KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada seluruh umat manusia. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga dan para
sahabatnya serta semua pengikutnya sampai akhir zaman, amma ba’du :
Layaknya seorang pedagang, para
pengusung ajaran Syiah juga melakukan trik-trik dagang yang jitu agar
dagangannya laris di pasaran. Di antara trik tersebut adalah dengan mengemas
ajaran mereka seolah-olah bersumber dari ajaran Rasulullah SAW dan tidak ada penyimpangan
sedikit pun. Di antara konsep yang berhasil dibangun oleh Syiah yaitu Syiah
berhasil membuat konsep “mengentengkan” ajaran agama Islam. Yaitu Syiah meyakini
bahwa prinsip beragama yang paling utama hanya cukup dengan berwilayah
kepada Ali (meyakini bahwa Ali adalah wali/penguasa mereka). Siapa yang
menerimanya, maka dia akan beruntung dan selamat di akhirat. Karena pada hari
Kiamat, Ali akan memberikan penyelamatan terhadap seluruh umat manusia yang
mencintainya. Bahkan menurut Syiah, Ali lah yang telah mengajari malaikat
Jibril. “Ketika Jibril menghampiri Nabi saw, tiba-tiba Ali
juga menemui beliau saw. Jibril berdiri untuk memuliakan dan menghormati Ali
as. Rasulullah saw bersabda kepada Jibril, “Apakah engkau berdiri untuk
menghormati pemuda ini? Jibril memaparkan, ‘Ya, dikarenakan dia memiliki hak
pengajaran kepadaku.’” Rasul saw berkata, “Apakah hak itu? Jibril menjelaskan,
‘Ketika Allah menciptakanku, lalu Dia menanyaiku, ‘Siapakah engkau, siapa
namamu, siapa Aku dan siapa nama Aku?’ Saya merasa kikuk, apa yang harus aku
jawab, secara tiba-tiba seorang pemuda (Ali as), manifestasi dari Alam
Nuraniyah berkata, ‘Katakanlah! Engkau adalah Tuhan Yang Mahaagung, nama-Mu
Indah, dan aku adalah hamba-Mu yang hina-dina, namaku Jibril.” (Kecuali Ali, Abbas Rais Kermani, Penerbit Al-Huda, hal. 35).
Selain itu, Syiah juga berani membuat konsep ibadah yang selalu
bersebrangan dengan Ahlu Sunnah wal Jama'ah, karena mereka berkeyakinan bahwa Ahlu
Sunnah wal Jama'ah lah yang telah membunuh Imam Husein yang Syiah agungkan.
Misalnya Syiah mengatakan bahwa tatacara shalat Rasulullah saw adalah sebagai
berikut, “Sayid Ibnu Thawus meriwayatkan bahwa Imam Ali Ridha as pernah
ditanya tentang shalat Ja’far at-Thayyar. Beliau menjawab, “Mengapa kalian lupa
dengan shalat Rasulullah saw? Mungkin
Rasulullah saw belum pernah melakukan shalat Ja’far tersebut, dan Ja’far juga
belum pernah melaksanakan shalat beliau itu!” Perawi berkata, “Jika begitu,
ajarkanlah shalat (Rasulullah saw) tersebut kepadaku!” Beliau berkata,
“Kerjakanlah shalat 2 rakaat, dan di setiap rakaat bacalah surah al-Fatihah 1
kali dan inna anzalnahu (surah al-Qadr) 15 kali. Bacalah juga surah al-Qadr
tersebut ketika ruku, bangun dari ruku, sujud pertama, bangun dari sujud
pertama, sujud kedua, dan bangun dari sujud kedua masing-masing 15 kali.
Setelah itu bacalah tasyahud dan salam…” (Kunci-kunci Surga jilid 1, Syekh Abbas
Al-Qummi, hal. 150).
Selain membuat tatacara shalat Rasulullah SAW versi Syiah, Syiah juga membuat tatacara shalat yang
dilakukan oleh para imam mereka, mulai dari tatacara shalat Ali bin Abi Thalib
as, shalat Imam Hasan dan Husain as dan imam-imam yang lainnya yang sangat
berbeda dengan tatacara shalat kaum muslimin di dunia yang bermazhab Ahlu
Sunnah wal Jama'ah. Misalnya tatacara shalat Ali as adalah sebagai berikut, “Syekh
Thusi dan Sayid Ibnu Thawus ra meriwayatkan bahwa Imam Ja’far Shadiq as
berkata, “Sesiapa di antara kalian melaksanakan shalat Amirul Mukminin as yang
berjumlah 4 rakaat, niscaya ia akan terbersihkan dari dosa seperti ia baru
lahir dari perut ibunya dan segala keperluannya akan dipenuhi. Pada setiap
rakaat, bacalah surah al-Fatihah 1 kali dan surah al-Ikhlash 50 kali.” (Kunci-kunci
Surga jilid 1, Syekh Abbas Al-Qummi, hal. 152).
Selain perbedaan dalam masalah ibadah, juga
Syiah berani berbeda dalam masalah aqidah. Misalnya Syiah berkata, “Imam
Shadiq as dalam menafsirkan ayat, “Segala sesuatu akan musnah, kecuali wajah
Allah….”berkata, “Yang dimaksud dengan Wajah Allah dalam ayat ini adalah Ali
as.” (Kecuali Ali, Abbas Rais Kermani, Penerbit Al-Huda, hal. 22).
Di antara yang menjadi
penyebab lakunya paham Syiah, yaitu beragama di dalam Syiah sangat mudah, hanya
cukup cinta dan setia kepada Ali as akan mendapatkan jaminan keselamatan di akhirat. Mereka
telah berhasil menyesatkan banyak orang. Aqidah batil tersebut telah merusak
keimanan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, dan seluruh
ajaran Islam. Ahlu Sunnah wal Jama'ah meyakini jika rasa cinta kepada Allah dan
Rasul-Nya belum tentu akan menyelamatkan seseorang dari adzab-Nya jika tidak
dibarengi dengan iman dan amal shalih, lalu bagaimana mungkin rasa cinta kepada
Ali dianggap cukup untuk menyelamatkan seseorang dari adzab-Nya?
Kecintaan kepada Ali as yang
diusung oleh Syiah adalah dikarenakan Rasulullah SAW telah mengangkat Ali as di
Ghadir Khum sebagai pemimpin setelah beliau saw. Untuk masalah ini, ada baiknya
Syiah merenungkan beberapa hal di bawah ini :
- Jika
masalah kepemimpinan adalah sangat penting adanya, seharusnya Nabi r
menyampaikannya kepada seluruh kaum muslimin di Arafah, sebelum beliau
meninggal dunia, tepatnya pada saat haji Wada. Karena ketika di Arafah,
semua jamaah haji dari berbagai negeri berkumpul. Tidak hanya penduduk
Madinah, tapi dari seluruh penjuru Jazirah Arab. Sehingga apabila penduduk
Madinah berkhianat, dan mereka lebih memilih Abu Bakar t
sebagai khalifah, maka kaum muslimin yang lainnya yang datang dari luar
Madinah bisa menjadi saksi akan hal itu.
- Apabila
benar bahwa Rasulullah SAW telah
berwasiat kepada Ali RA untuk menjadi khalifah, mengapa Ali tidak
menyampaikan hal tersebut di hadapan para sahabat? Apakah Ali takut untuk
menjadi syahid membela wasiat Rasulullah SAW? Bukankah ini bertentangan
dengan sejarah hidup Ali RA yang terkenal dengan keberanian dan
kejujurannya?
- Hadits
Ghadir Khum sebenarnya adalah hadits yang berisi pemulihan nama baik Ali RA
oleh Rasulullah SAW. Hal ini dikarenakan ada beberapa orang para shahabat
yang tidak berkenan oleh sikap Ali RA dalam masalah ghanimah/rampasan
perang dari Yaman dan bukan sebagai pengangkatan Ali sebagai khalifah
pengganti Rasulullah SAW.
Jika kondisi seperti ini terus
dibiarkan, maka perlahan namun pasti akan merongrong kelestarian ajaran Islam
Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Karena ajaran Syiah mengusung cinta kepada Ali RA dan
membenci para shahabat lain yang dianggap telah merampas hak kepemimpinan Ali RA
seperti membenci Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khoththob dan Utsman bin Affan.
Oleh karena itu, sebagai bentuk
pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar yang menjadi kewajiban kita, saya secara
pribadi menyambut baik terbitnya buku “Putih” itu “Hitam” Bantahan Terhadap
“Buku Putih Mazhab Syiah.” Semoga buku ini bisa bermanfaat untuk umat Islam
dan menjadi bahan rujukan bagi semua pihak yang berkepentingan dalam menjaga
kelestarian ajaran Islam Ahlu Sunnah wal Jama’ah di Indonesia.
Jakarta, 29 April 2014
Wassalam,
M. Amin
Djamaluddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar