Mengenal
Tarekat Naqsybandi Haqqani
T
|
arekat dalam bahasa
arab disebut dengan thoriiqoh yang maknanya adalah menjadikan jalan,
cara atau metode. Yaitu sebuah cara atau jalan yang digunakan seseorang untuk
memahami agama melalui metode pengenalan terhadap Tuhannya. Tarekat sudah ada
sejak lama dan dalam prosesnya berkaitan erat dengan tasawuf (sufisme).
Istilah Naqsybandi diambil dari nama seseorang yang dianggap
sebagai wali Allah (waliyullah) bernama Maulana Syaikh Syah Bahauddin
Naqsyband. Tarekat ini tersebar di berbagai pelosok dunia,
termasuk di Indonesia. Perkembangannya memiliki corak yang berbeda-beda di
berbagai negara, tergantung dari siapa yang menjadi tokoh dalam menyebarkan
ajarannya.
Di Indonesia, Tarekat Naqsybandiyah pernah
diajarkan oleh Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin, M.Sc. sekitar tahun 1950. Dia berguru kepada Syaikh Syahbudin dan
Syaikh Muhammad Hasyim Buayan. Dia adalah seorang ahli di
bidang fisika, kimia, dan filsafat. Akan tetapi, kemudian dia mengklaim bahwa
ajaran metafisika yang dianutnya merupakan ajaran Rasulullah SAW yang
diwariskan kepadanya dan berasal dari jabal (gunung) Qubais di Mekkah.
Kadirun Yahya selalu tampil gagah, menonjolkan keilmuannya sehingga jamaahnya
mengultuskannya.
Adapun Tarekat Naqsybandi Haqqani muncul di
Daghestan. Ada 3 (tiga) orang tokoh penting dalam tarekat ini yang disebut
dengan istilah Syaikh dan Grandsyaikh. Ketiga orang itu adalah Abdullah
al-Faiz ad-Daghestany, Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani, dan
Muhammad Hisam Kabbani.
Syaikh
Samir al Qadly,
dosen
Aqidah dan Fiqh Islam di Global University, Lebanon, dalam bukunya Kasf Dlallat Nazhim al-Qubrushshi yang
sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul, “Mengungkap
Kesesatan Nazhim Al Haqqany,”mengungkap secara tuntas siapa sebenarnya sosok ‘Nazhim Haqqani dan Hisam
Kabbani.
Nazhim yang sering menyebut dirinya ‘al-Haqqani’ adalah seorang yang
berkebangsaan Cyprus. Dia dideportasi dari Lebanon atas perintah Mufti Lebanon,
Syaikh Hasan Khalid, karena menyebarkan ajaran sesat. Adapun Hisam Kabbani
adalah seorang imigran Lebanon yang sekarang berdomisili di California, USA.
Untuk memperkuat keyakinan di kalangan mereka,
maka diciptakanlah sebuah istilah yang disebut “Mata Rantai Naqsybandi
Haqqani.” Mata rantai ini dimulai dari nama Rasulullah Muhammad SAW yang menempati
sumber mata rantainya. Kemudian mata rantai tersebut terus berurutan sampai
kepada nama Abdullah al-Faiz ad-Daghestani yang menempati mata rantai
ke-39. Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani mengklaim sebagai musrsyid
ke-40 Thariqah Naqsyabandiyyah al Haqqaniyyah dan
Muhammad Hisam Kabbani dinobatkan sebagai Khalifah Naqsybandi Haqqani untuk
benua Amerika, bahkan untuk seluruh dunia.
Tarekat Naqsybandi Haqqani masuk ke Indonesia
sudah sejak lama. Dari kunjungan Muhammad Hisam Kabbani ke Indonesia
mulai tahun 1997 sampai pada beberapa tahun terakhir ini sering menggelar acara
di beberapa kota di Indonesia, penyebaran Tarekat ini semakin meluas saja.
Dengan kegiatan yang dilaksanakan secara intens tersebut, aliran ini tercatat
telah memiliki ribuan murid dari kalangan umat Islam Indonesia yang tersebar di berbagai
kota di antaranya Jakarta, Sukabumi, Bandung, Pekalongan, Semarang, Tuban,
Surabaya, Batam, Aceh, Padang, Bukittinggi, Bali, dan kota-kota lainnya.
Semuanya bernaung di bawah sebuah wadah yaitu Keluarga Besar Jemaah Tarekat
Naqsybandi al-Haqqaniyah, yang dalam keorganisasiannya dikelola oleh Yayasan
Haqqani Indonesia.
Sebagian umat Islam di Indonesia sangat antusias menerima kehadiran Tarekat
ini. Hal itu lebih dikarenakan klaim para tokoh Tarekat
Naqsybandi Haqqani sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW. Maka untuk mengetahui
siapa sosok ketiga orang tersebut, kami paparkan riwayat hidup mereka secara
singkat.
Tokoh - tokoh Penyebar Tarekat Naqsybandi Haqqani
·
Abdullah al-Faiz ad-Daghestany
A
|
Syarafuddin terkenal sebagai imam Tarekat
Naqsybandi di Daghestan.
Pada 1980-an,
Daghestan berada di bawah penjajahan Rusia. Lalu, paman dan ayahnya memutuskan
untuk pindah ke Turki. Di Turki inilah, Syarafuddin merawat dan melatih
keponakannya, Abdullah, dengan disiplin spiritual secara intensif.
Singkat cerita Abdullah menikah, akan tetapi enam bulan setelah
pernikahannya, dia diperintahkan untuk ber-khalwat (menyendiri untuk
fokus beribadah) selama 5 (lima) tahun. Pada masa khalwat inilah dia mengklaim
hal-hal yang menyesatkan, di antaranya :
-
Mengklaim menerima penglihatan ketika Nabi saw
berkhalwat di gua Hira. Selama 40 hari dia duduk di belakang Nabi SAW dan tidak
pernah tidur.
-
Mengklaim berzikir di Hadirat Ilahi.
-
Mengklaim mendengar sebuah bisikan dari Hadirat
Ilahi; telah mencapai rahasia kesadaran dan wukuf abadi; telah berhasil meraih
kunci maqam itu, dan disuruh memasuki Hadirat-Nya dalam tingkatan
seseorang yang mampu berbicara pada Tuhannya, tingkatan Musa as ketika dia
berbicara dengan Allah SWT.
Kemudian, ketika Turki berada
di bawah kekuasaan Ottoman, dia mengabdi dalam kemiliterannya. Dalam pengabdiannya ini pun dia mengklaim berbagai
hal yang menyesatkan, di antaranya:
- Ketika tertembak dan sedang sekarat,
dia mengklaim melihat Nabi SAW menghampirinya dan berkata, “Oh anakku,
engkau ditakdirkan untuk meninggal di sini, namun kami masih memerlukanmu di
bumi ini, baik secara spiritual maupun fisik. …”
- Mengklaim menemani Nabi SAW dalam
sebuah penglihatan akan ketujuh surga. Melihat apa yang ada di dalam tujuh
surga-surga dan melihat siksaan-siksaan neraka seperti yang Nabi SAW pernah
sebutkan dalam hadits-hadits beliau.
- Mengklaim menerima tugas kembali ke
dunia setelah rohnya diangkat ke Hadirat Ilahi.
Setelah semua itu berlalu, dia melanjutkan kehidupannya di bawah
pengawasan pamannya, Syarafuddin. Dan hal yang paling menyesatkan adalah
klaimnya bahwa apa yang datang kepadanya berarti berasal dari Nabi Muhammad
SAW, karena hatinya terhubung dengan beliau, dan itu bersumber pada Tuhan.
Karena pengakuan sesatnya ini, Mufti Negara Daghestan, Sayyid Ahmad
ibn Sulaiman Darwisy Hajiyu menyatakan dalam Surat yang dikeluarkan oleh al-Idarah
ad-Diniyah li Muslimi Daghestan, bahwa apa yang disebut Mata Rantai Tarekat
oleh Abdullah ad-Daghestani tidaklah marfu’ (bersambung) kepada Nabi
Muhammad SAW, akan tetapi maqthu’ (terputus), serta Tarekat yang
diajarkannya adalah sesat.
Abdullah ad-Daghestani meninggal pada tanggal 3 September 1973, dan
mewariskan kesesatan-kesesatannya kepada muridnya, Nazhin al-Haqqani.
·
Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani
N
|
Dia dilahirkan pada tahun 1341 H (1922 M) di kota
Larnaka, Cyprus (Qubrus) dari sebuah keluarga Arab dengan akar budaya Tartar.
Menurut pengakuannya, dia adalah keturunan dari Syaikh Abdul Qadir
Al-Jailani. Menurut pengakuannya pula,
ibunya adalah keturunan dari Mawlana Jalaluddin ar-Ruumi. Dengan demikian, dia
mengklaim sebagai keturunan dari Nabi suci Muhammad Saw dari pihak ayahnya, dan
keturunan dari Shahabat Abu Bakar ash-Shiddiq, dari pihak ibunya.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Cyprus, dia
melanjutkan ke perguruan tinggi di Istanbul dan lulus sebagai sarjana Teknik
Kimia. Di sana, dia juga belajar bahasa Arab dan Fiqh, di bawah bimbingan
Syaikh Jamal al-Din al-Alsuni (wafat 1375 H/1955 M) dan menerima ijazah dari
beliau. Di samping tu, dia juga belajar tasawwuf dan Thariqat Naqsybandi dari
Syaikh Sulayman Arzarumi (wafat 1368 H/1948 M). Sulayman Arzarumi lah yang
akhirnya mengirim dia ke Syam (Syria).
Kemudian dia melanjutkan studi Syariah ke Halab
(Aleppo) Hama, terutama di Homs.
Beliau belajar di zawiyyah dan madrasah masjid shahabat Khalid ibn
Al-Walid di Hims/Homs, di bawah bimbingan ulama besarnya. Dia memperoleh ijazah
di bidang Fiqh Hanafi dari Syaikh Muhammad Ali Uyun al-Sud dan Syaikh Abd
al-Jalil Murad. Dia juga mendapat
ijazah di bidang ilmu hadits dari seorang muhaddits yang bernama Syaikh Abd al-Aziz
bin Muhammad Ali Uyun al-Sud al-Hanafi.
Nazhim Haqqani juga belajar di bawah bimbingan
Syaikh Said
al-Sibai yang kemudian mengirimnya ke Damaskus. Menurut pengakuannya, hal itu
dilakukan setelah menerima suatu pertanda berkaitan dengan kedatangan Mawlana
Syaikh Abdullah Faiz ad-Daghestani ke
Syria. Setelah kedatangan awal beliau ke Syria dari Daghestan di akhir tahun
30-an, Mawlana Syaikh Abdullah tinggal di Damaskus, tetapi sering pula mengunjungi
Aleppo dan Homs. Di kota yang terakhir inilah, dia mengenal Syaikh Said al-Sibai yang merupakan pimpinan dari Madrasah
Khalid bin Walid.
Nazhim al-Haqqani yang
berasal dari Cyprus, dan Abdullah ad-Daghestani yang berasal dari Daghestan,
keduanya menjadi penduduk Damaskus Syamiyyun dan tinggal di sebuah distrik yang disebut Salihiyya.
Kemudian dia bermukim di Lebanon. Akan tetapi dia pernah dideportasi dari
Lebanon atas perintah Mufti Lebanon pada waktu itu, Syeikh Hasan Khalid. Di
samping itu, dikecam pula oleh Mufti Tripoli - Lebanon, Thaha ash-Shabunji,
karena ajaran sesatnya.
Ketika di Lebanon, Nazhim al-Haqqani memiliki
seorang murid bernama Muhammad Hisam Kabbani, murodnya inilah yang kemudian
menjadi penerus Tarekat Naqsybandi Haqqani.
·
Muhammad Hisam Kabbani Ar-Rabbani
M
|
Sejak berusia 15
tahun, dia telah menemani Abdullah ad-Daghestani dan Nazhim al-Haqqani. Mereka
bersama-sama telah melakukan perjalanan ke segala penjuru di Timur Tengah,
Eropa, dan Timur Jauh untuk menyebarkan ajaran Tarekat Naqsybandi Haqqani.
Pada tahun 1991, Hisam
Kabbani menjadi imigran di Amerika dan menetap di California. Kemudian dia
mendirikan sebuah Yayasan bagi Tarekat Naqsybandi di sana. Sejak saat itu, dia
telah membuka 13 pusat sufi di Kanada dan Amerika Serikat. Di samping itu, dia
mengajar di sejumlah universitas, seperti: The University of Chicago, Columbia
University, Howard, Berkeley, McGill, Concordia,
dan Dawson College. Demikian pula dengan sejumlah pusat keagamaan dan
spiritual di seluruh Amerika Utara, Eropa, Timur Jauh dan Timur Tengah.
Di benua Amerika Hisam
Kabbani pun memiliki misi pluralisme, yaitu “untuk menyebarkan ajaran sufi
dalam konteks persaudaraan umat manusia dan kesatuan dalam kepercayaan kepada
Tuhan yang terdapat dalam semua agama dan jalur spiritual. Usahanya diarahkan
untuk membawa spektrum keagamaan dan jalur-jalur spiritual yang beragam ke
dalam keharmonisan dan kerukunan, dalam rangka pengenalan akan kewajiban umat
manusia sebagai kalifah Tuhan di bumi ini.”
Dengan memiliki gelar
syaikh sufi, Hisam Kabbani diberi kewenangan untuk membimbing para pengikutnya
menuju Cinta Ilahi dan menuju tingkatan spiritual yang telah digariskan Sang
Pencipta. Latihan spiritual berat yang telah ditempuhnya selama 40 tahun di
bawah pengawasan para syaikhnya telah membuatnya merasa memiliki kecakapan yang
tinggi mencakup kebijaksanaan, cahaya ilahiah, intelektual yang diperlukan
seorang guru sufi sejati.
Di Amerika, Hisam
Kabbani dianggap telah jauh melampaui target dengan kontribusinya mendorong
umat manusia untuk mencapai takdir tertinggi, yaitu kedekatan dengan Tuhannya.
Usahanya untuk membawa kesatuan hati dalam gerakannya menuju Inti Ilahi
diklaim sebagai warisan terbesarnya kepada dunia Barat.
Klaim lainnya adalah
pengakuan Hisam Kabbani sebagai keturunan Rasulullah Saw, baik dari jalur ayah
maupun ibunya (al-Hasani al-Husayni). Dari istrinya, Hj. Nazihe Adil
yang merupakan putri Nazhim Haqqani, dia dikaruniai 3 orang putra dan 1 orang
putri, serta beberapa cucu yang semuanya menetap di Fenton, Michigan.
Beberapa posisi yang beliau duduki di Amerika saat
ini antara lain: Ketua Islamic Supreme Council of America
(ISCA); Penasihat pada Unity One, yaitu sebuah
organisasi yang ditujukan untuk perdamaian antar-gang di Amerika; Penasihat
pada Human Rights Council; Penasihat pada American Islamic
Association of Mental Health Providers; dan Penasihat pada Office of
Religious Persecution, US Departement of State.
Beberapa tulisannya yang telah dipublikasikan
secara internasional antara lain: Classical Islam and the Naqshbandi Sufi Tradition, Naqshbandi Sufi Way: the Story of Golden Chain, Angels Unveiled-Sufi Perspective (edisi Indonesia: Dialog dengan para Malaikat,
diterbitkan Hikmah), Pearls and Coral, Encyclopedia of Islamic Doctrine (7 volume), The Permissibility of Mawlid, “Salafi” Movement Unveiled, dan The Approach of Armageddon? (edisi
Indonesia: Kiamat Mendekat, Serambi).
Penyimpangan Ajaran
Tarekat Naqsybandi Haqqani
S
|
ecara garis
besar, penyimpangan ajaran Tarekat Naqsybandi Haqqani yang saat ini dipimpin
oleh Hisam Kabbani adalah sebagai berikut:
1.
Menyebarkan Paham PLURALISME
2.
Meyakini adanya MANUNGGALING KAWULA GUSTI
3.
Mengharuskan KETA’ATAN TOTALITAS kepada
SYAIKH HISAM KABBANI
4.
Menjadikan SYAIKH sebagai WASILAH
(PENGHUBUNG) kepada ALLAH SWT
5.
Kedudukan SYAIKH SEDERAJAT dengan
RASULULLAH SAW
6.
Klaim sebagai SATU-SATUNYA PEWARIS
SPRITUAL dari RASULULLAH SAW
7.
Perilaku SYIRIK TIDAK DIANGGAP sebagai
DOSA BESAR
8.
Menghina Shahabat ABU BAKAR SHIDDIQ
dan ABDUL QADIR JAELANI
9.
Klaim Mendapat CAHAYA RAHASIA langsung
dari ALLAH SWT
10. Menjadikan Kader SYAIKH sebagai IMAM
MAHDI
11. Larangan Berprasangka Buruk terhadap
SYAIKH HISAM KABBANI dan SYAIKH Lainnya
12.
Mengajarkan SHOLAT versi LAIN
13.
Menghakimi bahwa DO’A AKAN DITOLAK
apabila BELUM DIBAIAT SYAIKH
14.
MEMANIPULASI CERITA/DONGENG/HADIST PALSU
Untuk Kepentingan Ajarannya
15.
MENOLAK ULAMA selain Kelompoknya Sendiri
16.
Mengajarkan IBADAH MEDITASI selama 1 JAM
LEBIH BAIK dari SEMUA IBADAH
17.
Klaim Sebagai PEMBERI SYAFA’AT di PADANG
MAHSYAR Kelak
Dalam buku Mengungkap Kesesatan Nazhim al-Haqqany,
karya Syaikh Samir al-Qadly, secara
garis besar dijelaskan beberapa kesesatan Nazhim al-Haqqani dan Hisam Kabbani.
Di antaranya sebagai berikut:
1.
Seorang
guru tidak boleh ditentang dan dibantah dalam masalah apapun walaupun menyalahi
syari’at Islam yang suci;
2.
Nazhim
Al-Qubrushi menganggap bahwa dirinya dan gurunya, yaitu Abdullah ad-Daghistani,
sama dengan Allah;
3.
Nazhim
menyamakan Ratu Inggris dengan Allah ‘azza wa jalla;
4.
Nazhim
Al-Qubrushi meyakini bahwa para hamba ada pada azal (keberadaan tanpa
permulaan) bersama Allah, tidak diciptakan dan bahwa mereka adalah bagian dari
Allah, wal ‘Iyadzu billah;
5.
Nazhim
Al-Qubrushshi menganggap dirinya, gurunya – Abdullah al-faiz ad-Daghistani –
dan para pengikutnya lebih mulia dari pada para nabi Allah Ta’ala;
6.
Nazhim
Ad-Daghistani dan al-Qubrushshi menyamakan antara orang mukmin dengan orang
kafir; dan antara agama Islam dengan agama-agama lain;
7.
Nazhim
al-Qubrushshi – semoga Allah membalasnya dengan balasan yang setimpal –
mengingkari adanya siksa neraka bagi orang-orang kafir;
8.
Seruan
Nazhim kepada Ibahiyyah (penghalalan segala sesuatu dan meyakini tidak
ada sesuatu yang diharamkan oleh Allah);
9. Nazhim
mengingkari adanya siksa di akhirat;
10.
Nazhim
mengingkari kewajiban sholat;
11.
Nazhim
mengingkari disyari’atkannya puasa;
12.
Nazhim
Al-Qubrushshi menghalalkan memakan daging haram;
13.
Nazhim
al-Qubrushishi meremehkan nikmat akal.
Dan untuk lebih jelasnya, kami paparkan hasil
penelitian terhadap 49 (empat puluh sembilan) buku ajaran Tarekat Naqsybandi
Haqqani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh
Yayasan Haqqani di Indonesia, serta dijual secara umum kepada
masyarakat luas, khususnya pada acara-acara yang mereka selenggarakan.
Pemaparan ini kami
bagi dalam 4 (empat) poin penting yang berkaitan dengan:
(1)
Penghinaan
terhadap Allah SWT dan Malaikat-Nya;
(2)
Penghinaan
terhadap Nabi dan Rasul, khususnya Nabi Muhammad SAW, juga kepada para Shahabat
dan Ulama;
(3)
Penodaan
terhadap Ajaran Agama Islam; dan
(4) Penyebaran
Ajaran dan Doktrin Sesat dengan Mengatasnamakan Islam.
· PENGHINAAN
TERHADAP ALLAH SWT DAN MALAIKAT-NYA
Dalam buku berjudul Rahasia Tiga Cahaya – Rahasia Dibalik Bilangan
Tiga, pada halaman 16 Muhammad Hisam Kabbani menulis:
Mawlana berkata, "Jika
Allah mengutuk orang-orang kafir, Dia tidak akan menjadi Tuhan, karena
semuanya diciptakan dari Cahaya Ilahi, dari cahaya Rasulullah saw, dan dari
cahaya Adam as. Bagaimana mungkin dia mengutuk mereka? Tidak mungkin mengutuk
mereka. Di lain pihak mengapa Dia berfirman, "Qalbul mu'min baytullah,"
"Hati orang-orang yang beriman adalah rumah Allah"? Jika Allah telah
menetapkan bahwa hati orang-orang yang beriman adalah rumah-Nya, bagaimana
mungkin pada saat yang bersamaan Dia mengutuk seorang manusia?
Tidak
mungkin, tetapi Allah mengutuk umat manusia, yang tergolong orang-orang kafir,
hanya di lidah Rasulullah saw dan pada level kita, sehingga kita bisa mengerti.
Dalam buku Hikmah Di Balik
Penciptaan Setan hal. 81 dikatakan,
“Penyingkapan Rahasia Shah Naqsyaband Mengenai Syaikh
Syarafuddin. Penerus beliau, Grandsyaikh kita, Syaikh Abdullah ad-Dagestani
menceritakan hal berikut dalam ceramahnya: “Suatu ketika, dalam salah satu
meditasiku, Syaikh Syarafuddin mendatangiku dan berkata mengenai kebesaran dan
keistimewaan Shah Naqsyaband. Beliau memujinya dan mengatakan bagaimana Shah
Naqsyaband akan memberikan perantaraan di Hari Pembalasan. Beliau berkata,
‘Jika seseorang melihat mata Shah Naqsyaband, dia akan melihat mata beliau
berputar, bagian yang putih di hitam dan yang hitam di putih. Beliau bermaksud
menyimpan kekuatan spiritualnya untuk Hari Pembalasan dan tidak menggunakannya
di dunia ini.
Pada Hari Pembalasan beliau akan mengeluarkan cahaya dari
mata kanannya, cahaya itu lalu mengelilingi banyak orang dalam perkumpulannya
dan masuk kembali ke mata kirinya. Siapa pun yang berada dalam lingkaran itu
akan masuk Surga dan terhindar dari Neraka. Beliau akan mengisi keempat Surga
dengan perantaraannya itu.”
Dalam buku, TAFAKKUR,
Kedamaian di Dalam Rumah hal. 74
dikatakan,
“Pernah ada seorang Syaikh yang mengirimkan muridnya
untuk berkhalwat. Murid tersebut telah mencapai suatu maqam (stasiun spiritual)
tinggi sedemikian rupa sehingga dia dapat melihat isi Lauh-ul Mahfuzh (Pelat
Terpelihara), dan dia merasa gelisah ketika dia melihat nama Syaikh yang
dicintainya ada dalam daftar orang-orang yang ditakdirkan untuk masuk Neraka.
Dia pun melakukan sujud dan berdoa panjang dan memohon Allah SWT demi
Rasulullah SAW agar menaruh nama Syaikhnya pada daftar orang-orang yang
ditakdirkan masuk Surga. Doanya diterima dan nama Syaikhnya muncul dalam daftar
ahli Surga...”
Dalam buku, Ahl Haq Koleksi
1 hal. 64 dikatakan,
“Apabila Allah SWT ingin memperagakan Diri-Nya, Dia
memandang pada makhluk-Nya. Perhatian pertama-Nya kepada manusia karena mereka
menyerupai-Nya. Mereka yang paling menyerupai-Nya di antara manusia itu adalah
para Wali; maka Nabi SAW bersabda, ‘Mereka mengingatkan kalian akan Allah SWT.”
Dalam buku Ahl Haq Koleksi
1 hal. 81 dikatakan,
“Allah SWT berfirman ‘Wahai hamba-Ku, Abdul Khaliq
al-Ghujdawani, tugasmu adalah memberi nama para malaikat ini dengan nama yang
berbeda dan tidak boleh ada pengulangan. Hitung pula berapa kali pujian-pujian
mereka, kemudian bagikan pada seluruh pengikut Thariqat Naqsyabandi.
Itulah tanggung jawabmu.” Aku takjub
akan beliau beserta tugas luar biasa yang diembannya.”
Adapun penghinaan lainnya terhadap Dzat Maha Kuasa yang ada dalam ajaran
Tarekat Naqsybandi Haqqani ini adalah sebagai berikut:
“Bagi kita, ketika Mawlana berceramah, kita tidak sedang
mendengarkan suara Syaikh Nazhim, kita sedang mendengarkan Allah SWT yang
sedang Berbicara melalui Rumah-Nya (hati manusia) yang bernama Syaikh Nazhim.”
(Ahl Haq Koleksi 2 hal. 69)
“Allah SWT telah memberi Rasulullah SAW Samudera Kekuatan
itu sehingga beliau bisa mengucapkan “Jadilah!” Maka jadilah dia tanpa perlu
meminta izin kepada Allah SWT karena beliau telah berenang dalam Samudra
Kekuatan itu.” (Ahl Haq Koleksi 2 Edisi Agustus 2005 hal. 28)
“Allah SWT memberi kekuatan kepada Rasulullah SAW untuk
mengucapkan “Jadilah!” kepada sesuatu maka jadilah dia, dan beliau menyimpan
kekuatan itu untuk hari akhir, untuk membawa semua orang ke surga. Rasulullah
SAW tidak akan meninggalkan satu orang pun. Beliau akan merangkul seluruh
manusia dengan tangannya dan membawanya ke surga. Itulah Nabi kita.” (Ahl
Haq Koleksi 2 Edisi Agustus 2005 hal. 29)
“Apa yang kita bicarakan sekarang adalah persiapan untuk
menyambut hari tersebut. Kalian semua akan mendapatkan diri kalian berada di
Syam dengan kekuatan Syaikh kalian. Dengan mengucapkan
“bismillaahirrahmaanirrahiim” kalian langsung berada di sana. Tidak perlu
pesawat terbang, mobil atau kapal, tetapi cukup dengan kekuatan spiritual.” (Ahl
Haq Koleksi 2 Edisi Agustus 2005 hal. 48)
“Cendekiawan Muslim, Kristen, Yahudi cemburu terhadap
surga. Mereka tidak ingin seluruh umat manusia memasukinya, hanya orang-orang
dari golongan mereka saja yang berhak memasukinya. Allah SWT berkata, tidak ada
diskriminasi, seluruh umat manusia adalah hamba-Nya dan dengan demikian sama
derajatnya, Muslim, Hindu, Yahudi, Kristen dan semua orang. Kita sebagai
pengikut Rasulullah SAW setuju dengan sabdanya, bahwa seluruh umat manusia
adalah sama. Untuk mengilustrasikannya, berikut ini ada sebuah kisah yang
berasal dari Grandsyaikh Abdullah Faiz ad-Dagestani dan Syaikh Nazhim
al-Haqqani. Cerita ini termasuk salah satu rahasia yang tersembunyi, yang akan
dibuka pada saat datangnya Imam Mahdi dan Nabi Isa AS, insya Allah.” (Ahl
Haq Koleksi 2 Edisi Agustus 2005 hal. 61)
“Fatimah RA melanjutkan, “Sejak aku melihatmu –wahai
ayahku- sangat menderita untuk umatmu, dan karena cinta kepada umatmu juga
tumbuh dalam hatiku, aku menginginkan umatmu sebagai mas kawinku. Jika engkau
menerimanya, akau akan menikahi Ali RA. Dia meminta seluruh umat Rasulullah SAW
–Yahudi, Kristen, Muslim, Buddha, Hindu, semua orang tanpa diskriminasi. “Aku
menginginkan mereka sebagai mas kawinku agar Aku dapat menerimanya saat aku
berada di Hari Pembalasan nanti, dan menerima mas kawin itu dari Allah SWT,
sehingga Aku bisa memasukkan mereka ke dalam surgaku. Jika engkau tidak
menerimanya, Aku tidak akan menikahi Ali RA.
Apa yang akan dikatakan oleh Rasulullah SAW? Beliau tidak
bisa memberikan mas kawin semacam itu, karena itu tidak berada di tangannya.
Beliau menunggu kedatangan Jibril AS, tetapi Malaikat Jibril AS tidak datang
dengan segera. Dia membiarkan Rasulullah SAW menungu beberapa saat, lalu datang
dan mengatakan, “Allah SWT menyampaikan Salam-Nya kepadamu dan menerima
permintaan Fatimah RA dan memberikan seluruh umat manusia sebagai mas akwin
untuk menikahi Ali RA.” Dengan segera Rasulullah SAW bangkit dan shalat syukur
2 rakaat untuk berterima kasih kepada Allah SWT.
Fatimah RA tidak berkata, “Aku menginginkan uang atau
perhiasan,” sebagaimana wanita sekarang, pria berusaha untuk menikahi gadis
yang kaya dan sebaliknya. Dia hanya melihat umat Rasulullah SAW. Tidak ada satu
pun yang akan berada di luar mas kawinnya, karena jika Allah SWT mengeluarkan
satu orang saja, itu akan berarti dia telah berzina dengan Ali. Oleh sebab itu,
dia akan mengambil seluruh umat manusia di bawah sayapnya dan mereka akan masuk
surga bersamanya.” (Ahl Haq Koleksi 2 Edisi
Agustus 2005 hal. 71)
· PENGHINAAN
TERHADAP NABI DAN RASUL, KHUSUSNYA NABI MUHAMMAD SAW, JUGA KEPADA PARA SHAHABAT
DAN ULAMA
Masih dalam buku Rahasia Tiga Cahaya – Rahasia Dibalik Bilangan
Tiga, pada halaman 82 dengan subjudul "Tiga Karakter Awliya", Muhammad
Hisam Kabbani menulis:
Bismillah hirRohmaanir Rohim
Gransyeh Abdullah qs
menggambarkan bagaimana seorang darwis bisa diterima sebagai hamba Allah yang
Maha Kuasa, yaitu pertama dengan cara:
"Dia harus memiliki
satu sifat dari masing-masing tiga jenis hewan," ujar beliau. "Dari keledai,
dia harus mampu membawa beban dengan kesabaran dan tanpa rasa keberatan.
Kecuali dia mampu melakukan hal ini, dia tidak akan berhasil, karena tanpa
kesabaran, seseorang tidak bias membawa tanggung jawab hidup.
"Dari anjing,
dia harus belajar kesetiaan kepada tuannya. Bila tuannya memerintahkan anjing
itu untuk diam di suatu tempat sampai tuannya kembali, anjing tersebut akan
melakukannya, bahkan sampai mati. Bila majikannya memukul dan mengejarnya,
anjing itu tetap akan kembali, dengan menggoyangkan ekornya, ketika tuannya
memanggil.
"Yang terakhir, ketika seseorang
melihat seekor babi dia harus tahu bahwa nafsunya lebih kotor dan lebih
busuk dari babi itu. Kotoran babi berasal dari luar, sementara nafsu sudah
kotor di dalam. Kotoran nafsu datang dari perlawanan terhadap Tuhannya. Kotoran
babi berasal dari makanan yang kotor, bukan perlawanan. Orang yang sempurna
harus memiliki sifat yang demikian hingga ia mau menerima kotoran apapun yang
dilempar kepadanya, baik lewat ucapan maupun tindakan, dengan mengetahui bahwa
nafsunya lebih kotor.
Tiga sifat hewan-hewan
ini milik para Nabi dan Aulia. Bila
seorang manusia tidak memliki sifat-sifat ini, dia bukanlah seorang nabi yang
membawa semua beban dunia, menerima semua bentuk penyiksaan, dan masih menjaga
utuh keyakinan akan Tuhannya dan kesabaran bagi semua. Inilah jejak-jejak yang
mana harus kita teladani. Sifat-sifat ini memberikan ketenangan dan kepuasan
dalam hatinya. Hanya dengan begini dia mampu meraih kebahagiaan dalam hidup
ini. Kalau tidak, ia tidak akan bahagia selalu.
Wa min Allah at Tawfiq
Hal ini merupakan sebuah penghinaan yang jelas-jelas nyata kepada pada
Nabi khususnya Nabi Muhammad SAW sebagai insan mulia yang mendapat bimbingan
langsung dari Allah (ma'shum), apabila kita menganggap bahwa seorang
Nabi memiliki 3 (sifat) dari 3 (tiga) hewan yang dijelaskan dalam Al-Qur'an:
"Perumpamaan orang-orang
yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah
seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya
perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi
petunjuk kepada kaum yang zalim." (QS. Al-Jumu'ah [62]: 5)
"Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan
(derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan
menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing,
jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia
mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu
agar mereka berfikir." (QS. Al-A'raaf [7]: 176)
"Sesungguhnya Allah
hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang
(ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam
keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah [2]: 173)
Dalam Ahl Haq Koleksi 1 hal.
10 dikatakan,
“Kita mempunyai ratusan ulama, namun yang mereka miliki
adalah pengetahuan tanpa hikmah. Mungkin mereka gusar bila saya katakan hal
itu. Firman Allah SWT mengatakan bahwa hikmah itu tidak akan diberikan pada
setiap orang. Hikmah tidak datang dari luar; sumber hikmah adalah melalui hati.
Apakah kalian mendapat hikmah dari membaca buku-buku? Tidak! Tetapi sesuatu
yang diberikan lewat hati kalian.”
Dalam buku Ahl Haq Koleksi
1 hal. 66,
“Silsilah dari suatu mata rantai yang pada saat itu tentu
saja tidak dikenal dengan nama Naqsyabandi, tetapi para pengikutnya dikenal
dengan sebutan “anak-anak Abu Bakar as-Siddiq” dan di kalangan awliya Abu Bakar
disebut sebagai “Ayah” dari garis silsilah tersebut. Allah Ta’ala memberi
wewenang kepada Nabi Muhammad SAW untuk memerintahkan Abu Bakar agar memanggil
seluruh masyaikh dari silsilah Rangkaian Emas penerus Abu Bakar. Selanjutnya
para masyaikh tersebut dikenal dengan nama Guru Mursyid dari pemegang puncak
silsilah Rangkaian Emas di zamannya masing-masing. Seluruh dari mereka, sejak
masa Abu Bakar sampai dengan masa Mahdi AS hadir di tempat itu dengan format
ruh (spiritual) dari alam arwah. Kemudian Abu Bakar diperintahkan untuk
memanggil para wali Allah dalam mata rantai naqsyabandi yang berjumlah 7007.
Demikian juga Nabi Muhammad SAW mengundang keseluruhan Anbiya yang berjumlah
124.000.”
Adapun penghinaan lainnya terhadap para Nabi dan Rasul khususnya Nabi
Muhammad SAW, para Shahabat dan para Ulama yang ada dalam ajaran Tarekat
Naqsybandi Haqqani ini adalah sebagai berikut:
“Ketika Syaikh Mazhar berusia 9 tahun, beliau melihat
Nabi Ibrahim AS yang kemudian memberikan kekuatan spiritual melalui transmisi
spiritual. Pada usia ini bila seseorang menyebut Abu Bakar ash-Shiddiq RA di
hadapannya, dia akan melihat dengan mata fisiknya bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq
RA hadir di hadapannya. Beliau juga bisa melihat Rasulullah SAW dan para
sahabat, begitu pula dengan Syaikh-syaikh Naqsyabandi, terutama Syaikh Ahmad
al-Faruqi.” (Ahl Haq Koleksi 2 hal. 20)
“Ketahuilah bahwa Rasulullah SAW berada di dalam dirimu,”
karena jika bukan karena Cahaya Ilahi yang berada dalam diri setiap orang, kita
tidak akan bisa hidup. Maksud dari ‘kekuatan yang disandangkan Allah SWT kepada
Rasulullah SAW’ adalah bahwa Rasulullah SAW berada dalam diri setiap orang di
antara kita.” (Ahl Haq Koleksi 2 Edisi Agustus 2005 hal. 40)
“Mawlana Syaikh Nazhim berkata bahwa Rasulullah SAW tidak
mengalami Mi’raj (kenaikan) menuju ke hadirat Ilahi pada tanggal 27 rajab saja,
tetapi sejak beliau lahir dan sejak jam pertamanya, beliau telah diambil oleh
para Malaikat untuk dihiasi dengan Samudra 99 Nama oleh Allah SWT, setiap
Nama adalah satu Samudra.” (Ahl Haq Koleksi 2 Edisi Agustus 2005 hal. 41)
“Pengetahuan dari Tarekat Naqsyabandi adalah pengetahuan
tertinggi yang bisa kalian bayangkan. Pengetahuan ini berasal dari hati
Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq RA. Rasulullah SAW bersabda bahwa beliau
meletakkan segala yang diberikan oleh Allah SWT ke dalam hatinya kepada hati
Abu Bakar, dan seluruh wali tarekat Naqsyabandi mengambil pengetahuan ini dari
hati Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq.” (Ahl Haq Koleksi 2 Edisi Agustus 2005)
“Oleh sebab itu Rasulullah SAW memerintahkan seluruh wali
di seluruh dunia selama 24 jam untuk membantu menolongnya dalam membersihkan
dan menyeimbangkan kebaikan dan keburukan dalam diri setiap orang.” (Ahl Haq
Koleksi 2 Edisi Agustus 2005 hal. 60)
“Sayyidina Uwais RA berkata kepada Sayyidina Umar RA,
“Wahai Umar, sebelum Rasulullah SAW lahir, beliau sudah menyebut umatku, umatku
dalam rahim ibunya, ketika beliau lahir juga disebutkan umatku, umatku dan
demikian pula ketika beliau meninggal.” Rasulullah SAW memohon kepada Allah
SWT, “Aku ingin menjadi perantara bagi umatku, aku ingin menolong umat manusia,
aku ingin menjaga cahaya yang Engkau berikan kepada umat manusia tetap bersih
dan murni. Aku membutuhkan kendali dan kekuatan ini.” Ketika beliau wafat,
Rasulullah SAW menolak untuk wafat kecuali dengan 1 syarat, yaitu beliau harus
bisa membawa seluruh dosa dan beban seluruh umat manusia tanpa kecuali. Dengan
syarat tersebut beliau memohon kepada Allah SWT, “Aku akan datang ke
hadirat-Mu, aklau tidak aku akan tetap tinggal di sini.” Allah SWT menjawab,
“Terserah padamu!”
Kemudian Rasulullah SAW memanggil semua makhluk hidup,
setiap orang dengan namanya masing-masing, baik yang masih hidup atau sudah meninggal
atau bahkan yang belum lahir sampai Hari Pembalasan. Beliau memanggil setiap
ruh secara perorangan. Mereka datang ke hadiratnya dan menerima beliau sebagai
Rasul dan mengucapkan syahadat di hadapannya, lalu bertaubat atas dosa-dosanya
dan menyesalikesalahan mereka. Rasulullah SAW tidak membiarkan seorang pun
pergi tanpa mendapat pengampunan dari Allah SWT. Dengan pengampunan dari Allah
SWT tersebut, beliau berkeringat dan setiap tetes keringatnya melambangkan satu
ruh manusia.
“Jubah itu berisi tetasan keringat atau simbol atau ruh
dari umat manusia yang menjadi beban di pundak Rasulullah SAW. Beliau
menyerahkannya kepadaku sebagai amanat untuk dijaga sampai waktunya nanti, di
mana beliau akan ditanya tentang mereka.” Jubah ini akan diteruskan lewat Mata
Rantai Emas dari satu wali ke wali berikutnya sampai masa kita, dan selanjutnya
akan diserahkan kepada Imam Mahdi AS ketika beliau muncul dan kemudian
diserahkan kepada Nabi Isa AS pada saat kemunculannya.
Sayyidina Umar RA menangis dan berkata, “Orang bodoh
macam apa aku ini yang tidak mengetahui segala macam rahasia ketika beliau
masih hidup? Apakah aku mempelajari sesuatu sekarang, setelah beliau wafat?
Mengapa, wahai Ali RA, mengapa engkau tidak mengatakan kepadaku bahwa engkau
melihat beliau dengan cara seperti itu? Aku akan mendatanginya dan menanyakan
kepadanya ibadah seperti apa yang harus kulakukan agar aku bisa melihatnya
seperti yang engkau lakukan.” Setelah kejadian itu, Sayyidina Umar menangis
terus selama hidupnya.” (Ahl Haq Koleksi 2 Edisi Agustus 2005 hal. 65)
· PENODAAN TERHADAP
AJARAN AGAMA ISLAM
Dalam Jurnal Ahl Haq
Koleksi I, Edisi koleksi (Maret
- Juni 2005), yang diterbitkan oleh Yayasan Haqqani Indonesia, Hisam Kabbani bercerita dalam sebuah tulisan yang berjudul "Wanita Inggris Itu", isi
tulisannya adalah:
“Seorang wanita masuk keruang pertemuan. Berbusana cantik
dan tidak berkerudung. Apakah
beliau yang bernama Syeikh Abdullah qs. Ketika mereka menjawab “ya”, wanita itu
pun menghampiri Grandsyaikh, lalu memeluk, dan memcium beliau, kemudian
menangis. Para ulama yang hadir mulai berbisik-bisik, “Pemandangan macam apa
ini? Dari mana asal wanita itu?
“Kata Grand Syaikh, “Oh anakku, apa yang Nabi SAW katakan
padaku saat ini, aku akan sampaikan padamu. Jika Nabi SAW muncul saat ini - bukan
secara spiritual, tetapi secara nyata bagi semua orang - maka dia akan
memerintahkan kamu persis seperti apa yang aku sampaikan padamu. Ini semua dari
beliau, jika kamu tetap menjaga di jalan itu, maka kamu akan mampu bertemu dan
melihat Nabi SAW. Jangan melihat seorang
muslim, kamu tidak ada urusan dengan mereka. Siapapun yang ingin menjadi
seorang muslim, harus mengikuti tiga kewajiban ini, jika kamu menerimanya, kamu
akan bersama Nabi SAW dan para Awliya-nya,
jangan dengarkan yang lain.”
Pertama, begitu kamu membuka mata saat bangun pagi, ucapkan:
Asy-hadu an lailaaha illalllah washadu anna Muhammadan rasulullah (Aku bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad SAW adalah utusan-Nya).
Kemudian minta ampun kepada Allah SWT dan bacalah berulangkali Astagfirullah,
sebagai pelindung bagimu sepanjang hari agar tidak terjatuh dalam dosa.
Kedua, kamu hanya perlu mengetahui ibadah 5 kali, yaitu
sebelum matahari terbit, siang hari, satu atau dua jam sebelum matahari
tenggelam, ketika matahari tenggelam, dan satu jam setelah matahari tenggelam.
Kerjakan 5 kali sujud saja, satu kali setiap ibadah. Ucapkan “Allahu Akbar” dan
bersujudlah. Ketika sujud katakan “Ya Allah SWT
engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu,
aku beriman kepada-Mu, beriman kepada semua utusan-utusan-Mu, dan beriman
kepada utusan-Mu Muhammad SAW.” Hanya itulah yang perlu kamu ucapkan, tidak
perlu membaca yang lain. Lakukan hal ini pada setiap ibadah 5 kali sehari.
Ketiga, sebelum kamu tidur, katakan di depan tempat tidurmu,
“Ya Allah, ampunilah apapun yang telah aku perbuat sepanjang hari ini. Dan
siapapun yang menyakitiku sepanjang hari ini aku memaafkan mereka semua."
Lalu ucapkan lagi Syahadat 3 x dan
Astagfirullah 3 x.
Inilah yang aku ajarkan pada wanita di Bombay tentang
ibadah selain mengajarinya tentang
spriritualitas. Jika engkau terus mengamalkan hal ini, maka akan dicacat sama
dengan melakukan shalat 5 waktu seperti yang dilakukan oleh semua muslim.
Jangan bertanya pada ulama, jangan dengar kata mereka. Wanita itu menjawab, "Baik Syaikh.” (Ahl
Haq edisi Juni 2005, hal. 29, 30, 31)
Membuat tata cara shalat baru
dan mengajarkannya kepada orang lain adalah sebuah bentuk penodaan terhadap
ajaran Islam dan penghinaan terhadap Allah dan Rasul-Nya, serta pengingkaran
terhadap syariat Islam.
Pernyataan untuk tidak bertanya
kepada para ulama dan jangan mendengarkan apa yang difatwakan oleh ulama,
adalah pernyataan yang sangat merendahkan kedudukan Ulama dalam Islam. Padahal
Allah SWT berfirman bahwa sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya hanyalah Ulama (QS. Faathir [35] ayat 28), dan Rasulullah SAW
telah menyatakan bahwa Ulama adalah pewaris para Nabi.
Dalam buku MUHASABAH, Nilai
Seseorang Berhubungan Dengan Cara Dia Menilai Waktunya hal. 34-36 dikatakan,
“Malam itu aku shalat malam. Aku kembali berwudhu, dan
shalat dua rakaat. Aku duduk bertafakur, menghubungkan diriku lewat perantaraan
syaikhku kepada Nabi SAW. Aku melihat Nabi SAW mendatangiku bersama 124.000
sahabat-sahabat beliau. Beliau mengatakan, ”Wahai anakku, aku lepaskan seluruh
kekuatanku dan kekuatan 124.000 sahabat-sahabatku dari hatiku. Katakan pada
pamanmu dan pengikutnya di desa ini untuk pindah ke Turki segera.”
Kemudian Nabi SAW memelukku dan aku merasakan diriku
hilang dalam diri Nabi SAW. Begitu hal itu terjadi aku melihat diriku terangkat
sebagaimana Nabi melakukan perjalanan malamnya (Isra’ Mi’raj). Aku melihat
diriku menaiki Buraq yang mengantarkan Nabi SAW. Aku juga melihat diriku
sendiri mengalami sebuah maqam ’Sejarak dua busur panah’ [53:9],dimana yang
kulihat hanyalah Nabi SAW dan bukan diriku sendiri.
Aku merasakan diriku menjadi sebuah bagian dari
keseluruhan Nabi SAW. Lewat kenaikan itu, aku menerima kenyataan bahwa Nabi SAW
memasukan ke dalam hatiku apa yang beliau terima dalam Malam Kenaikan (Isra’
Mi’raj). Segala macam pengetahuan yang masuk dalam hatiku berupa kata-kata yang
bercahaya, berubah warnanya mulai dari hijau kemudian ungu. Pemahaman-pemahaman
yang diberikan itu tidak terukur besarnya.
Aku mendengar sebuah suara yang berasal dari Hadirat
Ilahi yang mengatakan,”Mendekatlah, wahai hamba-Ku, menuju Hadirat-Ku.” Begitu
aku mendekat melalui Nabi SAW, segalanya menjadi hilang, bahkan realitas
spiritual Nabi SAW pun lenyap.Tidak ada yang eksis kecuali Tuhan, Dia yang Maha
Kuasa dan Yang Maha Agung.”
Kembali aku mendengar sebuah suara dari seluruh
Sifat-Sifat dan Nama-Nama-Nya yang bercahaya dalam Hadirat-Nya, ’Wahai
hamba-Ku, kini saatnya maqam penghidupan melalui Nabi SAW setelah menjadi fana,
muncul serta hidup kembali dalam Hadirat Ilahi, dihiasi dengan ke-99
Sifat-Sifat. Aku melihat diriku di dalam diri Nabi SAW dan muncul di dalam
setiap ciptaan yang eksis berkat Kekuatan Tuhan. Itu membawa kami pada maqam di
mana kami mampu menyadari bahwa ada jagad-jagad lain selain jagad ini, dan di
sana ada berbagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Agung. Kemudian
kurasakan pamanku mengguncang-guncang pundakku sambil mengatakan,”Anakku, sudah
waktunya shalat Subuh.”
Aku shalat di belakang beliau bersama 300 penduduk desa
yang berjamaah bersama kami. Selesai shalat, pamanku berdiri dan mengatakan,
”Kami telah meminta keponakan kami untuk melekukan konsultasi spiritual.”
Setiap orang tak sabar mendengar apa yang telah aku peroleh. Namun kemudian
pamanku berkata, ”Dia dibawa menuju hadirat Nabi SAW dengan kekuatanku. Nabi
telah memberi ijin kita untuk hijrah ke Turki. Lalu beliau membawa keponakanku
menuju maqam-maqam sampai ke maqam ’Dengan jarak dua dua busur panah’ [53:9].
Nabi SAW juga membawanya menuju sebuah maqam Pengetahuan di mana Nabi SAW belum
pernah membukanya bagi Awliya mana pun,termasuk aku sendiri. Kenaikannya adalah
sebuah petunjuk bagi Awliya dulu dan yang akan datang, dan sebuah kunci untuk
membuka Samudra Pengetahuan dan Kebijaksanaan.”
Aku berkata pada diriku sendiri, ”Pamanku bersamaku dalam
peristiwa penglihatan itu dan dengan kekuatan beliaulah aku menerima
penglihatan itu.”
Bermimpi bertemu dengan
Rasulullah SAW sangat dimungkinkan bagi orang-orang yang Alah kehendaki, akan
tetapi tidak untuk orang-orang yang mengajarkan kesesatan dan mengkhayal dengan
berbagai macam cerita untuk meyakinkan pengikutnya.
Masih dalam buku MUHASABAH
hal. 41-43 dikatakan,
“Syaikh Abdullah bercerita dalam sebuah insiden yang
terjadi selama pengabdian beliau dalam kemiliteran Ottoman, ”Aku menjumpai
ibuku hanya dalam waktu satu atau dua minggu. Lalu mereka mengambilku untuk
berperang dalam Safar Barlik di Dardanelles. Suatu hari ada serangan dari
musuh, dan kami 100 orang tertinggal di belakang untuk mempertahankan wilayah
perbatasan. Aku adalah seorang penanda yang ulung, mampu memukul sebuah ancaman
dari jarak jauh. Kami tidak mampu mempertahankan posisi kami di bawah serangan
yang tajam. Aku merasakan sebuah peluru menembus jantungku, aku pun terjatuh di
tanah.
Ketika aku terbaring sekarat, aku melihat Nabi SAW
menghampiriku. Beliau berkata,”Oh anakku, engkau ditaqdirkan untuk meninggal di
sini, namun kami masih memerlukanmu di bumi ini, baik secara spiritual maupun
pisik. Aku datang padamu untuk menunjukkan bagaimana seorang manusia meninggal
dan bagaimana malaikat mengambil nyawa.” Beliau memberiku penglihatan di mana
aku melihat rohku mulai meninggalkan tubuhku, dari sel ke sel berawal dari ibu
jari kakiku. Begitu kehidupan dilepaskan, aku dapat melihat berapa banyak
sel-sel dalam tubuhku. Fungsi-fungsi setiap sel, dan penyembuh setiap penyakit
dari setiap sel dan aku juga mendengar zikir di setiap sel itu.
Begitu rohku mulai bergerak meninggalkan tubuh, aku
mengalami apa yang aku rasakan ketika meninggal dunia. Aku dibawa melihat
berbagai saat kematian: kepedihan, kemudahan dan kematian yang sangat
membahagiakan. Nabi SAW mengatakan, “Engkau termasuk orang yang meninggal
dengan keadaan bahagia.” Aku menikmati kematian itu, karena hal itu membuatku
memahami ayat Quran, ’Kami adalah milik Allah SWT dan pada-Nya kami
kembali.’(2:156).
Penglihatan itu berlanjut sampai aku mengalami saat rohku
sampai pada napas terahir. Aku melihat malaikat maut datang dan mendengar
pertanyaan-pertanyaan yang dia ajukan. Segala macam penglihatan bagi orang yang
sedang sekarat aku alami, namun aku masih dalam keadaan hidup, sehimgga aku
dapat memahami rahasia segala tingkatan itu.
“Aku melihat rohku memandang ke bawah pada jasadku, dan
Nabi Muhammad SAW mengatakan padaku, “Kemarilah!” Aku menemani Nabi SAW dalam
sebuah penglihatan akan ketujuh surga. Aku melihat apa pun yang Nabi SAW
inginkan aku melihatnya di dalam tujuh surga-surga itu. Beliau mengangkatku
pada maqam kebenaran di mana aku melihat nabi-nabi, semua awliya, seluruh
syuhada dan kaum yang lurus imannya.
Beliau mengatakan, “Oh anakku, sekarang aku akan
membawamu melihat siksaan-siksaan
neraka.” Di sana aku melihat semua yang Nabi SAW pernah sebutkan dalam
hadits-hadits dan sabda beliau tentang siksaan-siksaan neraka. Aku pun berkata,
“Ya Nabi, engkau lah yang dikirim sebagai wasilah bagi umat manusia, adakah
cara agar mereka dapat terselamatkan?” Beliau menjawab, “Anakku, dengan
syafaatku mereka dapat terselamatkan. Aku menunjukkan padamu, takdir dari kaum
yang aku tidak mempunyai kekuatan untuk campur tangan atas mereka.”
Nabi SAW berkata, ”Anakku, kini aku kambalikan kamu ke
dunia dan ke dalam tubuhmu.” Begitu Nabi SAW mengatakan hal itu, aku melihat ke
bawah dimana terlihat tubuhku telah mambengkak. Aku pun berkata kepada Nabi
SAW, ”Ya Nabi Allah SWT, lebih baik aku di sini bersamamu, aku tidak mau
kembali. Aku bahagia bersamamu dalam Hadirat Ilahi. Lihatlah dunia itu. Aku
sudah pernah di sana dan sekarang aku telah meninggalkannya. Mengapa harus
kembali? Lihat, tubuhku sudah membengkak.” Nabi menjawab,”Oh anakku, engkau
harus kembali. Itulah tugasmu.”
Atas perintah Nabi SAW, aku kembali pada tubuhku,
meskipun aku tidak menginginkannya. Aku melihat peluru telah menyatu dalam
daging, dan pendarahan telah berhenti. Begitu aku memasuki tubuhku dengan lembut,
penglihatan itu pun berakhir. Aku melihat para dokter di medan peperangan
sedang mencari mereka yang masih hidup
di antara yang telah gugur. Salah seorang berteriak “Yang itu masih hidup!”Aku
terlalu lemah untuk bergerak atau pun berbicara, sampai aku menyadari bahwa
tubuhku telah tergeletak di sana selama 7 hari. Mereka membawa dan merawatku,
sampai kesehatanku pulih.
Mereka mengembalikan pada pamanku. Begitu aku bertemu,
beliau mengatakan,”Oh, anakku, apakah kamu menikmati kunjunganmu?”Aku tidak menjawab
”Ya”ataupun ”Tidak” karena aku tidak tahu yang mana yang dimaksud pamanku,
kunjungan kemiliteran atau kunjungan bersama Nabi SAW?”Aku pun sadar bahwa
beliau mengetahui segala hal yang telah terjadi padaku. Aku pun langsung
menghampirinya dan mencium tangan beliau sambil berkata, ”Oh syaikhku, aku
harus mengakui bahwa aku tidak ingin kembali. Namun Nabi SAW mengatakan bahwa itulah tugasku.”
Tidak ada seorang manusia pun
yang bisa mengulur-ulur atau menangguhkan ajal atau kematian. "Tidak
bisa ditangguhkan sesaat pun atau dimajukan." Di samping itu,
merupakan bentuk penghinaan yang besar ketika mengklaim diri mendapat titah
langsung dari Rasulullah SAW sebagai penerus risalahnya.
Dalam buku Ahl Haq Koleksi
1 hal. 6 dikatakan,
“Murid itu pergi dari rumah Syaikh dengan perasaan
terluka dan berpikir, “Bagaimana caranya agar aku bisa diterima Syaikh. Dengan
karakter seperti apa?” Keesokan harinya ilham datang pada hatinya dan dia pun
kembali mendatangi Syaikh. “Oh Syaikh, terimalah aku sebagai seekor babi di
pintumu.” Syaikh pun menjawab, “Ya, yang itu aku belum punya. Masuklah, aku
menerimamu.”
Seperti apakah seekor babi bagi pemahaman sufi? Yaitu dia
yang memakan kotoran orang lain. Dia yang menjaga agar saudara-saudaranya tetap
bersih dan melindungi mereka. Itulah arti seekor babi di pintu Syaikh.”
Islam mengajarkan itsar atau
lebih mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan dirinya sendiri.
Akan tetapi bagaimana mungkin seorang Muslim hanya membersihkan saudara atau
orang lain, sedangkan dirinya sendiri masih berada dalam keadaan kotor. Inti
dari ajaran Islam adalah mengajarkan kita untuk bersih dan kemudian mengajak
orang lain kepada kebersihan.
Dalam buku Ahl Haq Koleksi
1 hal. 57 dikatakan,
“Ketika kalian meninggal, kalian masih mempunyai
keinginan dan belum menyerah secara total. Nabi SAW bersabda bahwa ketika
seseorang meninggal dan kalian memandikannya dengan air dingin, maka jasad itu
akan mengatakan, “Ini terlalu dingin. Buatlah hangat sedikit.” Jika terlalu
panas, jasad itu pun mengatakan, “Buatlah agak dingin sedikit.” Dan jika kalian
menggosok mayat itu dengan kasar, dia pun bisa merasakan sakit. Itulah mengapa
Nabi SAW mengatakan, “Sayangilah jasad orang mati, karena meskipun tidak bisa
bicara, dia bisa merasakan.”
Apabila sesorang meninggal
dunia maka ruhnya berpisah dari jasadnya dan jasadnya itu berubah menjadi mayat
yang tidak berdaya apapun. Oleh karena itu, Islam mengajarkan kepada keluarga dan
sesama Muslim untuk mengurusnya.
Dalam buku Ahl Haq Koleksi
2 Edisi Agustus 2005 hal. 73 dikatakan,
“Abdullah Effendi, aku tahu engkau mampu hidup tanpa
makan sampai Kiamat nanti. Engkau mempunyai kekuatan surgawi dan tidak akan
pernah merasakan lapar.”
Tidak akan ada seorang pun
yang mampu menahan lapar atau berumur sampai hari Kiamat tiba. Rasul sekalipun
tetap membutuhkan makan untuk menyambung hidupnya dan beribadah kepada Allah.
Dalam buku Ahl Haq Koleksi
2 hal. 10 dikatakan,
“Jika kalian mencapai Maqam Cinta sebagaimana yang telah
dicapai para Awliya, maka syirik tidak ada artinya. Inilah yang gagal
dimengerti oleh para ulama terhadap keberadaan para Wali. Ini adalah kesalahan
yang dibuat para ulama dulu dan masih berlanjut sampai sekarang. Mereka
mengatakan, “Syaikh itu musyrik dan mengatakan sesuatu yang tidak bisa diterima.”
Karena syaikh itu tidak sedang berada di maqam yang biasa. Dia sedang berada di
Maqam Cinta.”
Islam mengajarkan bahwa syirik
adalah dosa besar yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT apabila terbawa mati
atau belum beraubat ketika di dunia ini atau semasa hidupnya. Ajaran ini sudah
termaktub dalam al-Qur’an dan tidak dapat diragukan lagi dengan alasan apapun
juga.
Adapun pedodaan lainnya terhadap ajaran/syariat Islam yang ada dalam ajaran
Tarekat Naqsybandi Haqqani ini adalah sebagai berikut:
“Hari Kiamat akan terjadi setelah 50 tahun ini dan
ditambah 40 tahun kemudian. Semuanya akan berakhir dalam 90 tahun dari
sekarang. Melaui rahmat yang telah disandangkan kepada Rasulullah SAW, seluruh
dosa manusia akan dihapuskan. Grandsyaikh berkata bahwa walaupun setiap orang
mempunyai 400 milyar dosa, semuanya akan dihapuskan, walaupun jumlahnya
mencapai jumlah seluruh ciptaan Allah SWT yang meliputi alam semesta dan
makhluk-Nya. Dengan mudah semuanya dapat dihilangkan oleh Samudra Rasulullah
SAW, seolah-olah tidak ada dosa-dosa yang telah menyentuh kalian.” (Ahl Haq
Koleksi 2 Edisi Agustus 2005 hal. 30)
“Ketika beliau baru berusia 1 jam, Rasulullah SAW
bertanya kepada Allah SWT seolah-olah beliau melihat-Nya, “Wahai Tuhanku,
bagaimana dengan umatku? Apakah Engkau akan membasuh umatku dengan air dari
sungai ini (sungai Kautsar)? Jika tidak, aku tidak mau dibasuh sendiri.” (Ahl
Haq Koleksi 2 Edisi Agustus 2005 hal. 32)
“Umat ini adalah umat dari para hamba; dan hamba adalah
hamba, budak adalah budak! Tidak ada perbedaan antara Muslim, Kristen, yahudi,
Buddha, maupun Hindu! Mereka semua adalah hamba di hadapan Allah SWT dan
Rasulullah SAW melihat mereka sebagai seorang manusia dan membawanya
bersamanya.” (Ahl Haq Koleksi 2 Edisi Agustus 2005 hal. 35)
“Bahkan, jika sekarang kita mengakui adanya perbedaan,
dengan mengatakan, bahwa orang ini adalah orang yang beriman, sedangkan itu
adalah orang-orang kafir, penilaian ini sesungguhnya milik Tuhanmu. Jangan
bicara mengenai perilaku buruk seseorang, atau mengenai kekafiran, atau inovasi
(bid’ah), itu semua bukan urusanmu.” (Ahl Haq Koleksi 2 Edisi Agustus 2005
hal. 43)
“Untuk alasan itulah Nabi SAW mengatakan, “Berkontemplasi
selama satu jam adalah lebih baik daripada 70 tahun ibadah. Berarti apa yang
dicapai dalam meditasi tidak bisa dicapai dengan hanya ibadah, karena Iblis
juga menyibukan diri dengan ibadah terus-menerus, tidak ada bagian dari surga
dan bumi tersisa tanpa bekas dari sujud mereka. Namun pada akhirnya Iblis gagal
akibat ego pemberontakannya. Hanya karena satu perintah Tuhan yang tidak dia
patuhi menjadikannya jatuh dalam kehinaan.” (Ahl Haq Koleksi 2 Edisi
Agustus 2005 hal. 26)
· PENYEBARAN AJARAN DAN DOKTRIN MENYESATKAN DENGAN
MENGATASNAMAKAN ISLAM
Dalam tulisan Hisam Kabbani yang berjudul “Pikiran
Buruk," tertulis
doktrin Tarekat Naqsybandi terhadap para pengikutnya, yaitu:
Suatu hari Mawlana Syeikh Nazhim berkata, “saat yang membahagiakan bagi seorang syeikh
bukanlah ketika melihat muridnya ibadah, zikir, menghadiri Suhbah, ataupun
puasa. Namun ketika beliau melihat ke dalam hati muridnya, dan tidak
ditemukannya prasangka buruk akan syeikhnya.” (Ahl-Haq, edisi Juni 2005,
hal. 17)
Dalam tulisan yang lain dengan
judul "Khalwat: Perintah Untuk Diikuti Dan Dukungan Dari Allah,"
terdapat doktrin lain yang menyatakan:
“Dalam thorikat, dengarkanlah apa yang dikatakan syaikh,
walaupun beliau menyuruh menggali bumi lapisan ke 7 dengan sekop patah, kalian
harus menggali. Jangan katakan, “tidak.” Jangan gunakan akal kalian dan berkata, “itu mustahil." ............
“Jika Syaikh mengatakan, "Anakku, pergilah ke laut itu, kosongkan air laut
dengan sebuah gelas atau sebuah ember. Amanat kalian ada di dasar lautan.” Maka
kalian harus mengosongkan lautan itu, duduk di sana dan bawa satu ember, lalu
kalian katakan, “Syeikh menyuruh saya mengosongkannya, maka aku akan
mengosongkannya.” Bahkan jika kalian mengosongkan dari sini dan airnya kembali
lagi dari belakang, itu tidak masalah. Kalian telah melaksanakan perintah - Itha’atul
Mursyid (ketaatan pada mursyid).
Jika kalian taat pada syaikh, maka kalian pun taat pada Nabi SAW dan
taat pada Allah SWT.
Dan Syaikh Al Bani ra. Berkata, “Sesungguhnya Allah SWT
menurunkan bala bencana pada akhir Rabu bulan Shafar (wakesan) antara langit
dan bumi. Bola bencana diambil oleh Malaikat yang ditugaskan untuknya dan
diserahkan kepada Wali Qutub al-Ghawts, lalu wali tersebut membagi-bagikannya
ke seluruh alam semesta; maka apa yang terjadi di muka bumi ini, baik kematian,
musibah, atau kesulitan, dan sebagainya adalah bagian dari bala bencana yang dibagi-bagikan
oleh Wali Qutub tersebut." (Ahl Haq, edisi Maret 2005, hal. 68-69)
Sungguh luar biasa hebat Wali
Qutub al-Gawts ini, kekuasaannya sudah sama dengan kekuasaan Allah. Pencitraan
dengan mukjizat dan karomah yang dimiliki oleh para pemimpinnya akan membuat
takjub dan menimbulkan fanatisme bagi para pengikut setianya. Keyakinan semacam
ini sudah menyimpang dari ajaran Islam dan sudah termasuk musyrik kepada
Allah SWT.
Dalam Ahl Haq Koleksi 2
edisi Juli – Oktober 2005 pada yang berjudul, “Hikayat “Orang Gila”
(bagian II)” dikatakan,
“Ketika Sayyidina Umar ra, Khalifah Kedua wafat, dua
malaikat maut mendatangi beliau. “Siapa Tuhanmu?” Sayyidina Umar RA mempunyai
watak yang keras dan beliau diam saja ketika pertanyaan itu diajukan. “Apa
agamamu?” Beliau tetap diam. “Apa kitabmu?” Tetap tidak ada jawaban. Akhirnya
mereka harus membawa beliau menuju neraka.
Sayyidina Umar ra berkata, “Aku tidak mendengar apa yang
kau ucapkan, mendekatlah ke sini!” Mereka mendekat dan mengulang pertanyaan
tadi. “Aku masih belum mendengar...lebih dekat lagi!” Maka Malaikat Munkar
mendekat dan bertanya lagi, “Siapa Tuhanmu?” Sayyidina Umar ra segera
mengepalkan tangan dan memukul tepat di mata Malaikat Munkar as. Para Awliya
mengatakan bahwa Malaikat Munkar as hanya memiliki satu mata saja, itu akibat
dipukul oleh Sayyidina Umar ra.”
“Seperti ketika
seorang murid Sayyidina Abdul Qadir Jailani meninggal, dia dikunjungi 2
malaikat dan bertanya, ‘Siapa Tuhanmu? Murid itu menjawab, ‘Abdul Qadir
Jailani.’ ‘Siapa Nabimu?’ Dijawab, ‘Abdul Qadir Jailani.’ ‘Apakah agamamu?’
Dijawab, ‘Abdul Qadir Jailani.’ ‘Tempatmu di neraka!’ Ke mana lagi tempat yang
cocok bila seluruh pertanyaan dijawab dengan Abdul Qadir Jailani.’
Seketika itu Sayyidina Abdul Qadir Jailani muncul dan
mengatakan, “Siapa yang memberi kalian izin membawanya ke neraka? Dia telah
menyebut namaku, paling tidak tanyalah dulu padaku! Aku tidak jauh, dia adalah
muridku, jika mau menanyainya, tanyalah aku. Jangan memberi dia siksa kubur
tanpa memberi kesempatan meminta dukungan. Hal ini sama dengan menghina aku,
aku wakil Nabi Muhammad SAW!”
Kedua malaikat itu takut pada Syaikh Abdul Qadir Jailani.
Mereka tidak ingin kena pukulan lagi seperti yang pernah dilakukan oleh
Sayyidina Umar pada mereka.”
Kisah ini persis seperti yang
dikatakan orang-orang kafir Quraisy bahwa mereka sanggup mengalahkan para
malaikat penjaga neraka. Padahal, kekuatan apakah yang dimiliki oleh manusia di
akhirat kelak.
Dalam buku MUHASABAH, Nilai
Seseorang Berhubungan Dengan Cara Dia Menilai Waktunya, hal. 31 dikatakan
bahwa Syaikh Syarafuddin ad-Dagestani, Imam Tarekat Naqsyabandi pernah berkata
mengenai keponakannya – yang menjadi tokoh Sufi Haqqani, yaitu Syaikh Abdullah
Faiz ad-Dagestani - :
“Bayi lelaki yang sedang engkau kandung tidak mempunyai pelindung
di hatinya. Dia akan mampu melihat kejadian yang telah atau akan terjadi. Dia
akan menjadi salah seorang yang dapat membaca pengetahuan tak terlihat,
langsung dari Lauh Mahfuz. Kelak dia akan menjadi seorang ‘Sultan al-Awliya.’
Di antara para awliya, dia akan dijuluki ‘Pemimpin Umat Muhammad.’ Dia akan
menyempurnakan kemampuan bersama Tuhannya sekaligus bersama umat dalam waktu
yang bersamaan. Dia akan mewarisi rahasia dari Nabi SAW ketika beliau bersabda,
‘Aku mempunyai satu wajah menghadap pada Sang Pencipta, dan satu wajah
memandang pada ciptaan-ciptaan-Nya dan aku mempunyai satu jam dengan Sang
Pencipta dan satu jam bersama ciptaan-Nya.”
Perkataan seperti ini adalah ucapan
para dukun, yang mengaku bisa meramalkan sesuatu yang akan terjadi. Seorang
Nabi kadang bisa melakukan itu karena bantuan Allah melalui wahyu, maka apabila
ada orang yang memiliki kemampuan seperti ini, kemungkinan besar dia mendapat bantuan
dari Jin.
Dalam buku Ahl Haq vol.
9 hal. 52 dikatakan,
“Deskripsi kedua dari awliyaullah adalah ketika mereka
bepergian, apapun kepentingannya, awliya harus meminta izin terlebih dahulu
kepada Nabi SAW. Dan inilah sebabnya, mengapa murid-murid dari seorang wali
harus meminta izin dari syekh mereka ketika mereka ingin bepergian sehingga beliau
akan memintakan izin atas nama mereka kepada Nabi SAW. Jika kita tidak meminta
izin, mereka tidak akan melindungi kita atas segala sesuatu yang mungkin
terjadi. Sekarang bila kalian ingin bepergian, orang-orang akan menyuruh kalian
untuk membeli asuransi. Tetapi mereka tidak akan menjaminnya. Mereka hanya
membayar saja. Jika kalian meninggal, ya sudah, mereka akan membayar klaimnya
kepada ahli waris. Tetapi bila kalian minta izin kepada Nabi SAW, mereka akan
memastikan bahwa kalian aman....”
Inilah di antara yang disebut
sebagai penisbatan batil kepada Rasulullah SAW, sehingga merasa derajatnya sama
dengan beliau.
Dalam buku, KEMATIAN,
Persiapan Menjemput Maut hal. 85 dikatakan,
“Aku melihat rohku memandang ke bawah pada jasadku, dan
Nabi Muhammad SAW mengatakan padaku, “Kemarilah!” Aku menemani Nabi SAW dalam
sebuah penglihatan akan ke tujuh surga. Aku melihat apa pun yang Nabi SAW
inginkan aku melihatnya di dalam tujuh surga-surga itu. Beliau mengangkatku
pada maqam kebenaran di mana aku melihat nabi-nabi, semua awliya, seluruh
syuhada dan kaum yang lurus imannya.
Beliau mengatakan, “Oh anakku, sekarang aku akan
membawamu melihat siksaan-siksaan
neraka.” Di sana aku melihat semua yang Nabi SAW pernah sebutkan dalam
hadits-hadits dan sabda beliau tentang siksaan-siksaan neraka. Aku pun berkata,
“Ya Nabi, engkau lah yang dikirim sebagai wasilah bagi umat manusia, adakah
cara agar mereka dapat terselamatkan?” Beliau menjawab, “Anakku, dengan
syafaatku mereka dapat terselamatkan. Aku menunjukkan padamu, takdir dari kaum
yang aku tidak mempunyai kekuatan untuk campur tangan atas mereka.”
Cukuplah penjelasan Rasulullah
SAW dalam hadits qudsi menyatakan bahwa Allah SWT akan mempersiapkan surga bagi
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, yaitu sebuah tempat yang belum
pernah dilihat sebelumnya, belum pernah didengar oleh telinga dan belum pernah
terbetik di dalam hati manusia.
Dalam buku, Kunci Kerajaan
Langit hal. 74 dikatakan,
“Para wali seperti roket – bahkan lebih baik dari
pesawat. Mereka mengangkat para pengikut mereka bersama mereka, melampaui hukum
atau dalilnya ilmu fisika dan membawa para pengikutnya ke hadirat Nabi SAW
setiap malam selama shalat malam yang khusus 12 – mereka menghadirkan setiap
orang selama tiga atau lima menit. Mereka tidak diberi waktu lebih dari itu.
Setiap wali mempunyai waktu sesuai dengan apa yang telah dia berikan. Ini sama
halnya dengan saat ini –ketika kamu menemui seorang presiden kamu akan memiliki
waktu yang terbatas, sesuai dengan waktu yang dia berikan padamu, dan setelah
itu dia melanjutkan pekerjaannya. Para wali menghadirkan para pengikutnya dalam
waktu yang terbatas di hadirat Nabi SAW, dan tidak menegakkan atau mengangkat
kepala mereka, hingga semua pengikut mereka telah dibersihkan.”
Inilah salah satu upaya
menanamkan doktrin sesat supaya para pengikutnya taat dan taklid buta kepada
mereka. Para sahabat saja yang pernah sezaman dan bertemu dengan Nabi SAW tidak
ada yang hebat seperti ini.
Dalam buku Ahl Haq Koleksi
1 hal. 16 diakatakan,
“Ini bukan kata-kata saya, ini adalah pidato langit. Saya
pun tak tahu apa yang tengah saya ucapkan, tetapi mereka mengirimkan dan
memancarkannya melalui diri saya dari tempat sederhana ini ke seluruh dunia.
Terserah kalian untuk mendengarkannya.”
Untuk mendapat kepercayaan
dari para pengikutnya, maka cirri khas ajaran sesat adalah menisbatkan setiap
perkataan yang keluar dari mulutnya sebagai sesuatu yang di luar kesadarannya. Apabila
Rasul mengatakan wahyu yang diberikan Allah, maka para penyesat agama hanya
berpura-pura atau memang di luar kesadarannya alias gila.
Dalam buku Ahl Haq Koleksi 2
Edisi Oktober 2005 hal. 19 dikatakan,
“Tip untuk berada pada kelompok ini adalah: “Tidak ada
pertanyaan di dalam tarekat.” Bertanya akan mengurangi keyakinan kalian. Kalian
ikuti dan kalian taati dan kalian akan beroleh pahala penuh dari itu (sekali
pun Syaikh yang kalian ikuti mungkin salah). Latihan dalam tarekat ini bermula
dari tidak bertanya.”
Islam mengajarkan untuk
bertanya kepada ahlinya kalau kita tidak tahu. Mungkin tarekat ini ingin meniru
kisah bani Israel dengan Nabi Musa as. Apakah lazim seorang yang salah kita
ikuti dan kita tidak bertanya kepadanya. Ini adalah salah satu doktrin untuk
menutupi semua kesalahan-kesalahan dalam ajarannya.
Adapun ajaran dan diktrin sesat lainnya yang ada dalam ajaran Tarekat
Naqsybandi Haqqani ini adalah sebagai berikut:
“Awliya asal Mesir, Ahmad ar-Rufa’i al-Kabir datang ke
makam Nabi SAW dan mengatakan, “Inilah sang pemerintah para hantu sedang
bertemu dengan manusia yang paling nyata! Mohon ulurkan tanganmu agar aku dapat
menciumnya.” Dari makam Nabi SAW, sebuah tangan putih mulai muncul dan
Sayyidina Ahmad menciumnya 3 kali. Setiap beliau menciumnya, Nabi SAW
mentransfer pengetahuan dari hatinya pada hati Ahmad. Tiga samudra pengetahuan
pun telah dialirkan pada beliau.” (Ahl-Haq Koleksi 2 hal. 16)
“Syaikh Syamsuddin Habib
Allah Jan-i-Janan al-Mazhar adalah matahari dari kebahagiaan abadi.
Beliau adalah kekasih Allah Yang Maha Kuasa dan Tinggi. Beliau adalah jiwa bagi
para hamba Penegak Kebenaran dan esensi dari jiwa para hamba yang merasakan.
Beliau adalah Ka’bah dari para orang beriman dan salah satu dari bendera panji
Rasulullah SAW yang mulia. Beliau mengangkat agama Muhammad SAW dan
membangkitkan Thariqat Naqsyabandi.” (Ahl Haq Koleksi 2 hal. 20)
“Sesaat sebelum beliau meninggal, Syaikh Jan-i-Janan
sedang berada dalam keadaan emosional dan cinta yang begitu besar kepada Allah
SWT. Beliau mengalami ketidak senangan yang luar biasa karena terlalu lama
hidup di dunia yang fana ini. Beliau menghabiskan sisa hidupnya dalam
kontemplasi yang intensif. Ketika ditanya, beliau akan berkata bahwa dirinya
dalam keadaan Fana dan Baqa di dalam Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Tinggi.
Beliau menambah jumlah dzikir menjelang hari akhir beliau. Ini menyebabkan
munculnya cahaya yang begitu kuat dan menarik perhatian banyak orang, ribuan
dan ribuan para pencari memasuki jalan ini.” (Ahl Haq Koleksi 2 hal. 28)
“Sebelum Grandsyaikh Abdullah wafat, beliau menulis dalam
wasiatnya, “atas perintah Nabi Muhammad SAW, aku telah melatih dan meningkatkan
ilmu penerusku, yaitu Nazhim Effendi dan memerintahkan dia dalam berbagai
khalwat dan latihan, maka aku menunjuk dia sebagai penerusku...” (Ahl Haq
Koleksi 2 hal. 53)
“Hati kita tidak akan pernah terhubung pada hadirat Allah
SWT tanpa ada perantara, untuk itu Allah SWT mengirim Nabi, kemudian para
Awliya sebagai perantara.” (Ahl Haq Koleksi 2 hal. 64)
“Saya (Mawlana Syaikh Hisam Kabbani) dan saudara saya,
biasa meminum urin (air kencing) Mawlana syaikh Nazhim, bahkan kami
mengusap-usap botol penampungan urin Grandsyaikh dan Mawlana Syaikh dan meminum
sampai tak tersisa urin di botol itu.” (Ahl Haq Koleksi 2 Edisi Oktober 2005
hal. 5)
“Siapa yang menerima imam seperti Mawlana Syaikh Nazhim
dan mengambil bay’at dari beliau, mereka akan dipanggil ketika Allah SWT
mengatakan, “Wahai hamba-Ku Nazhim, datanglah! Dan kita semua akan datang
bersama beliau. “Aku tidak akan menanyai mereka, Aku akan menanyaimu.” Kemudian
Allah SWT akan menanyakan tentang semua yang mengambil bay’at dan siapa pun
yang mencintai beliau.” (Ahl Haq Koleksi 2 hal. 67)
“Jika tidak memiliki imam dan tidak berbay’at pada siapa
pun, mereka akan tetap tinggal di neraka sampai Nabi SAW mengeluarkan mereka.”
(Ahl Haq Koleksi 2 hal. 68)
“Laylat al-Raghaib, “Malam Permintaan yang Sakral,” yang
merupakan salah satu malam yang paling penting dalam sejarah Islam dan bagi
seluruh umat manusia. Ini adalah malam di mana Rasulullah SAW ditransfer dari
ayahnya kepada rahim ibunya dan jatuh pada hari Jumat pertama di bulan rajab.
Semua yang kalian minta di malam ini akan dikabulkan oleh Allah SWT demi
kemuliaan Nabi Muhammad SAW.” (Ahl Haq Koleksi 2 Edisi Agustus 2005 hal. 2)
“Grandsyaikh dan Mawlana Syaikh Nazhim berkata bahwa
setelah Rasulullah SAW dihiasi dengan semua tingkat ini, segala dosa dan
perilaku buruk yang berasal dari umatnya, walaupun dosa setiap orang tidak
terhitung lagi jumlahnya, bahkan jika dosa itu menyamai jumlah umat Rasulullah
SAW –yang menurut ajaran sufi jumlahnya mencapai 400 milyar- bagi Rasulullah
SAW itu sama saja, bagaikan sesuatu yang dibersihkan dengan segelas air.
Seperti itulah cahaya yang telah diberikan Allah SWT kepada Rasulullah SAW
sehingga beliau dapat membersihkan seluruh dosa tersebut dan memberi manfaat
kepada umatnya seolah-olah semuanya tidak terjadi.” (Ahl Haq Koleksi 2 Edisi
Agustus 2005 hal. 29)
“Setelah Rasulullah SAW menerima umatnya dengan cahaya
mereka, dan setelah Allah SWT menunjukkan dosa-dosa yang akan mereka lakukan,
Rasulullah SAW meminta beberapa pembantu. Dengan segera Allah SWT memberinya
7.007 wali Naqsyabandi untuk membantu beliau membersihkan umatnya. Di antara
mereka terdapat 313 wali yang tingkatannya tinggi. Dan di antara mereka
terdapat 40 guru besar dari Mata Rantai Emas, jalan kita menuju Rasulullah SAW.
Keempat puluh guru besar kita mencoba melakukan yang terbaik untuk membersihkan
setiap orang dari dosa-dosanya melalui cahaya yang telah diberikan Allah SWT ke
dalam hati mereka. Kalian beruntung bahwa kalian berada di tangan salah satu
guru besar tersebut, guru besar terakhir dalam mata rantai ini, guru yang
keempat puluh.
Apakah Kautsar itu? Menurut riwayat tertulis, Kautsar
adalah nama sebuah sungai di surga, tetapi menurut pemahaman dan pengetahuan
sufistik, Kautsar adalah nama salah satu Grandsyaikh. Gransyaikh itu, dengan
air di mana Allah SWT membuat simbol dengan namanya dapat menghilangkan
dosa-dosa semua pengikutnya, dan menghadirkan mereka dalam keadaan bersih
kepada Rasulullah SAW setiap malam. Itulah sebabnya kalian harus bergembira
karena kalian telah terhubungkan dengan salah satu guru besar yan agung dalam
Mata Rantai Emas ini.
Grandsyaikh dan Mawlana Syaikh Nazhim bertanya, “Mengapa
Allah SWT memberi ke-Nabian kepada Rasulullah SAW? Apakah hanya untuk dirinya
sendiri?” Grandsyaikh berkata, “Tidak!” Allah SWT telah memberinya kekuatan dan
menghiasinya dengan Atribut dari ke99 Nama dan semua cahaya ini untuk umatnya
juga, agar Rasulullah SAW dapat menyandangkan kita semua dengan cahaya dan
atribut yang sama, beliau membagi semua atribut itu kepada kita. Allah SWT
telah berfirman kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasul-Ku yang tercinta, Aku akan
bertanya kepadamu secara pribadi – Aku ingin setiap orang dari umat ini menjadi
seperti dirimu. Jika mereka tidak seperti dirimu, Aku tidak akan menerimamu sebagai
rasul.” Ini adalah suatu rahasia yang besar dan luar biasa, yaitu bahwa
Rasulullah SAW bertanggung jawab untuk membuat setiap orang dari umatnya
seperti beliau. Dalam beribadah, beliau akan membagi seluruh ibadahnya untuk
kita, hal ini untuk membersihkan dan menyandangkan diri kita dengan semua yang
telah didapatkannya dan untuk menghadirkan kita kepada Allah SWT dalam keadaan
suci seperti dirinya. Inilah tugas beliau.” (Ahl Haq Koleksi 2 Edisi Agustus
2005 hal. 33)
“Jika Syaikh kalian mengatakan untuk pergi ke Chicago,
memanjat Search Tower dan melompat ke bawah dan kalian tidak melakukannya,
berarti kalian masih anak-anak dalam pengetahuan sufi. Dalam Tarekat
Naqsyabandi kalian harus patuh, dan kepatuhan berasal dari pendenagran, jika
kalian melakukannya, barulah kalian bisa menuju ke tingkat kedua.” (Ahl Haq
Koleksi 2 Edisi Agustus 2005 hal. 37)
Ajaran dan doktrin seperti itu
sudah menjadi ciri khas setiap aliran sesat. Sesuatu yang tidak masuk akal yang
sengaja mereka ciptakan dan ajarkan kepada para pengikutnya agar mereka ditaati
dan dikultuskan.
Saya Atas nama IBU WINDA ingin berbagi cerita kepada anda semua bahwa saya yg dulunya cuma seorang TKW di SINGAPURA jadi pembantu rumah tangga yg gajinya tidak mencukupi keluarga di kampun,jadi TKW itu sangat menderita dan di suatu hari saya duduk2 buka internet dan tidak di sengaja saya melihat komentar orang tentan AKI SOLEH dan katanya bisa membantu orang untuk memberikan nomor yg betul betul tembus dan kebetulan juga saya sering pasan nomor di SINGAPURA,akhirnya saya coba untuk menhubungi AKI SOLEH dan ALHAMDULILLAH beliau mau membantu saya untuk memberikan nomor,dan nomor yg di berikan AKI SOLEH 100% tembus (4D) <<< 7978 >>> saya menang togel (263,juta) meman betul2 terbukti tembus dan saya sangat bersyukur berkat bantuan AKI SOLEH kini saya bisa pulang ke INDONESIA untuk buka usaha sendiri,,munkin saya tidak bisa membalas budi baik AKI SOLEH sekali lagi makasih yaa AKI dan bagi teman2 yg menjadi TKW atau TKI seperti saya,bila butuh bantuan hubungi saja AKI SOLEH DI 082-313-336-747- insya ALLAH beliau akan membantu anda.Ini benar benar kisah nyata dari saya seorang TKW trimah kasih banyak atas bantuang nomor togel nya AKI wassalam.
BalasHapusKLIK DISINI *** ANGKA * RAMALAN * TOGEL * GAIB * HARI * INI ***
Saya Atas nama IBU WINDA ingin berbagi cerita kepada anda semua bahwa saya yg dulunya cuma seorang TKW di SINGAPURA jadi pembantu rumah tangga yg gajinya tidak mencukupi keluarga di kampun,jadi TKW itu sangat menderita dan di suatu hari saya duduk2 buka internet dan tidak di sengaja saya melihat komentar orang tentan AKI SOLEH dan katanya bisa membantu orang untuk memberikan nomor yg betul betul tembus dan kebetulan juga saya sering pasan nomor di SINGAPURA,akhirnya saya coba untuk menhubungi AKI SOLEH dan ALHAMDULILLAH beliau mau membantu saya untuk memberikan nomor,dan nomor yg diberikan AKI SOLEH 100% tembus (4D) <<< 7978 >>> saya menang togel (263,juta) meman betul2 terbukti tembus dan saya sangat bersyukur berkat bantuan AKI SOLEH kini saya bisa pulang ke INDONESIA untuk buka usaha sendiri,,munkin saya tidak bisa membalas budi baik AKI SOLEH sekali lagi makasih yaa AKI dan bagi teman2 yg menjadi TKW atau TKI seperti saya,bila butuh bantuan hubungi saja AKI SOLEH DI 082-313-336-747- insya ALLAH beliau akan membantu anda.Ini benar benar kisah nyata dari saya seorang TKW
trimah kasih banyak atas bantuang nomor togel nya AKI wassalam.
KLIK DISINI *** ANGKA * RAMALAN * TOGEL * GAIB * HARI * INI ***