Demo warga Surabaya di depan kampus STAI Ali bin Abi Tholib (foto: tempo.co)
Surabaya (SI Online) - Karena terdapat perbedaan pendapat tentang hukum memperingati Maulud Nabi Muhammad Saw, memicu warga Sidotopo Kidul, Kota Surabaya, marah dan melakukan unjuk rasa hingga menuntut penghentian aktivitas Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ali Ibn Abi Tholib.
Kronologisnya, terbit Buletin Al Iman yang merupakan produk dari aktivitas STAI Ali Ibn Abi Tholib. Dalam edisi ke 205, buletin tersebut menurunkan topik bahasan dengan judul “Bolehkah Merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw”, yang kemudian memicu warga marah. Pasalnya, di dalam buletin tersebut ditulis, “Merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw, merupakan sarana yang dapat menjerumuskan seseorang ke dalam perbuatan syirik. Sebab dalam peringatan tersebut tidak dapat dihindari terdapat pujian berlebihan kepada Rasulullah Muhammad Saw."
Spanduk besar dibentang, memuat tulisan “Warga Sidotopo Klidul dan Sekitarnya Bersepakat atas Pemberhentian Aktivitas STAI Ali Ibn Abi Thalib. Bubar atau Dibubarkan.” Disamping spanduk, warga juga membentang sejumlah poster yang memuat sejumlah tulisan, diantaranya; “Ajaran Faham Wahabi Tidak Dapat Diterima Warga”, “STAI Ali Ibn Abi Tholib Mensyirikkan Maulid Nabi” dan masih banyak lagi.
Pihak STAI Ali Ibn Abi Tholib segera tanggap. Segera menemui warga dan mengajak beberapa orang diantaranya sebagai wakil warga untuk berdialog. Dalam pertemuan dengan warga, yang berlangsung tertutup itu, ikut hadir dari pihak Kepolisian dan Komando Rayon Militer (Koramil).
Namun menurut warga yang ikut dalam pertemuan tertutup itu menyebutkan, pertemuan selama 30 menit tersebut, sebenarnya sama sekali tidak terdapat dialog.
“Pertemuan tersebut hanya untuk menyerahkan surat pernyataan yang ditandangani 500 orang. Warga sengaja tidak bersedia berdialog dengan pengurus STAI. Sebab kalau dialog, kami tentu kalah. Karena mereka memiliki segudang argumen, yang tidak mungkin kami yang awam ini, dapat patahkan,” ungkap H. Adras Ridwan, salah seorang dari perwakilan warga.
Sementara dari pihak STAI Ali Ibn Abi Tholib, kepada wartawan hanya memberikan pernyataan tertulis. Diantara poin-poin yang disampaikan dalam pernyataan itu mengungkap, pihak STAI merasa kecolongan, hingga tulisan tetang Maulid Nabi Muhammad Saw tersebut, dapat diturunkan dalam buletin.
Tulisan tersebut merupakan karya dari seorang mahasiswa, yang diterbitkan dengan tanpa sepengetahuan atau terlebih dahulu mendapat izin dari staf pengajar pembina buletin tersebut. Sebenarnya sebelum ini, setiap tulisan hasil karya mahasiswa yang hendak dimuat Buletin Al Iman, harus seizin atau sepengetahuan staf pengajar yang bertanggungjawab atas penerbitan Buletin itu. Staf pengajar penanggungjawab ini, bertugas pula untuk melakukan koreksi terhadap semua isi atau materi isi buletin.
Poin lain dari pernyataan tertulis tersebut menyebut, segenap pengurus STAI menyampaikan permintaan maaf kepada kepada warga dan semua pihak yang telah dibuat kurang nyaman oleh terbitnya buletin Al Iman edisi 205 ini.
Rep : Muhammad Halwan
Sumber : Harian SURYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar