa ia cinta kepada Tuhan dan betapa Tuhan sayang kepadanya. (hal. 407)
  20. Di kalangan masyarakat sufi ada keyakinan, bahwa menghormati dan mempercayai wali Allah itu wajib, dan bagi mereka yang membencinya atau memusuhinya, merupakan pembangkangan terhadap Tuhan. (hal. 407)
  21. Dalam hal ekstase ia mengalami peleburan segenap kemampuannya dengan Allah (fana’ fi l-Lah), sehingga terucapkan olehnya ecstatic utterances sebagaimana tergambar dalam RS. Akan tetapi syatahat-nya itu tidak melampaui batas ukuran syariat seperti yang terucapkan oleh Al-Hallaj yang mengucapkan Aku adalah Tuhan. Syatahat yang paling keras yang pernah terucapkan oleh Syekh Muhammad Samman ialah Aku adalah Muhammad yang dituju. (407-408)
  22. Apabila Syekh Muhammad Samman sedang menjalani ”peleburan diri” dengan Allah, berarti ia sedang menyatu dengan-Nya. Menyatu dengan Allah sama dengan menyatu dengan NM. Pada saat ”peleburan” ini berlangsung, aktivitas dari pihak Syekh Muhammad Samman berpusat pada ’fu’ad-nya... (hal. 408)
  23. Dalam suasana ”peleburan” itu Allah menyatakan aktivitasnya yaitu berbicara dengan lidah Syekh Muhammad Samman yang akhirnya tertuturkan olehnya syatahat-syatahat itu. Apabila Al-Khalq yang menjadi orientasinya dalam suasana ”peleburan” itu, maka syatahat-nya menjadi lebih sederhana daripada ia berorientasi pada Al-Haqq. Kemampuan berorientasi dalam suasana ”peleburan” ini adalah akibat dari kesetiannya akan syariat. (hal. 408)
  24. Apabila aktivitas Tuhan itu menjelma pada perbuatan Syekh Muhammad Samman, maka ia akan melakukan perbuatan-perbuatan yang ganjil dan bertentangan dengan adat yang wajar (khawariqu l-adat) yang disebut keramat. (hal. 409)
  25. Tujuan para sufi ialah ingin dekat dengan Tuhan (taqarrub mina l-Lah) tetapi akhirnya ada di antara mereka yang menyatu dengan Allah (wahdatu l-wujud), karena ia luluh dengan Allah dalam suatu kesadaran yang lain. (hal. 409)
  26. Allah yang kadim akan berbicara denga lidah Syekh Muhammad Samman yang muhdas, maka terucapkanlah olehnya ecstatic utterances. Jadi, terucapkannya ecstatic utterances oleh Syekh Muhammad Samman dalam situasi ”peleburan” itu menunjukkan bahwa ia sedang menyatu dengan Allah; redaksi kalimat yang dituturkannya bukan dari kemauannya sendiri, melainkan dari Allah. (hal. 411)
  27. Keramat-keramat Syekh Muhammad Samman yang disebutkan dalam teks HSMS banyak macamnya, ada yang pernah dialami oleh Syekh Muhammad Samman sendiri, oleh murid-muridnya selama ia masih hidup, dan sesudah ia meninggal. (hal. 411)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar