Selasa, 08 Maret 2022

Kajian Ahmadiyah

 

TAFSIR AL-QUR`AN VERSI AHMADIYAH

Oleh : M. Amin Djamaludin

Jemaat Ahmadiyah di mana pun mereka berada, disebut-disebut mempunyai kitab suci tersendiri, yaitu kitab Tadzkirah. Akan tetapi, mereka pun tetap ngotot bahwa kitab Tadzkirah itu bukan sebagai kitab suci, tetapi hanya pengalaman spiritual yang dialami oleh Pendiri Jemaat Ahmadiyah, yaitu Mirza Ghulam Ahmad. Hal ini pun telah mereka nyatakan berulang kali bahwa Tadzkirah bukan kitab suci mereka.

Kemudian, ketika mereka ditanya tentang apa kitab sucinya, maka mereka pun menjawab bahwa kitab suci mereka tetap Al-Qur`an. Akan tetapi, walaupun mereka mengaku sebagai umat muslim, beriman kepada Rasulullah s.a.w., tetapi mereka juga beriman kepada Mirza Ghulam Ahmad. Lihatlah, bagaimana cara mereka menyimpangkan penafsiran ayat-ayat Al-Qur`an dan kemudian dikait-kaitkan secara paksa agar berkenaan dengan Mirza Ghulam Ahmad, sebagai nabi dan rasul mereka (bisa dilihat dari keterangan footnote yang penulis cantumkan yang bersumber dari kitab tafsir Al-Qur`an versi Jemaat Ahmadiyah).

Untuk mengetahui perbedaan dan penyimpangan penafsiran versi JAI tersebut, sengaja penulis mencantumkan pembandingnya, yaitu penafsiran Al-Qur`an versi para ulama Islam.

Inilah salah satu buktinya, bisa dilihat dari kutipan-kutipan penafsiran mereka yang penulis cantumkan di sini, seperti di bawah ini :

1. SURAH ASH-SHAF (SURAH KE-61)

“dan memberi khabar suka tentang seorang rasul yang akan datang sesudahku yang akan bernama Ahmad.” 3037 

ﭢ ﭣ ﭤ ﭥﭦ ﭧ ﭨ

”Dia lah yang mengirimkan Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia menyebabkannya menang atas semua agama…”3040 

ﮐ ﮑ ﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗ ﮘ ﮙ ﮚ

”Hai orang-orang yang beriman! Maukah Aku tunjukkan kepadamu suatu perdagangan,” 3041  

ﮟ ﮠ ﮡ ﮢ ﮣ ﮤﮥ

Keterangan Footnote :

3037

…….Jadi, nubuatan yang disebut dalam ayat ini ditujukan kepada Rasulullah s.a.w., tetapi sebagai kesimpulan dapat pula dikenakan kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s. Pendiri Jemaat Ahmadiyah.

3040

Kebanyakan ahli tafsir Alquran sepakat bahwa ayat ini kena untuk Almasih yang dijanjikan.

3041

Ayat ini agaknya mengisyaratkan juga kepada zaman Hadhrat Masih Mau’ud a.s. ketika perniagaan dan perdagangan akan berkembang dengan subur...

2. SURAH YASIN (SURAH KE-36)

”Maka datang dari bagian terjauh kota itu  seorang laki-laki2437 dengan berlari-lari2438

ﮝ ﮞ ﮟ ﮠ ﮡ ﮢ

“Dikatakan kepadanya, “Masuklah ke dalam surga.”2440

ﯵ ﯶ ﯷ

“Ah, sayang bagi hamba-hamba-Ku! Tidak pernah datang kepada mereka seorang rasul, melainkan mereka senantiasa mencemoohkannya.” 2442

ﭩ ﭪ ﭫﭭ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴ ﭵ

Keterangan Footnote :

2437

Isyarat yang terkandung dalam kata rajulun dapat tertuju kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s., yang telah disebut demikian dalam suatu hadis yang terkenal (Bukhari, Kitab at-Tafsir).

2438

Kata-kata yang sama dalam arti dan maksud dengan kata yas’a  (berlari-lari) telah dipakai mengenai Hadhrat Masih Mau’ud a.s. oleh Rasulullah s.a.w. dalam beberapa sabda beliau, yang memberi isyarat kepada sifatnya yang tak mengenal lelah, cepat bertindak dan tak mengenal jemu dalam usahanya untuk kepentingan Islam.

2440

Penyebutan surga secara khusus dalam ayat ini sehubungan dengan rajulun yas’a  itu sangat penting artinya. Kalau kepada semua orang yang beriman sejati dalam Alquran telah dijanjikan surga, maka penyebutan secara khusus ini nampaknya berlebih-lebihan dan tidak pada tempatnya. Pembuatan suatu kuburan khusus di Qadian yang terkenal, Bahisyti Maqbarah (Pekuburan Surgawi) oleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s. atas perintah Ilahi secara istimewa, dapat merupakan penyempurnaan secara fisik bagi perintah yang terkandung dalam kata-kata, ’Inni anzaltu ma’aka al-jannah,’ artinya, ”Aku telah menyebabkan surga turun bersama engkau” (Tadzkirah). Nubuatan itu pun agaknya mendukung penjelasan bagi kata-kata ”Masuklah ke dalam surga.”

2442

Kata-kata dalam ayat ini penuh dengan kerawanan, Tuhan Yang Mahakuasa Sendiri agaknya seolah-olah sangat masygul atas penolakan dan ejekan manusia terhadap para nabi-Nya. Sementara para nabi menanggung kesedihan dan derita untuk kaumnya, maka kaumnya itu membalas kesedihan mereka itu dengan penghinaan dan ejekan.

3. AL-JUMU’AH (SURAH KE-62)

Diturunkan

:

Sesudah Hijrah

Ayatnya

:

12, dengan bismillah

Rukuknya

:

2

Waktu Diturunkan dan Hubungan dengan Surah-surah Lainnya.

            Surah ini agaknya diturunkan beberapa tahun sesudah Hijrah (lihat ayat 4). Dalam surah sebelumnya telah disinggung nubuatan Nabi Isa a.s. tentang kedatangan Nabi Ahmad a.s. .....Surah ini kemudian mengisyaratkan pula kepada gejala rohani yang akan terjadi pada suatu ketika kelak dengan perantaraan wakil agung Rasulullah s.a.w. ialah Masih Mau’ud.....Menjelang penutup, ditekankannya soal kepentingan salat Jum’at dan tersirat bahwa di zaman kedatangan Rasulullah s.a.w. kedua kali yang diumpamakan sebagai salat Jum’at...

“Dan Dia akan membangkitkan di tengah-tengah suatu golongan lain dari antara mereka, yang belum pernah bergabung dengan mereka3046 dan Dia-lah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.”

ﭴﭵ ﭶ ﭷ ﭸﭺ ﭻ ﭼ ﭽ

“Katakanlah, “Hai orang-orang Yahudi, sekiranya kamu mengaku bahwa sesungguhnya kamu sahabat Allah seraya mengucilkan semua manusia lain, maka harapkanlah kematian,3047 jika kamu sungguh-sungguh orang-orang benar.”

ﮤ ﮥ ﮦﮧ ﮨ ﮩ ﮪ ﮫ ﮬ ﮭ ﮮ ﮯ ﮰ ﮱ ﯓ ﯔﯕ ﯖ

“Hai orang-orang yang beriman! Apabila kamu dipanggil untuk bersembahyang pada hari Jum’at..”3047A

ﭑ ﭒ ﭓ ﭔ ﭕ ﭖ ﭗ ﭘ ﭙ

”Dan apabila sembahyang itu telah usai, maka bertebaranlah kamu di bumi dan carilah karunia Allah,”3048

ﭨ ﭩ ﭪ ﭫ ﭬ ﭭ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱ

Keterangan Footnote :

3046

....tertuju kepada pengutusan Rasulullah s.a.w. sendiri untuk kedua kali dalam wujud Hadhrat Masih Mau'ud a.s. di akhir zaman......Jadi, Alquran dan hadis kedua-duanya sepakat bahwa ayat ini menunjuk kepada kedatangan kedua kali Rasulullah s.a.w. dalam wujud Hadhrat Masih Mau'ud a.s.

3047

Hadhrat Masih Mau'ud a.s. akan menantang mereka yang menyebut diri ulama Islam, yang menolak dakwa beliau, untuk mengadakan mubahalah, yaitu pertandingan doa; di dalam mubahalah itu diminta supaya kutukan Ilahi menimpa mereka yang mengada-adakan dusta terhadap Tuhan (3:61).

3047A

....Sabbat bagi kaum muslimin ialah hari Jum’at. Karena surah ini nampaknya membahas secara khusus zaman Masih Mau'ud a.s., maka panggilan kepada salat Jum’at dapat juga berarti seruan nyaringnya yang dialamatkan kepada kaum muslimin supaya mendengarkan amanat beliau.

3048

Berlainan dengan Sabbat kaum Yahudi atau Kristen, Sabbat kaum muslimin bukanlah hari istirahat. Sebelum dan sesudah salat Jum’at kaum muslimin boleh meneruskan pekerjaan-pekerjaan mereka sehari-hari seperti sedia kala. Kata-kata, ”karunia Allah” pada umumnya diartikan, ”menjalankan usaha dan mencari nafkah.”

4. SURAH AL-MUDDATSTSIR (SURAH KE-74)

”Dan demi subuh3070 apabila terang.”

ﯲ ﯳﯴ ﯵ

Keterangan Footnote :

3070

”Subuh” dapat juga berarti Wakil Agung Rasulullah s.a.w. ialah Hadhrat Masih Mau'ud a.s.

5. SURAH AL-QIYAMAH (SURAH KE-75)

”Dan matahari dan bulan dikumpulkan.” 3179 

ﯔ ﯕ ﯖﯗ

Keterangan Footnote :

3179

....Sangat mengherankan, bahwa bulan dan matahari kedua-duanya mengalami gerhana di dalam bulan Ramadhan yang sama pada tahun 1894, ketika pendiri Jemaat Ahmadiyah telah mengumumkan pengakuan bahwa beliaulah Masih Mau'ud a.s. dan Imam Mahdi.

6. SURAH AT-TAKWIR (SURAH KE-81)

“Dan, sesungguhnya, ia melihatnya3278 di ufuk yang terang.”

ﮭ ﮮﮯ ﮰ ﮱ

Keterangan Footnote :

3278

.....kedua dapat pula berarti bahwa Rasulullah s.a.w. melihat wujud beliau sendiri di timur jauh dalam pribadi Hadhrat Masih Mau'ud a.s.

7. SURAH AL-INSYIQAQ (SURAH KE-84)

”Dan bulan apabila jadi purnama.”3303

ﯔ ﯕ ﯖ ﯗ

Keterangan Footnote :

3303

Ayat-ayat 17-19 berisikan sebuah nubuatan mengenai kemunduran sementara umat Islam serta kebangunan kembali mereka melalui seorang wujud, wakil agung Rasulullah s.a.w. –Hadhrat Masih Mau'ud a.s.

8. SURAH AL-BURUJ (SURAH KE-85)

”Dan hari yang dijanjikan.”3308

ﭕ ﭖ ﭗ

”Dan sang saksi3309 dan ia yang diberi kesaksian.”

ﭘ ﭙ ﭚ

Keterangan Footnote :

3308

”Hari yang dijanjikan” itu dapat berarti hari, ketika Hadhrat Masih Mau'ud a.s. akan dibangkitkan untuk mendatangkan kebangunan kembali Islam.....Tetapi, ”hari yang dijanjikan” yang paripurna itu ialah masa kebangkitan kedua kalinya Rasulullah s.a.w. dalam pribadi wakil beliau pada abad ke-14 Hijrah. 

3309

....Masih Mau'ud a.s. akan memberi kesaksian akan kebenaran Rasulullah s.a.w.....Beliau akan memberikan kesaksian pula dalam arti bahwa dalam wujud beliau nubuatan Rasulullah s.a.w. mengenai kemunculan Masih Mau'ud a.s. dan Imam Mahdi a.s. pada abad ke-14 Hijrah akan jadi sempurna. Masih Mau'ud a.s. itu pun masyhud dalam arti bahwa Rasulullah s.a.w. sendiri telah memberi kesaksian akan kebenaran beliau. Dengan demikian Rasulullah s.a.w. dan Masih Mau'ud a.s. itu bersama-sama merupakan syahid dan masyhud.

9. SURAH ATH-THARIQ (SURAH KE-86)

”Demi langit dan Bintang Fajar.”3316

ﭑ ﭒ ﭓ

”Tiada suatu jiwa pun melainkan mempunyai penjaga3317 atas dirinya.”

ﭜ ﭝﭞ ﭟﭠ ﭡ ﭢ

Keterangan Footnote :

3316

Isyarat dalam ayat ini dapat tertuju kepada wakil Rasulullah s.a.w. yang kedatangannya laksana Bintang Fajar sebagai pertanda akan terbitnya fajar kejayaan....

3317

Tuhan akan melindungi Bintang Fajar –wakil Rasulullah s.a.w....

 

10. SURAH AL-FAJR (SURAH KE-89)

Diturunkan

:

Sebelum Hijrah

Ayatnya

:

31, dengan bismillah

Rukuknya

:

1

Waktu Diturunkan dan Hubungan dengan Surah-surah Lainnya

            .....Surah ini mengandung nubuatan berganda, yang pada pokoknya adalah bertalian dengan Rasulullah s.a.w. dan sebagai tambahan juga bertalian dengan Masih Mau'ud a.s....Surah ini dapat pula diartikan menunjuk kepada kemunduran Islam selama sepuluh abad sesudah tiga abad pertamanya yang diwarnai keberhasilan itu, dan menunjuk kepada kemunculan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. dan juga kepada abad pertama yang penuh dengan percobaan dan penderitaan dalam pelaksanaan tugas beliau dan para pengikut beliau. Sesudah menampilkan, dengan memakai bahasa tamsil, gambaran singkat mengenai pergantian serta turun naik gelombang nasib agama Islam pada masa Rasulullah s.a.w. dan Hadhrat Masih Mau'ud a.s.

”Demi fajar,”3332

ﭑ ﭒ

”dan sepuluh malam,”3333

ﭓ ﭔﭕ

”dan yang genap serta yang ganjil,”3334

ﭖ ﭗﭘ

Keterangan Footnote :

3332

.....”Fajar” itu dapat pula berarti diutusnya Hadhrat Masih Mau'ud a.s. yang akan membawa amanat pengharapan dan berarti kedatangan suatu hari depan yang gemilang bagi orang-orang Islam sesudah masa kemunduran dan kemerosotan berabad-abad lamanya.

3333

....mengambarkan sepuluh abad kemunduran dan kemerosotan sebelum diutusnya hadhrat Masih Mau'ud a.s. yang dengan itu akan mengakhiri masa kegelapan.

3334

.....”yang genap dan yang ganjil” itu dapat berarti bahwa sekalipun Rasulullah s.a.w. dan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. itu dua pribadi terpisah, namun Hadhrat Masih Mau'ud a.s. adalah begitu larut sirna dalam Rasulullah s.a.w. sehingga seolah-olah telah menjadi satu (memanunggal) dengan beliau.

 

11. SURAH ASY-SYAMS (SURAH KE-91)

”Dan demi bulan,3356 apabila ia mengikuti matahari.”

ﭔ ﭕ ﭖﭗ

”Dan demi malam hari3358 apabila ia menutupi cahaya matahari.”

ﭜ ﭝ ﭞ ﭟ

Keterangan Footnote :

3356

Atau kata ”bulan” itu dapat pula menunjuk kepada para wali dan para imam zaman –khususnya kepada wakil agung beliau, Hadhrat Masih Mau'ud a.s.- yang akan meminjam cahaya dari Rasulullah s.a.w. dan menyiarkannya ke dunia untuk menghilangkan kegelapan akhlak dan rohani.

3358

...(2) masa wakil agung beliau, yaitu Hadhrat Masih Mau'ud a.s. ketika nur (cahaya) yang diperolehnya dari Rasulullah s.a.w. dipantulkan ke suatu dunia yang gelap....

12. SURAH AL-ZILZAL (SURAH KE-99)

Diturunkan

:

Sebelum Hijrah

Ayatnya

:

9, dengan bismillah

Rukuknya

:

1

Waktu Diturunkan dan Hubungan dengan Surah-surah Lainnya

            ......Dalam surah ini telah dinyatakan bahwa perubahan serupa itu akan terjadi di akhir zaman – di dalam masa wakil agung Rasulullah s.a.w. ialah Masih Mau'ud a.s. dan Mahdi...

 

 

***

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PENAFSIRAN AL-QUR`AN

MENURUT AHLU SUNNAH WAL JAMA’AH

BANTAHAN ATAS TAFSIR AL-QUR`AN

VERSI AHMADIYAH

(Ditulis sebagai bantahan atas kutipan di atas dari Penafsiran al-Qur`an al-Karim versi Ahmadiyah)

            Berikut ini, penulis ajak sidang pembaca untuk membandingkan antara penafsiran Al-Qur`an versi Jemaat Ahmadiyah Indonesia dengan penafsiran Al-Qur`an versi para ulama, seperti yang tercantum di dalam Tafsir Ibnu Katsir, Fathul Qadir atau kitab-kitab tafsir yang lainnya.

1. SURAH ASH-SHAFF (SURAH KE-61)  

Ibnu Katsir menyatakan bahwa ayat ini adalah sebagai keterangan dari Allah SWT melalui lisan Nabi-Nya, yaitu Nabi Isa A.S, bahwa di dalam kitab-Nya, Injil telah termaktub bahwa nanti akan dibangkitkan seorang nabi di akhir zaman yang bernama Ahmad. Ahmad di sini yang dimaksud adalah Rasulullah s.a.w., Muhammad bin Abdullah. Hal ini berdasarkan sabda beliau di bawah ini:

عَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: إِنَّ لِيْ أَسْمَاءٌ أَنَا أَحْمَدُ وَ أَنَا الْمَاحِيْ الَّذِيْ يَمْحُوْ اللهُ بِهِ الْكُفْرَ وَ أَنَا الْحَاشِرُ الَّذِيْ يَحْشُرُ النَّاسَ عَلَى قَدَمِيْ وَ أَنَا الْعَاقِبُ.

“Dari Jubair bin Muth’im dari bapaknya dia berkata, ’Aku pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda, ’Sesungguhnya aku mempunyai beberapa nama; Aku bernama Ahmad, aku bernama Al-Mahi (Penghapus) yang dengannya Allah menghapuskan kekafiran, aku bernama Al-Hasyir (Pengumpul) yang mengumpulkan manusia di depan kakiku dan aku bernama Al-Aqib (Penutup/maksudnya tidak ada nabi atau pun rasul setelah aku).” (Tafsir Ibnu Katsir, jilid 4:324, Penerbit Al-Maktabah Al-Ashriyyah, cet. Ke-3 tahun 2000 M./1420 H.).

            Adapun yang dimaksud dengan rasul-Nya di dalam ayat ke-9 di atas adalah tentu tertuju kepada Rasulullah s.a.w., Muhammad bin Abdullah, dan bukan tertuju kepada Mirza Ghulam Ahmad si Pendusta dari India. Adapun yang dimaksud dengan ”perdagangan” di dalam ayat ke-10 adalah bukan perdagangan jual beli barang di dunia ini seperti yang ditafsirkan oleh Al-Qur`an versi Ahmadiyah, tetapi hal ini ditafsirkan dengan ayat setelahnya bahwa perdagangan yang tidak akan pernah rugi itu adalah :

ﮫ ﮬ ﮭ ﮮﮯ ﮰ ﮱ ﯓ ﯔﯖ ﯗ ﯘ ﯙ ﯚ ﯛ ﯜ

”(Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi  kamu jika kamu mengetahui,” (QS Ash-Shaff [61]: 11).

2. SURAH YASIN (SURAH KE-36)

Sesungguhnya yang dimaksud dengan seorang lelaki yang berlari dari kota terjauh yang dikisahkan di dalam surah Yasin bukan ditujukan kepada Mirza Ghulam Ahmad, tetapi ditujukan kepada seorang lelaki yang bernama Habib (pendapat Mujahid dari Ibnu Abbas), ada juga yang menyebutnya bernama Habib bin Siri dan Habib An-Najjar (pendapat Ikrimah dari Ibnu Abbas).  Adapun yang dimaksud dengan orang yang dipersilahkan masuk surga oleh Allah SWT adalah seorang lelaki yang bernama Habib tersebut yang telah beriman kepada para utusan Allah SWT yang di kemudian hari dibunuh oleh kaumnya sendiri dan bukan ditujukan kepada Mirza Ghulam Ahmad dengan Bahisyti Maqbarahnya. (Tafsir Ibnu Katsir, jilid 3 hal. 529).

3. AL-JUMU’AH (SURAH KE-62)

Penafsiran versi DEPAG terhadap ayat ke-3 dari surah Al-Jumu’ah ini adalah, “dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.”  Maksudnya bahwa risalah Nabi Muhammad SAW adalah universal, untuk seluruh umat manusia, karena Rasulullah s.a.w. menafsirkan kata “kaum yang lain” adalah orang-orang Persia, sebagaimana yang tercantum di dalam hadits shahih, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah s.a.w.?” Beliau masih belum menjawabnya sampai para sahabat menanyakannya tiga kali, dan pada saat itu hadir pula Salman Al-Farisi (orang Persia). Maka Rasulullah s.a.w. meletakkan tangannya kepada Salman dan bersabda, “Seandainya agama itu berada pada gugusan bintang yang bernama Tsuraya niscaya salah seorang dari Persia atau dari putra-putra Persia akan pergi ke sana untuk mendapatkannya.” (Shahih Muslim No.4618). Oleh karena itu, Rasulullah s.a.w. telah mengirimkan surat-suratnya yang berisi dakwah Islam kepada raja-raja, di antaranya dikirimkan ke Raja Romawi (Raja Hiraqla/Heraqlius) dan Raja Persia (Raja Kisra) dan raja-raja lainnya.

Adapun ayat ke-6 dari surah Al-Jumu’ah ini maksudnya adalah bahwa jika orang-orang Yahudi merasa benar dan Muhammad SAW dan para sahabatnya berada di dalam kesesatan, maka cobalah kalian (orang-orang Yahudi) berdoa kepada Allah SWT, supaya orang-orang yang kalian anggap sesat itu dimatikan oleh Allah SWT. (ayat ini semakna dengan perintah mubahalah yang tercantum di dalam surah Al-Baqarah [02]: 94, Ali Imran [03]: 61 dan surah Maryam [19]: 75).

Adapun ayat ke-9 dari surah Al-Jumu’ah ini tidak ada kaitannya dengan Mirza Ghulam Ahmad. Justru ayat ini menerangkan tentang kewajiban untuk memperhatikan shalat Jum’at. Dan ayat ke-10 dari surah al-Jumu’ah ini menyuruh kaum muslimin apabila selesai dari ibadah Jum’at agar segera kembali beraktifitas seperti sedia kala. (Tafsir Ibnu Katsir, jilid ke-4, hal. 327). 

4. SURAH AL-MUDDATSTSIR (SURAH KE-74)

Yang dimaksud dengan subuh di dalam ayat ke-34 surah Al-Muddatstsir ini adalah subuh secara hakiki dan tidak ada kaitannya dengan Mirza Ghulam Ahmad. 

5. SURAH AL-QIYAMAH (SURAH KE-75)

            Para ulama ahli tafsir berbeda pendapat tentang penafsiran “matahari dan bulan dikumpulkan.” Di antaranya:

  1. Sinar matahari dan bulan hilang sama sekali. Tidak bercahaya lagi.
  2. Maksudnya matahari dan bulan sama-sama terbit berbarengan dari arah barat.
  3. Matahari dan bulan dikumpulkan di hari Kiamat dan kemudian dilemparkan ke laut yang kemudian menjadi api neraka yang panas.
  4. Matahari dan bulan dikumpulkan (bertabrakan), sehingga tidak ada lagi siang dan malam. Kesemua penafsiran ini menggambarkan tentang kejadian di hari Kiamat. (Tafsir Fathul Qadir, jilid ke-4 hal. 388, cet. 2007/1428, Penerbit: Maktabah Ar-Rusyd, Riyadh).

6. SURAH AT-TAKWIR (SURAH KE-81)

            Penafsiran yang benar terhadap firman Allah SWT yang berbunyi, “Dan sesungguhnya ia melihatnya di ufuk yang terang” adalah Rasulullah s.a.w. telah melihat malaikat Jibril di ufuk. Ufuk di sini artinya tempat terbitnya matahari dari arah timur. Karena apabila matahari terbit dari arah ini (timur), maka segala sesuatu akan terlihat jelas (karena tersinari oleh sinar matahari). Tidak ada sama sekali hubungannya dengan Rasulullah s.a.w. yang melihat wujud reinkarnasinya di dalam diri Mirza Ghulam Ahmad. Semua penafsiran Ahmadiyah ini adalah sesat dan menyesatkan. (Tafsir Fathul Qadir, jilid ke-4, hal. 441).

7. SURAH AL-INSYIQAQ (SURAH KE-84)

            Maksud dari firman Allah SWT ini, “dan bulan apabila jadi purnama” adalah benar-benar artinya secara hakiki, yaitu perubahan bulan dari hilal sampai menjadi purnama. Allah SWT bersumpah dengan bulan ketika mulai membundar (purnama). (Tafsir Fathul Qadir, jilid ke-4, hal. 459).

8. SURAH AL-BURUJ (SURAH KE-85)

            Maksud dari firman Allah SWT yang berbunyi, “dan hari yang dijanjikan” itu adalah hari Kiamat, menurut jumhur para ulama ahli tafsir. Adapun maksud dari firman Allah SWT yang berbunyi, Demi yang menyaksikan dan yang disaksikan (tafsiran DEPAG),” “yang menyaksikan” yaitu seluruh makhluk yang menyaksikan kejadian di hari Kiamat, sedangkan yang disaksikan adalah seluruh keajaiban (huru-hara hari Kiamat) yang terjadi pada saat itu. (Tafsir Fathul Qadir, jilid ke-4, hal. 462).

9. SURAH ATH-THARIQ (SURAH KE-86)

Penafsiran yang benar terhadap ayat pernama surah Ath-Thariq ini adalah Allah SWT bersumpah atas nama langit dan bintang-bintangnya yang gemerlapan yang muncul di malam hari. Karena orang Arab menyebut setiap yang datang atau muncul di malam hari dengan sebutan thariq. Adapun maksud dari ayat ke-4 surah Ath-Thariq ini, “setiap orang pasti ada penjaganya,” adalah bahwa setiap manusia dijaga oleh para malaikat. Para malaikat menjaga amal perbuatan manusia (baik dan buruknya), ucapan dan lain sebagainya. Ada juga yang menafsirkan bahwa yang menjaga manusia itu adalah Allah SWT. (Tafsir Fathul Qadir, jilid ke-4, hal. 470).  

10. SURAH AL-FAJR (SURAH KE-89)

Demi fajar. Ada beberapa penafsiran untuk ayat pertama Al-Fajr ini, di antaranya :

  1. Fajar di hari pertama bulan Muharram.
  2. Fajar di hari Nahar (Hari Raya Idul Adha)
  3. Fajar di bulan Dzulhijjah, karena Allah SWT mengaitkannya dengan ”demi malam yang sepuluh,” yaitu sepuluh malam di bulan Dzulhijjah.

Adapun penafsiran untuk ayat yang berbunyi, “demi yang genap dan yang ganjil,” adalah bahwa segala sesuatu mempunyai hal yang genap dan yang ganjil. Ada juga sebagian para mufassirin yang mengatakan bahwa yang genap bisa dalam hal shalat. Ada shalat yang genap dan shalat yang ganjil; yang genap itu makhluk dan yang ganjil itu Allah SWT; yang genap itu adalah sepuluh hari di bulan Dzulhijjah dan yang ganjil itu adalah tiga hari di Mina. (Tafsir Fathul Qadir, jilid ke-4, hal. 486).  

11. SURAH ASY-SYAMS (SURAH KE-91)

Maksud dari ayat kedua surah Asy-Syams ini adalah bahwa Allah SWT bersumpah demi bulan yang muncul setelah matahari terbenam, yaitu di pertengahan bulan dengan terangnya sinar bulan purnama. Jadi bulan mengikuti matahari di dalam menerangi bumi di malam hari. Adapun ayat keempatnya adalah Allah SWT bersumpah demi malam apabila menutupi cahaya matahari, sehingga bumi menjadi gelap gulita. Tidak ada seorang pun di antara para mufassirin yang menafsirkan ayat-ayat ini seperti yang dialkukan oleh orang-orang Ahmadiyah. (Tafsir Fathul Qadir jilid ke-4, hal. 501).

12. SURAH AL-ZILZAL (SURAH KE-99)

Surah Al-Zilzal (menurut Ahmadiyah) atau Al-Zalzalah (menurut DEPAG) semuanya menceritakan tentang kejadian huru-hara yang terjadi di hari Kiamat nanti dan tidak ada sangkut pautnya dengan Mirza Ghulam Ahmad. (Tafsir Fathul Qadir, jilid ke-4, hal. 533).

KESIMPULAN:

            Dari data-data yang telah kami paparkan di atas, jadi Ahmadiyah itu sudah selayaknya dibubarkan, karena merupakan duri dalam daging, serupa Islam, tapi bukan Islam. Mereka telah dengan terang-terangan menafsirkan Islam secara salah dan menyimpang, padahal Presiden RI Pertama, Ir. Soekarno telah melarang setiap orang untuk menafsirkan sebuah agama dengan penafsiran yang menyimpang dari pokok-pokok agama tersebut, yaitu dengan UU No.1/PNPS/1965. Pemerintah dalam hal ini harus bersikap tegas dengan melarang dan membubarkan Ahmadiyah di seluruh Indonesia, baik JAI maupun GAI. Apabila Ahmadiyah tidak dibubarkan oleh Pemerintah, maka hal ini akan membuat senang (menyenangkan) jemaat Ahmadiyah Indonesia yang jumlahnya hanya ±50.000 orang. Dan kalau Ahmadiyah dibubarkan, maka hal ini akan membuat senang (menyenangkan) seluruh umat Islam Indonesia yang jumlahnya ratusan juta orang. Jadi Pemerintah tinggal memilih, apakah akan membuat kecewa (mengecewakan) yang ratusan juta orang atau membuat kecewa (mengecewakan) yang puluhan ribu orang?    

Keterangan :

Semua tulisan ini dikutip dari Tafsir Ahmadiyah yang bernama, “ALQURAN DENGAN TERJEMAHAN DAN TAFSIR SINGKAT,” editor : Malik Ghulam Farid dialih bahasakan oleh : PANITIA PENTERJEMAH TAFSIR ALQURAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA, dengan restu : HADHRAT MIRZA TAHIR AHMAD Kahlifatul Masih IV a.t.b.a., JILID III, EDISI PERTAMA, Penerbit : YAYASAN WISMA DAMAI Jakarta 1983.

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar