TAFSIR AL-QUR`AN VERSI AHMADIYAH
Oleh : M. Amin Djamaludin
Jemaat Ahmadiyah di mana pun
mereka berada, disebut-disebut mempunyai kitab suci tersendiri, yaitu kitab Tadzkirah.
Akan tetapi, mereka pun tetap ngotot bahwa kitab Tadzkirah itu bukan
sebagai kitab suci, tetapi hanya pengalaman spiritual yang dialami oleh Pendiri
Jemaat Ahmadiyah, yaitu Mirza Ghulam Ahmad. Hal ini pun telah mereka nyatakan
berulang kali bahwa Tadzkirah bukan kitab suci mereka.
Kemudian, ketika mereka ditanya
tentang apa kitab sucinya, maka mereka pun menjawab bahwa kitab suci mereka
tetap Al-Qur`an. Akan tetapi, walaupun mereka mengaku sebagai umat muslim,
beriman kepada Rasulullah s.a.w., tetapi mereka juga beriman kepada Mirza
Ghulam Ahmad. Lihatlah, bagaimana cara mereka menyimpangkan penafsiran ayat-ayat
Al-Qur`an dan kemudian dikait-kaitkan secara paksa agar berkenaan dengan Mirza
Ghulam Ahmad, sebagai nabi dan rasul mereka (bisa dilihat dari keterangan
footnote yang penulis cantumkan yang bersumber dari kitab tafsir Al-Qur`an
versi Jemaat Ahmadiyah).
Untuk mengetahui perbedaan dan
penyimpangan penafsiran versi JAI tersebut, sengaja penulis mencantumkan
pembandingnya, yaitu penafsiran Al-Qur`an versi para ulama Islam.
Inilah salah satu buktinya, bisa dilihat dari kutipan-kutipan penafsiran mereka yang penulis cantumkan di sini, seperti di bawah ini :
1. SURAH ASH-SHAF (SURAH KE-61)
“dan memberi khabar suka tentang seorang rasul
yang akan datang sesudahku yang akan bernama Ahmad.” 3037
|
ﭢ ﭣ ﭤ ﭥﭦ ﭧ ﭨ |
”Dia lah yang
mengirimkan Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia
menyebabkannya menang atas semua agama…”3040 |
ﮐ ﮑ ﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗ ﮘ ﮙ ﮚ |
”Hai orang-orang yang
beriman! Maukah Aku tunjukkan kepadamu suatu perdagangan,” 3041
|
ﮟ ﮠ ﮡ ﮢ ﮣ ﮤﮥ |
Keterangan Footnote :
3037 |
…….Jadi, nubuatan yang disebut dalam ayat ini
ditujukan kepada Rasulullah s.a.w., tetapi sebagai kesimpulan dapat pula
dikenakan kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s. Pendiri Jemaat Ahmadiyah. |
3040 |
Kebanyakan ahli tafsir Alquran sepakat bahwa
ayat ini kena untuk Almasih yang dijanjikan. |
3041 |
Ayat ini agaknya mengisyaratkan juga kepada
zaman Hadhrat Masih Mau’ud a.s. ketika perniagaan dan perdagangan akan
berkembang dengan subur... |
2.
SURAH YASIN (SURAH KE-36)
”Maka datang dari bagian terjauh |
ﮝ ﮞ ﮟ ﮠ ﮡ ﮢ |
“Dikatakan kepadanya, “Masuklah ke dalam surga.”2440
|
ﯵ ﯶ ﯷﯸ |
“Ah, sayang bagi hamba-hamba-Ku! Tidak pernah datang kepada mereka
seorang rasul, melainkan mereka senantiasa mencemoohkannya.” 2442 |
ﭩ ﭪ ﭫﭭ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴ ﭵ |
Keterangan Footnote :
2437 |
Isyarat yang terkandung dalam kata rajulun
dapat tertuju kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s., yang telah disebut demikian
dalam suatu hadis yang terkenal (Bukhari, Kitab at-Tafsir). |
2438 |
Kata-kata yang sama dalam arti dan maksud
dengan kata yas’a (berlari-lari) telah dipakai mengenai
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. oleh Rasulullah s.a.w. dalam beberapa sabda beliau,
yang memberi isyarat kepada sifatnya yang tak mengenal lelah, cepat bertindak
dan tak mengenal jemu dalam usahanya untuk kepentingan Islam. |
2440 |
Penyebutan surga secara khusus dalam ayat ini
sehubungan dengan rajulun yas’a itu sangat penting artinya. Kalau kepada
semua orang yang beriman sejati dalam Alquran telah dijanjikan surga, maka
penyebutan secara khusus ini nampaknya berlebih-lebihan dan tidak pada
tempatnya. Pembuatan suatu kuburan khusus di Qadian yang terkenal, Bahisyti
Maqbarah (Pekuburan Surgawi) oleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s. atas perintah
Ilahi secara istimewa, dapat merupakan penyempurnaan secara fisik bagi
perintah yang terkandung dalam kata-kata, ’Inni anzaltu ma’aka al-jannah,’
artinya, ”Aku telah menyebabkan surga turun bersama engkau”
(Tadzkirah). Nubuatan itu pun agaknya mendukung penjelasan bagi kata-kata ”Masuklah
ke dalam surga.” |
2442 |
Kata-kata dalam ayat ini penuh dengan
kerawanan, Tuhan Yang Mahakuasa Sendiri agaknya seolah-olah sangat masygul
atas penolakan dan ejekan manusia terhadap para nabi-Nya. Sementara para nabi
menanggung kesedihan dan derita untuk kaumnya, maka kaumnya itu membalas
kesedihan mereka itu dengan penghinaan dan ejekan. |
3.
AL-JUMU’AH (SURAH KE-62)
Diturunkan |
: |
Sesudah Hijrah |
Ayatnya |
: |
12, dengan bismillah |
Rukuknya |
: |
2 |
Waktu
Diturunkan dan Hubungan dengan Surah-surah Lainnya.
Surah ini agaknya diturunkan beberapa tahun sesudah Hijrah (lihat ayat
4). Dalam surah sebelumnya telah disinggung nubuatan Nabi Isa a.s. tentang
kedatangan Nabi Ahmad a.s. .....Surah ini kemudian mengisyaratkan pula kepada
gejala rohani yang akan terjadi pada suatu ketika kelak dengan perantaraan
wakil agung Rasulullah s.a.w. ialah Masih Mau’ud.....Menjelang penutup,
ditekankannya soal kepentingan salat Jum’at dan tersirat bahwa di zaman
kedatangan Rasulullah s.a.w. kedua kali yang diumpamakan sebagai salat
Jum’at...
“Dan Dia akan
membangkitkan di tengah-tengah suatu golongan lain dari antara mereka, yang
belum pernah bergabung dengan mereka3046 dan Dia-lah Yang
Mahaperkasa, Mahabijaksana.” |
ﭴﭵ ﭶ ﭷ ﭸﭹﭺ ﭻ ﭼ ﭽ |
“Katakanlah, “Hai
orang-orang Yahudi, sekiranya kamu mengaku bahwa sesungguhnya kamu sahabat
Allah seraya mengucilkan semua manusia lain, maka harapkanlah kematian,3047
jika kamu sungguh-sungguh orang-orang benar.” |
ﮤ ﮥ ﮦﮧ ﮨ ﮩ ﮪ ﮫ ﮬ ﮭ ﮮ ﮯ ﮰ ﮱ ﯓ ﯔﯕ ﯖ |
“Hai orang-orang yang
beriman! Apabila kamu dipanggil untuk bersembahyang pada hari Jum’at..”3047A |
ﭑ ﭒ ﭓ ﭔ ﭕ ﭖ ﭗ ﭘ ﭙ |
”Dan apabila
sembahyang itu telah usai, maka bertebaranlah kamu di bumi dan carilah
karunia Allah,”3048 |
ﭨ ﭩ ﭪ ﭫ ﭬ ﭭ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱ |
Keterangan
Footnote :
3046 |
....tertuju kepada pengutusan Rasulullah s.a.w.
sendiri untuk kedua kali dalam wujud Hadhrat Masih Mau'ud a.s. di akhir
zaman......Jadi, Alquran dan hadis kedua-duanya sepakat bahwa ayat ini
menunjuk kepada kedatangan kedua kali Rasulullah s.a.w. dalam wujud Hadhrat
Masih Mau'ud a.s. |
3047 |
Hadhrat Masih Mau'ud a.s. akan menantang mereka
yang menyebut diri ulama Islam, yang menolak dakwa beliau, untuk mengadakan
mubahalah, yaitu pertandingan doa; di dalam mubahalah itu diminta supaya
kutukan Ilahi menimpa mereka yang mengada-adakan dusta terhadap Tuhan (3:61). |
3047A |
....Sabbat bagi kaum muslimin ialah hari
Jum’at. Karena surah ini nampaknya membahas secara khusus zaman Masih Mau'ud
a.s., maka panggilan kepada salat Jum’at dapat juga berarti seruan nyaringnya
yang dialamatkan kepada kaum muslimin supaya mendengarkan amanat beliau. |
3048 |
Berlainan dengan Sabbat kaum Yahudi atau
Kristen, Sabbat kaum muslimin bukanlah hari istirahat. Sebelum dan sesudah
salat Jum’at kaum muslimin boleh meneruskan pekerjaan-pekerjaan mereka
sehari-hari seperti sedia kala. Kata-kata,
”karunia Allah” pada umumnya diartikan, ”menjalankan usaha dan mencari
nafkah.” |
4.
SURAH AL-MUDDATSTSIR (SURAH KE-74)
”Dan demi subuh3070 apabila terang.” |
ﯲ ﯳﯴ ﯵ |
Keterangan
Footnote :
3070 |
”Subuh” dapat juga berarti Wakil Agung
Rasulullah s.a.w. ialah Hadhrat Masih Mau'ud a.s. |
5.
SURAH AL-QIYAMAH (SURAH KE-75)
”Dan matahari dan bulan dikumpulkan.” 3179 |
ﯔ ﯕ ﯖﯗ |
Keterangan
Footnote :
3179 |
....Sangat mengherankan, bahwa bulan dan
matahari kedua-duanya mengalami gerhana di dalam bulan Ramadhan yang sama
pada tahun 1894, ketika pendiri Jemaat Ahmadiyah telah mengumumkan pengakuan
bahwa beliaulah Masih Mau'ud a.s. dan Imam Mahdi. |
6. SURAH AT-TAKWIR (SURAH KE-81)
“Dan, sesungguhnya, ia melihatnya3278 di ufuk yang
terang.” |
ﮭ ﮮﮯ ﮰ ﮱ |
Keterangan
Footnote :
3278 |
.....kedua dapat pula berarti bahwa Rasulullah
s.a.w. melihat wujud beliau sendiri di timur jauh dalam pribadi Hadhrat Masih
Mau'ud a.s. |
7.
SURAH AL-INSYIQAQ (SURAH KE-84)
”Dan bulan apabila jadi purnama.”3303 |
ﯔ ﯕ ﯖ ﯗ |
Keterangan
Footnote :
3303 |
Ayat-ayat 17-19 berisikan sebuah nubuatan
mengenai kemunduran sementara umat Islam serta kebangunan kembali mereka
melalui seorang wujud, wakil agung Rasulullah s.a.w. –Hadhrat Masih Mau'ud
a.s. |
8.
SURAH AL-BURUJ (SURAH KE-85)
”Dan hari yang dijanjikan.”3308 |
ﭕ ﭖ ﭗ |
”Dan sang saksi3309 dan ia yang diberi kesaksian.” |
ﭘ ﭙ ﭚ |
Keterangan
Footnote :
3308 |
”Hari yang dijanjikan” itu dapat berarti hari,
ketika Hadhrat Masih Mau'ud a.s. akan dibangkitkan untuk mendatangkan
kebangunan kembali Islam.....Tetapi, ”hari yang dijanjikan” yang paripurna
itu ialah masa kebangkitan kedua kalinya Rasulullah s.a.w. dalam pribadi
wakil beliau pada abad ke-14 Hijrah. |
3309 |
....Masih Mau'ud a.s. akan memberi kesaksian
akan kebenaran Rasulullah s.a.w.....Beliau akan memberikan kesaksian pula
dalam arti bahwa dalam wujud beliau nubuatan Rasulullah s.a.w. mengenai
kemunculan Masih Mau'ud a.s. dan Imam Mahdi a.s. pada abad ke-14 Hijrah akan
jadi sempurna. Masih Mau'ud a.s. itu pun masyhud dalam arti bahwa Rasulullah
s.a.w. sendiri telah memberi kesaksian akan kebenaran beliau. Dengan demikian
Rasulullah s.a.w. dan Masih Mau'ud a.s. itu bersama-sama merupakan syahid dan
masyhud. |
9. SURAH ATH-THARIQ (SURAH KE-86)
”Demi langit dan Bintang Fajar.”3316 |
ﭑ ﭒ ﭓ |
”Tiada suatu jiwa pun
melainkan mempunyai penjaga3317 atas dirinya.” |
ﭜ ﭝﭞ ﭟﭠ ﭡ ﭢ |
Keterangan
Footnote :
3316 |
Isyarat dalam ayat ini dapat tertuju kepada
wakil Rasulullah s.a.w. yang kedatangannya laksana Bintang Fajar sebagai pertanda
akan terbitnya fajar kejayaan.... |
3317 |
Tuhan
akan melindungi Bintang Fajar –wakil Rasulullah s.a.w.... |
10.
SURAH AL-FAJR (SURAH KE-89)
Diturunkan |
: |
Sebelum
Hijrah |
Ayatnya |
: |
31,
dengan bismillah |
Rukuknya |
: |
1 |
Waktu
Diturunkan dan Hubungan dengan Surah-surah Lainnya
.....Surah ini mengandung nubuatan berganda, yang pada pokoknya adalah
bertalian dengan Rasulullah s.a.w. dan sebagai tambahan juga bertalian dengan
Masih Mau'ud a.s....Surah ini dapat pula diartikan menunjuk kepada kemunduran
Islam selama sepuluh abad sesudah tiga abad pertamanya yang diwarnai
keberhasilan itu, dan menunjuk kepada kemunculan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. dan
juga kepada abad pertama yang penuh dengan percobaan dan penderitaan dalam
pelaksanaan tugas beliau dan para pengikut beliau. Sesudah menampilkan, dengan
memakai bahasa tamsil, gambaran singkat mengenai pergantian serta turun naik
gelombang nasib agama Islam pada masa Rasulullah s.a.w. dan Hadhrat Masih
Mau'ud a.s.
”Demi fajar,”3332 |
ﭑ ﭒ |
”dan sepuluh malam,”3333 |
ﭓ ﭔﭕ |
”dan yang genap serta yang ganjil,”3334 |
ﭖ ﭗﭘ |
Keterangan
Footnote :
3332 |
.....”Fajar” itu dapat pula berarti diutusnya
Hadhrat Masih Mau'ud a.s. yang akan membawa amanat pengharapan dan berarti
kedatangan suatu hari depan yang gemilang bagi orang-orang Islam sesudah masa
kemunduran dan kemerosotan berabad-abad lamanya. |
3333 |
....mengambarkan sepuluh abad kemunduran dan
kemerosotan sebelum diutusnya hadhrat Masih Mau'ud a.s. yang dengan itu akan
mengakhiri masa kegelapan. |
3334 |
.....”yang genap dan yang ganjil” itu dapat
berarti bahwa sekalipun Rasulullah s.a.w. dan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. itu
dua pribadi terpisah, namun Hadhrat Masih Mau'ud a.s. adalah begitu larut
sirna dalam Rasulullah s.a.w. sehingga seolah-olah telah menjadi satu
(memanunggal) dengan beliau. |
11. SURAH ASY-SYAMS (SURAH KE-91)
”Dan demi bulan,3356 apabila ia mengikuti matahari.” |
ﭔ ﭕ ﭖﭗ |
”Dan demi malam hari3358
apabila ia menutupi cahaya matahari.” |
ﭜ ﭝ ﭞ ﭟ |
Keterangan
Footnote :
3356 |
Atau kata ”bulan” itu dapat pula menunjuk
kepada para wali dan para imam zaman –khususnya kepada wakil agung beliau,
Hadhrat Masih Mau'ud a.s.- yang akan meminjam cahaya dari Rasulullah s.a.w.
dan menyiarkannya ke dunia untuk menghilangkan kegelapan akhlak dan rohani. |
3358 |
...(2) masa wakil agung beliau, yaitu Hadhrat
Masih Mau'ud a.s. ketika nur (cahaya) yang diperolehnya dari Rasulullah
s.a.w. dipantulkan ke suatu dunia yang gelap.... |
12.
SURAH AL-ZILZAL (SURAH KE-99)
Diturunkan |
: |
Sebelum
Hijrah |
Ayatnya |
: |
9,
dengan bismillah |
Rukuknya |
: |
1 |
Waktu Diturunkan dan Hubungan dengan
Surah-surah Lainnya
......Dalam surah ini telah dinyatakan bahwa perubahan serupa itu akan terjadi
di akhir zaman – di dalam masa wakil agung Rasulullah s.a.w. ialah Masih Mau'ud
a.s. dan Mahdi...
***
PENAFSIRAN AL-QUR`AN
MENURUT AHLU SUNNAH WAL JAMA’AH
BANTAHAN ATAS TAFSIR AL-QUR`AN
VERSI AHMADIYAH
(Ditulis sebagai bantahan atas
kutipan di atas dari Penafsiran al-Qur`an al-Karim versi Ahmadiyah)
Berikut ini, penulis ajak sidang pembaca untuk membandingkan antara penafsiran
Al-Qur`an versi Jemaat Ahmadiyah
1. SURAH ASH-SHAFF (SURAH KE-61)
Ibnu Katsir menyatakan bahwa
ayat ini adalah sebagai keterangan dari Allah SWT melalui lisan Nabi-Nya, yaitu
Nabi Isa A.S, bahwa di dalam kitab-Nya, Injil telah termaktub bahwa nanti akan
dibangkitkan seorang nabi di akhir zaman yang bernama Ahmad. Ahmad di sini yang
dimaksud adalah Rasulullah s.a.w., Muhammad bin Abdullah. Hal ini berdasarkan sabda beliau di bawah ini:
عَنْ جُبَيْرِ بْنِ
مُطْعِمٍ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: إِنَّ لِيْ أَسْمَاءٌ أَنَا أَحْمَدُ وَ أَنَا الْمَاحِيْ
الَّذِيْ يَمْحُوْ اللهُ بِهِ الْكُفْرَ وَ أَنَا الْحَاشِرُ الَّذِيْ يَحْشُرُ
النَّاسَ عَلَى قَدَمِيْ وَ أَنَا الْعَاقِبُ.
“Dari Jubair bin Muth’im dari bapaknya dia
berkata, ’Aku pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda, ’Sesungguhnya aku
mempunyai beberapa nama; Aku bernama Ahmad, aku bernama Al-Mahi (Penghapus)
yang dengannya Allah menghapuskan kekafiran, aku bernama Al-Hasyir (Pengumpul) yang
mengumpulkan manusia di depan kakiku dan aku bernama Al-Aqib (Penutup/maksudnya
tidak ada nabi atau pun rasul setelah aku).” (Tafsir Ibnu Katsir, jilid
4:324, Penerbit Al-Maktabah Al-Ashriyyah, cet. Ke-3 tahun 2000 M./1420 H.).
Adapun yang dimaksud dengan rasul-Nya di dalam ayat ke-9 di atas adalah tentu
tertuju kepada Rasulullah s.a.w., Muhammad bin Abdullah, dan bukan tertuju
kepada Mirza Ghulam Ahmad si Pendusta dari
ﮫ ﮬ ﮭ ﮮﮯ ﮰ ﮱ ﯓ ﯔﯕﯖ ﯗ ﯘ ﯙ ﯚ ﯛ ﯜ
”(Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang
lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui,” (QS Ash-Shaff [61]: 11).
2.
SURAH YASIN (SURAH KE-36)
Sesungguhnya yang dimaksud dengan seorang lelaki yang berlari dari kota
terjauh yang dikisahkan di dalam surah Yasin bukan ditujukan kepada Mirza
Ghulam Ahmad, tetapi ditujukan kepada seorang lelaki yang bernama Habib (pendapat
Mujahid dari Ibnu Abbas), ada juga yang menyebutnya bernama Habib bin Siri dan
Habib An-Najjar (pendapat Ikrimah dari Ibnu Abbas). Adapun yang dimaksud
dengan orang yang dipersilahkan masuk surga oleh Allah SWT adalah seorang
lelaki yang bernama Habib tersebut yang telah beriman kepada para utusan Allah
SWT yang di kemudian hari dibunuh oleh kaumnya sendiri dan bukan ditujukan
kepada Mirza Ghulam Ahmad dengan Bahisyti Maqbarahnya. (Tafsir Ibnu Katsir,
jilid 3 hal. 529).
3.
AL-JUMU’AH (SURAH KE-62)
Penafsiran versi DEPAG terhadap ayat ke-3 dari surah Al-Jumu’ah ini adalah,
“dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan
mereka. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” Maksudnya bahwa
risalah Nabi Muhammad SAW adalah universal, untuk seluruh umat manusia, karena
Rasulullah s.a.w. menafsirkan kata “kaum yang lain” adalah orang-orang
Persia, sebagaimana yang tercantum di dalam hadits shahih, “Siapakah mereka itu
wahai Rasulullah s.a.w.?” Beliau masih belum menjawabnya sampai para sahabat
menanyakannya tiga kali, dan pada saat itu hadir pula Salman Al-Farisi (orang
Persia). Maka Rasulullah s.a.w. meletakkan tangannya kepada Salman dan
bersabda, “Seandainya agama itu berada pada gugusan bintang yang bernama
Tsuraya niscaya salah seorang dari Persia atau dari putra-putra Persia akan
pergi ke sana untuk mendapatkannya.” (Shahih Muslim No.4618). Oleh karena
itu, Rasulullah s.a.w. telah mengirimkan surat-suratnya yang berisi dakwah
Islam kepada raja-raja, di antaranya dikirimkan ke Raja Romawi (Raja
Hiraqla/Heraqlius) dan Raja Persia (Raja Kisra) dan raja-raja lainnya.
Adapun ayat ke-6 dari surah Al-Jumu’ah ini maksudnya adalah bahwa jika
orang-orang Yahudi merasa benar dan Muhammad SAW dan para sahabatnya berada di
dalam kesesatan, maka cobalah kalian (orang-orang Yahudi) berdoa kepada Allah
SWT, supaya orang-orang yang kalian anggap sesat itu dimatikan oleh Allah SWT.
(ayat ini semakna dengan perintah mubahalah yang tercantum di dalam surah
Al-Baqarah [02]: 94, Ali Imran [03]: 61 dan surah Maryam [19]: 75).
Adapun ayat ke-9 dari surah Al-Jumu’ah ini tidak ada kaitannya dengan Mirza
Ghulam Ahmad. Justru ayat ini menerangkan tentang kewajiban untuk memperhatikan
shalat Jum’at. Dan ayat ke-10 dari surah al-Jumu’ah ini menyuruh kaum muslimin
apabila selesai dari ibadah Jum’at agar segera kembali beraktifitas seperti
sedia kala. (Tafsir Ibnu Katsir, jilid ke-4, hal. 327).
4.
SURAH AL-MUDDATSTSIR (SURAH KE-74)
Yang dimaksud dengan subuh di dalam ayat ke-34 surah Al-Muddatstsir ini
adalah subuh secara hakiki dan tidak ada kaitannya dengan Mirza Ghulam
Ahmad.
5.
SURAH AL-QIYAMAH (SURAH KE-75)
Para ulama ahli tafsir
berbeda pendapat tentang penafsiran “matahari dan bulan dikumpulkan.” Di
antaranya:
- Sinar matahari dan bulan hilang sama
sekali. Tidak bercahaya lagi.
- Maksudnya matahari dan bulan
sama-sama terbit berbarengan dari arah barat.
- Matahari dan bulan dikumpulkan di
hari Kiamat dan kemudian dilemparkan ke laut yang kemudian menjadi api
neraka yang panas.
- Matahari dan bulan dikumpulkan
(bertabrakan), sehingga tidak ada lagi siang dan malam. Kesemua penafsiran
ini menggambarkan tentang kejadian di hari Kiamat. (Tafsir Fathul Qadir,
jilid ke-4 hal. 388, cet. 2007/1428, Penerbit: Maktabah Ar-Rusyd, Riyadh).
6. SURAH AT-TAKWIR (SURAH KE-81)
Penafsiran yang benar terhadap firman Allah SWT yang berbunyi, “Dan
sesungguhnya ia melihatnya di ufuk yang terang” adalah Rasulullah s.a.w. telah
melihat malaikat Jibril di ufuk. Ufuk
di sini artinya tempat terbitnya matahari dari arah timur. Karena apabila
matahari terbit dari arah ini (timur), maka segala sesuatu akan terlihat jelas
(karena tersinari oleh sinar matahari). Tidak ada sama sekali hubungannya
dengan Rasulullah s.a.w. yang melihat wujud reinkarnasinya di dalam diri Mirza
Ghulam Ahmad. Semua penafsiran Ahmadiyah ini adalah sesat dan menyesatkan. (Tafsir
Fathul Qadir, jilid ke-4, hal. 441).
7.
SURAH AL-INSYIQAQ (SURAH KE-84)
Maksud dari firman Allah SWT ini, “dan bulan apabila jadi purnama” adalah
benar-benar artinya secara hakiki, yaitu perubahan bulan dari hilal sampai
menjadi purnama. Allah SWT bersumpah dengan bulan ketika mulai membundar
(purnama). (Tafsir Fathul Qadir, jilid ke-4, hal. 459).
8.
SURAH AL-BURUJ (SURAH KE-85)
Maksud dari firman Allah SWT yang berbunyi, “dan hari yang dijanjikan” itu
adalah hari Kiamat, menurut jumhur para ulama ahli tafsir. Adapun maksud dari
firman Allah SWT yang berbunyi, ”Demi yang
menyaksikan dan yang disaksikan (tafsiran DEPAG),” “yang menyaksikan” yaitu
seluruh makhluk yang menyaksikan kejadian di hari Kiamat, sedangkan yang
disaksikan adalah seluruh keajaiban (huru-hara hari Kiamat) yang terjadi pada
saat itu. (Tafsir Fathul Qadir, jilid ke-4, hal. 462).
9. SURAH ATH-THARIQ (SURAH KE-86)
Penafsiran yang benar terhadap ayat pernama surah Ath-Thariq ini adalah
Allah SWT bersumpah atas nama langit dan bintang-bintangnya yang gemerlapan
yang muncul di malam hari. Karena orang Arab menyebut setiap yang datang atau
muncul di malam hari dengan sebutan thariq. Adapun maksud dari ayat ke-4 surah
Ath-Thariq ini, “setiap orang pasti ada penjaganya,” adalah bahwa setiap
manusia dijaga oleh para malaikat. Para malaikat menjaga amal perbuatan manusia
(baik dan buruknya), ucapan dan lain sebagainya. Ada juga yang menafsirkan
bahwa yang menjaga manusia itu adalah Allah SWT. (Tafsir Fathul Qadir, jilid
ke-4, hal. 470).
10.
SURAH AL-FAJR (SURAH KE-89)
Demi fajar. Ada beberapa penafsiran untuk ayat pertama Al-Fajr ini, di
antaranya :
- Fajar di hari pertama bulan Muharram.
- Fajar di hari Nahar (Hari Raya Idul
Adha)
- Fajar di
bulan Dzulhijjah, karena Allah SWT mengaitkannya dengan ”demi malam yang
sepuluh,” yaitu sepuluh malam di bulan Dzulhijjah.
Adapun penafsiran untuk ayat yang berbunyi, “demi
yang genap dan yang ganjil,” adalah bahwa segala sesuatu mempunyai hal yang
genap dan yang ganjil.
11. SURAH ASY-SYAMS (SURAH KE-91)
Maksud dari ayat kedua surah
Asy-Syams ini adalah bahwa Allah SWT bersumpah demi bulan yang muncul setelah
matahari terbenam, yaitu di pertengahan bulan dengan terangnya sinar bulan
purnama. Jadi bulan mengikuti
matahari di dalam menerangi bumi di malam hari. Adapun ayat keempatnya adalah
Allah SWT bersumpah demi malam apabila menutupi cahaya matahari, sehingga bumi
menjadi gelap gulita. Tidak ada seorang pun di antara para mufassirin yang
menafsirkan ayat-ayat ini seperti yang dialkukan oleh orang-orang Ahmadiyah. (Tafsir
Fathul Qadir jilid ke-4, hal. 501).
12.
SURAH AL-ZILZAL (SURAH KE-99)
Surah Al-Zilzal (menurut Ahmadiyah) atau Al-Zalzalah (menurut DEPAG)
semuanya menceritakan tentang kejadian huru-hara yang terjadi di hari Kiamat
nanti dan tidak ada sangkut pautnya dengan Mirza Ghulam Ahmad. (Tafsir Fathul Qadir, jilid ke-4, hal.
533).
KESIMPULAN:
Dari data-data yang telah kami paparkan di atas, jadi Ahmadiyah itu sudah
selayaknya dibubarkan, karena merupakan duri dalam daging, serupa Islam, tapi
bukan Islam. Mereka telah dengan terang-terangan menafsirkan Islam secara salah
dan menyimpang, padahal Presiden RI Pertama, Ir. Soekarno telah melarang setiap
orang untuk menafsirkan sebuah agama dengan penafsiran yang menyimpang dari
pokok-pokok agama tersebut, yaitu dengan UU No.1/PNPS/1965. Pemerintah dalam
hal ini harus bersikap tegas dengan melarang dan membubarkan Ahmadiyah di
seluruh
Keterangan
:
Semua tulisan ini dikutip dari Tafsir Ahmadiyah
yang bernama, “ALQURAN DENGAN TERJEMAHAN DAN TAFSIR SINGKAT,” editor :
Malik Ghulam Farid dialih bahasakan oleh : PANITIA PENTERJEMAH TAFSIR ALQURAN
JEMAAT AHMADIYAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar