KUTIPAN BUKU 40 MASALAH SYIAH
KARYA EMILIA RENITA AZ[1]
Oleh M. Amin Djamaluddin et al
“Pengantar Editor….Buku ini
merupakan hasil belajar murid dan istri saya yang paling cerdas dan kritis,
Emilia Az. Hampir setiap saat ketika ada waktu luang di tengah-tengah kesibukan
dakwah kami, kami duduk berdua membahas berbagai masalah Syiah. Ia juga rajin
mencatat kuliah-kuliah atau diskusi-diskusi tentang Syiah yang disaksikannya…(hal. 12)
“….Maafkan kami kalau dalam buku
ini terdapat ejaan yang tidak konsisten atau salah. Mudah-mudahan dalam cetakan
berikutnya, tentu dengan halaman yang mungkin berbeda, buku kecil ini muncul
dalam bentuk yang lebih enak dibaca dan lebih perlu.
“….Walhasil, buku ini adalah karya
bersama yang kami persembahkan untuk umat Islam Indonesia .” (hal. 13)
“….Secara khusus, sebagai Ketua Dewan
Syura Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia ,
kami memberikan buku ini kepada seluruh anggota IJABI sebagai pedoman dakwah
mereka…” (hal.
13)
1 Muharram 1430
Jalaluddin
Rakhmat
Kutipan :
”Kata Pengantar....Sengaja buku ini
dibuat sebagai hadiah kecil saya, kepada Imam tercinta, Imam Ali bin Abi Thalib
(as) di hari pengangkatan Beliau sebagai pelanjut kepemimpinan setelah Nabi
saw. Buku ini juga dibuat untuk TABAYYUN atas buku-buku dan selebaran-selebaran
yang sengaja dibuat untuk memprovokasi orang awam dan menyebarkan fitnah
tentang Syiah.” (hal. 14-15)
”....Akhirnya
dengan segala effort dan seluruh kerja keras kami berdua (sebetulnya, saya malu
kalau saya claimed, buku ini hasil saya sendiri padahal suami saya kerja lebih
keras dari saya!! Thanks, hon...! Juziitum ’an ahlilbait (as) khayran sehingga
buku ini terbit walaupun jauh dari target waktu yang sebenarnya (karena
bolak-balik dikasih warna merah, diedit terus menerus, selalu kembali dengan
penuh coretan, yang saya juga sudah sampai titik puncak kehabisan sabar karena
”guru saya” yang sangat perfectionist!!!...) (hal. 17).
Kutipan
:
1. ‘Adalah semua
sahabat bertentangan dengan al-Qur`an
Di dalam al-Qur`an ada banyak ayat
yang mengecam sahabat-sahabat Nabi saw. Sebuah surat turun khusus untuk membongkar dan
mengecam para sahabat Nabi saw. Kita menyebutnya Surat al-Tawbah. Ibnu Abbas
menyebut surat
ini dengan Al-Fadhihah (artinya yang membongkar kesalahan atau
keburukan), karena “tidak henti-hentinya turun wa minhum: sehingga kami mengira
tidak akan tersisa di antara kami yang tidak disebut di dalamnya”.
Ibn ‘Umar menyebut surat ini Al-Muqasyqisyah
-yang menyapu habis. “Di zaman Nabi saw, surat
al-Barah ini kami sebut surat Al-Mu’abbirah
– yang mengungkapkan, karena surat ini membeberkan
rahasia orang banyak,” kata Muhamad bin Ishaq. Ibnu ‘Umayr menyebutnya Al-Munaqqirah,
membongkar kesalahan (Al-Suyuthi, Tafsir al-Durr al-Mantsur 119-121).
(40 Masalah Syiah, hal. 76-78).
Jawaban LPPI :
Sebelumnya,
Emilia mengutip surat Al-Nisa ayat 95 yang berisi kecaman kepada para sahabat
yang berbunyi, “Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk
(yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang yang
berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat
orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk
(tidak ikut berperang tanpa halangan). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan
(pahala) yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas
orang yang duduk dengan pahala yang besar,” (QS An-Nisa
[04]: 95). Ayat ini tidak bisa dijadikan
alasan untuk membeda-bedakan para sahabat seperti yang dikatakan di dalam buku 40
Masalah Syiah, “Al-Qur`an melarang kita untuk
menyamakan semua sahabat Nabi saw pada tingkat yang sama.” Padahal yang dimaksudkan oleh Allah SWT adalah bahwa para
sahabat yang ikut berperang akan mendapatkan pahala yang sangat besar jika
dibandingkan dengan para sahabat yang tidak ikut berperang padahal fisik mereka
tidak sedang sakit atau tidak cacat seperti Ibnu Ummi Maktum yang buta. Dia
ingin berperang, tapi apa daya tangan tak sampai. Bagaimana mungkin seorang
yang buta bisa berperang? Oleh karena itu, Allah SWT memberikan rukhsah-Nya
kepada Ibnu Ummi Maktum. Akan tetapi, jangan dianggap bahwa para sahabat yang
tidak ikut berperang tidak mendapatkan pahala dari Allah SWT. Tetap
masing-masing mendapatkan pahala dari Allah SWT. Akan tetapi pahala para
sahabat yang ikut berperang lebih banyak daripada para sahabat yang tidak ikut
berperang. Bukankah hukum perang itu fardhu kifayah sehingga dibolehkan bagi
para sahabat yang lain untuk tidak ikut berperang? Kemudian jika toh ada ayat
yang mengecam sebagian para sahabat, mari kita jadikan ibrah kejadian tersebut.
Karena bagi para sahabat adalah amal ibadah mereka dan bagi kita adalah amal
ibadah kita. Kehidupan para sahabat telah berlalu, maka masa lalu biarlah
berlalu, tinggal kita petik hikmah di balik peristiwa yang dialami para sahabat
tersebut.
Kutipan
:
‘Adalah Semua Sahabat Bertentangan dengan Sunnah
Di
bawah ini diturunkan pernyataan Nabi saw berkenaan dengan para sahabatnya.
Sebelumnya, marilah kita perhatikan pernyataan Tuhan tentang kebanyakan sahabat
Nabi saw: Mereka bersumpah dengan nama Allah bahwa mereka tidak mengucapkan
sesuatu pun (yang buruk), padahal sebenarnya mereka telah mengucapkan fitnah,
dan mereka mengatakannya setelah mereka memeluk Islam, dan mereka merencanakan
maksud jahat yang tidak dapat mereka lakukan. Dendam mereka ini adalah balasan
mereka atas karunia yang telah Allah serta RasulNya berikan kepada mereka! Jika
mereka bertaubat itulah yang terbaik buat mereka; tetapi jika mereka berpaling,
Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan mereka tidak mempunyai penolong di muka bumi ini (Al-Tawbah 74). “Sebagian besar di antara mereka
adalah orang-orang fasik” (Al-Hadid 16). (40
Masalah Syiah, hal. 80)
Jawaban LPPI :
Qatadah
berkata, ”Ayat ini diturunkan mengenai Abdullah bin Ubay (munafiq). Yaitu pada
suatu ketika, ada dua orang yang berkelahi, antara orang Juhani dengan seorang
Anshar. Maka orang Juhani ini bisa mengalahkan orang Anshar. Maka Abdullah bin
Ubay berkata, ”Mengapa kalian tidak menolong saudaramu yang orang Anshar?”
Kemudian setelah itu, Abdullah bin Ubay juga berkata, ”Sungguh, jika
kita kembali ke Madinah (kembali dari perang Bani Musthalik), pastilah orang
yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana.”
Maksud orang
yang kuat adalah Rasulullah saw dan para sahabat. Kemudian ada seseorang yang
melaporkan ucapan Abdullah bin Ubay ini kepada Rasulullah saw. Maka Rasulullah saw
segera mengutus seseorang untuk bertanya kepada Abdullah bin Ubay mengenai
kebenaran ucapannya tersebut. Akan tetapi,
Abdullah bin Ubay bersumpah atas nama Allah, bahwasanya dia tidak mengucapkan
kata-kata tersebut. Maka Allah SWT menurunkan ayat ini, ”Mereka (orang munafik) bersumpah
dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakiti
Muhammad). Sungguh, mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah
menjadi kafir setelah Islam, dan menginginkan apa yang mereka tidak
mencapainya; dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), sekiranya Allah
dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka
bertobat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya
Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan
mereka tidak mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di bumi.” (QS
At-Taubah [09]: 74) (Tafsir Ibnu Katsir jilid ke-2
hal. 338).
Kutipan :
2. Diriwayatkan dari
Al-Musayyab bahwa dia bertemu dengan Al-Barra bin Azib dan berkata kepadanya:
Semoga engkau hidup sejahtera. Engkau beruntung karena menjadi sahabat Nabi saw
dan berbaiat kepadanya di bawah pohon (Al-Hudaybiyah). Mengenai hal ini,
Al-Barra berkata: Wahai keponakanku, engkau tidak tahu bahwa kami telah
mengubah-ubah agama sepeninggalnya (Shahih al-Bukhari 5:488) (40 Masalah
Syiah hal. 81)
Jawaban LPPI :
Setahu kami bahwa hadits yang
dimaksudkan oleh Syiah ini adalah sebuah hadits yang bercerita tentang perilaku
umat Rasulullah saw yang mengamalkan perbuatan bid’ah. Kita tahu bahwa
Rasulullah saw telah mewanti-wanti umatnya dari perbuatan bid’ah. Sepeninggal Rasulullah
saw, mulailah umat Islam ini terjerumus ke dalam perbuatan bid’ah dan terus
berlanjut sampai pada zaman sekarang ini.
Adapun pada zaman para sahabat dan
semasa Rasulullah saw hidup, istilah perbuatan bid’ah belum dikenal, karena
mereka sangat konsisten dan istiqamah dengan sunnah Rasulullah saw sehingga beliau
menyebutnya sebagai generasi terbaik ummat ini!
Kutipan
:
3. Pada persitiwa
Perjanjian Hudaybiyah, Nabi bermaksud berdamai dengan orang-orang Mekah, tetapi
sahabat-sahabat yang sama menentangnya. Bahkan mereka meragukan kenabian Nabi
Muhammad saw. (40 Masalah Syiah hal. 82)
Jawaban LPPI :
Dalam peristiwa Hudaybiyah, memang
Umar bin Khathab berkata kepada Rasulullah saw, “Alasta Rasuulullaah?
Bukankah Anda itu Utusan Allah? Kalimat ini bukan pertanda bahwasanya Umar
meragukan kerasulan dan kenabian Muhammad bin Abdullah, akan tetapi sebagai penguatan.
Ketika itu Rasulullah saw terlihat tunduk kepada keinginan orang-orang kafir
Quraisy. Karena menurut pendapat Umar, isi perjanjian Hudaybiyah banyak
merugikan kaum muslimin. Rasulullah saw itu kan benar-benar sebagai Utusan Allah, untuk
apa mengikuti usulan orang-orang kafir Quraisy. Ternyata di kemudian hari, isi
perjanjian Hudaybiyah ini menghasilkan keuntungan, kebaikan dan kemenangan bagi
kaum muslimin.
Kutipan
:
4. Dalam menjelaskan
Al-Isra 60 “Dan kami tidak menjadikan mimpi yang telah kami perlihatkan
kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia (dan begitu pula) pohon kayu
terkutuk dalam al-Qur`an…” para mufassirin menjelaskan bahwa al-syajarah
al-mal’unah atau pohon yang terkutuk adalah anak-cucu Marwan yang tampak
dalam mimpi Rasulullah saw sebagai kera. Mereka mengerubungi mimbar Rasulullah
saw. Setelah mimpi itu Rasulullah saw tidak pernah lagi tersenyum sampai akhir
hayatnya (Al-Tafsir al-Kabir 20:237; Al-Jami li Ahkam al-Qur`an 10:281-286;
Ruh al-Ma’ani 15:105) (40 Masalah Syiah hal. 89)
Jawaban LPPI :
Yang dimaksud dengan pohon yang
dilaknat dalam al-Qur`an adalah pohon zaqqum, seperti yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad, Abdurrazzaq dan selain keduanya dari Sufyan bin Uyainah. Demikian
pula al-Aufi meriwayatkan hal yang sama dari sahabat Ibnu Abbas. (Tafsir
Ibnu Katsir, jilid ke-3 hal. 47).
Di dalam
keterangan berikutnya memang ada pernyataan bahwa ada orang yang mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan pohon yang dilaknat dalam al-Qur`an adalah Bani
Umayyah, namun justru di dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir ini langsung disanggah
dengan divonis sebagai pendapat yang aneh dan lemah.
وَ قِيْلَ : الْمُرَادُ بِالشَّجَرَةِ الْمَلْعُوْنَةِ
بَنُوْ أُمَيَّةَ، وَ هُوَ غَرِيْبٌ ضَعِيْفٌ.
“Dikatakan
bahwasanya yang dimaksud dengan pohon yang terkutuk adalah keturunan Umayyah.
Pendapat ini sangat aneh dan lemah.” (Tafsir Ibnu Katsir, jilid ke-3
hal. 47).
Tafsir Ibnu
Katsir memuat pernyataan ini bukan untuk membenarkannya tapi justru untuk menyanggahnya.
Hampir semua kitab tafsir menjelaskan jika yang dimaksud dengan pohon yang terkutuk
adalah pohon Zaqqum yang tumbuh di dasar neraka. Perlu diketahui bahwasanya Bani
Umayyah (anak keturunan Umayyah) bukan pembunuh cucu Rasulullah saw. Inilah
keyakinan Ahlussunnah. Akan tetapi, menurut Syiah bahwa Bani Umayyah lah yang
telah membunuh Husain, cucu Rasulullah saw, yaitu di tangan Muawiyah bin Abu
Sufyan. Padahal Muawiyah bin Abi Sufyan termasuk seorang sahabat Rasulullah
saw. Allah SWT telah menjamin ke’adilan (keutamaan) seluruh para sahabat Rasulullah
saw di dalam al-Qur`an seperti di dalam QS At-Taubah : 100; QS Al-Fath: 18; dan
QS Al-Fath: 29.
1.
QS At-Taubah [09]: 100
”Dan
orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara
orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.
Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (QS
At-Taubah [09]: 100).
2.
QS Al-Fath [48]: 18
”Sungguh, Allah telah meridai orang-orang mukmin ketika
mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia
mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia memberikan ketenangan atas
mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat.” (QS Al-Fath [48]: 18)
3. QS Al-Fath [48] : 29
”Muhammad adalah utusan Allah, dan
orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir,
tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud
mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda
bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan
sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang
mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat, lalu menjadi besar dan
tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya
karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan
orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar.” (QS
Al-Fath [48]: 29)
Adapun yang
ditulis oleh Emilia Renita AZ di dalam bukunya bahwasanya ”para mufassirin
menjelaskan bahwa al-syajarah al-mal’unah atau pohon yang terkutuk
adalah anak-cucu Marwan yang tampak dalam mimpi Rasulullah saw sebagai kera.
Mereka mengerubungi mimbar Rasulullah saw. Setelah mimpi itu Rasulullah saw
tidak pernah lagi tersenyum sampai akhir hayatnya,” adalah pendapat dengan
sanad yang sangat lemah sebagaimana dikutip oleh Ibnu Katsir di dalam kitab
tafsirnya jilid ke-3 hal. 49 sebagai berikut :
وَ قَالَ ابْنُ جَرِيْرٍ : حُدِّثْتُ
عَنْ مُحَمَّدٍ بْنِ الْحَسَنِ بْنِ زُبَالَةَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمُهَيْمِنِ بْنُ
عَبَّاسٍ بْنُ سَهْلٍ بْنُ سَعْدٍ، حَدَّثَنِيْ أَبِيْ عَنْ جَدِّيْ قَالَ: رَأَى
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ بَنِيْ فُلَانٍ يَنْزُوْنَ عَلَى
مِنْبَرِهِ نُزُوْ الْقُرُوْدِ، فَسَاءَهُ ذَلِكَ، فَمَا اسْتَجْمَعَ ضَاحِكًا حَتَّى
مَاتَ، قَالَ: وَ أَنْزَلَ اللهُ فِيْ ذَلِكَ : وَ مَا جَعَلْنَاكَ الرُّؤْيَا الَّتِيْ
أَرَيْنَاكَ إِلَّا فِتْنَةً لِلنَّاسِ، الآية، وَ هَذَا السَّنَدُ ضَعِيْفٌ جِدًّا،
فَإِنَّ مُحَمَّدَ بْنَ الْحَسَنِ بْنَ زُبَالَةَ مَتْرُوْكٌ وَ شَيْخُهُ أَيْضًا
ضَعِيْفٌ بِالْكُلِّيَّةِ.
“Dan telah
berkata Ibnu Jarir : Aku menerima hadits ini dari Muhammad bin Al-Hasan bin
Zubalah, telah menceritakan kepada kami Abdul Muhaimin bin Abbas bin Sahal bin
Sa’ad, telah menceritakan kepadaku bapakku dari kakekku dia berkata,
“Rasulullah saw pernah bermimpi melihat keturunan dari si fulan melompati
minbarnya seperti melompatnya kera-kera, beliau merasa tidak nyaman dengan
mimpi ini. Maka beliau saw pun tidak pernah terlihat tersenyum sampai beliau saw
wafat. Kakekku berkata, maka Allah SWT menurunkan firman-Nya mengenai masalah
ini, “Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami
perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia.” Akan tetapi, sanad hadits ini sangat lemah sekali, karena
Muhammad bin Al-Hasan bin Zubalah adalah orang matruk (ditinggalkan;
haditsnya tidak diterima orang), dan demikian pula gurunya secara umum divonis
lemah. (Tafsir Ibnu Katsir, ke-3
hal. 49).
Kutipan
:
5. ”Apa hubungan antara Ulil Amr dengan kemaksuman? Al-Fakhr
al-Razi menulis, ”Sesungguhnya Allah swt memerintahkan ketaatan kepada Ulil Amr dengan
sangat tegas (’ala sabil al-jazmi) dalam ayat ini. Barang siapa yang
diperintahkan Allah swt untuk ditaati dengan sangat pasti, tidak bisa tidak ia
harus maksum atau terpelihara dari segala kesalahan dan dosa. Jika ia tidak
maksum dari kesalahan, kita bisa memperkirakan bahwa ia akan mungkin
memerintahkan yang salah. Dengan begitu salahlah yang memerintahkan....Sudah
terbukti, bahwa Allah swt memerintahkan kita untuk mentaati Ulil Amr secara
sangat tegas karena itu terbuktilah bahwa semua orang yang wajib ditaati berdasarkan
perintah Allah swt yang tegas wajib terpelihara dari segala kesalahan. Dengan
begitu bisa kita tetapkan dengan pasti bahwa Ulil Amri yang disebutkan dalam
ayat ini tidak bisa tidak harus maksum” (Al-Tafsir Al-Kabir; 10: 144), (40
Masalah Syiah, hal. 94-95).
Jawaban LPPI :
Apabila seperti ini
klaim orang-orang Syiah terhadap Ulil Amr, yaitu mereka harus maksum
(terpelihara dari segala kesalahan dan dosa), maka kita ajukan pertanyaan,
”Apakah ada nash dari Al-Qur`an yang menyatakan bahwa Fathimah, Ali, Al-Hasan,
Al-Husayn dan sembilan orang Imam dari keturunan Al-Husayn adalah orang-orang
yang maksum seperti Rasulullah saw?” Jika mereka orang-orang Syiah menjawab ya,
maka mereka harus menunjukkan dalilnya, yaitu dalil dari Al-Qur`an. Kalau tidak ada dalilnya dari Al-Qur`an, carilah dari Al-Hadits. Akan
tetapi jika mereka mengatakan tidak ada dalilnya, artinya alasan ini akan
menjadi bumerang bagi mereka.
Jika
orang-orang Syiah menganggap bahwa Fathimah, Ali, Al-Hasan dan Al-Husayn adalah
maksum, maka baiat yang Al-Hasan berikan terhadap Muawiyah adalah benar dan
direstui oleh Allah SWT. Karena jika salah, apakah
mungkin Allah SWT akan membiarkan hamba-Nya yang maksum berbuat salah? Pasti
Allah SWT akan menegurnya. Tetapi, apakah datang teguran Allah SWT kepada
Al-Hasan yang telah membaiat Muawiyah? Kalau tidak ada teguran, artinya
Muawiyah adalah sah sebagai khalifah karena orang yang dianggap maksum yaitu
Al-Hasan bin Ali telah ikut berbaiat kepada Muawiyah. Akan tetapi, mengapa orang-orang
Syiah tetap membenci Muawiyah dengan tuduhan dia telah merampas tampuk
kekhalifahan dari Al-Hasan?!
Kutipan :
6.
Rukun Iman dan Rukun Islam itu
adalah hasil perumusan para ulama. Di kalangan Ahlussunnah, misalnya, rukun
iman didasarkan hanya pada satu hadis dari Umar bin Khathab dalam Shahih
al-Bukhari. Jika semua hadis tentang iman dan Islam dikumpulkan bisa jadi orang
memperoleh perumusan yang berbeda.
Orang Syiah
mempunyai perumusan rukun iman dan rukun Islam yang berbeda; bukan karena
perbedaan aqidah, tetapi karena perbedaan penamaan saja. Berikut ini sebagian
dari perumusan ulama Syiah:
Rukun
Iman
1.
Tawhid
(percaya keesaan Allah yang mutlak)
2.
‘Adalah (percaya
kepada keadilan ilahi)
3.
Nubuwah (Kenabian,
termasuk pada kitab-kitab yang dibawa para Nabi dan malaikat yang
menurunkannya)
4.
Imamah (percaya
pada para imam setelah Nabi saw)
5.
Al-Ma’ad (percaya
pada hari akhir)
Rukun
Islam
1.
Shalat
2.
Puasa
3.
Zakat
4.
Khums
5.
Haji
6.
Jihad
7.
Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar
8.
–
9.
Tawalla (membenci
apa yang dibenci Rasul saw dan Ahlulbaitnya)
10. Tabarra (mencintai apa yang dicintai
Rasul saw dan Ahlulbaitnya)
11. Amal Saleh (40 Masalah Syiah hal. 121-122).
Jawaban
LPPI :
Perlu
diketahui oleh Syiah bahwasanya Rukun Islam dan Rukun Iman Ahlussunnah bukan
buatan para ulama. Karena zaman Rasulullah saw belum muncul istilah ulama.
Justru Rukun Islam dan Rukun Iman Ahlussunnah adalah ketetapan dari Allah SWT
dan Rasul-Nya sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari di dalam hadits
Jibril. Yaitu hadits yang mengisahkan malaikat Jibril datang menemui Rasulullah
saw dalam wujud seorang manusia, kemudian malaikat Jibril bertanya kepada
Rasulullah saw tentang Islam, Iman, Ihsan dan tanda-tanda akan tibanya hari
Kiamat. Adapun Rukun Islam Ahlussunnah
adalah penetapan dari Allah SWT melalui wahyu yang disampaikan oleh malaikat
Jibril langsung kepada Nabi Muhammad saw di hadapan para sahabat nya.
Inilah
hadits Jibril tentang Rukun Islam dan Rukun Iman Ahlussunnah :
عَنْ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ
سَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ، إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ، شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ
، شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعَرِ، لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَ لَا
يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى
رُكْبَتَيْهِ، وَ وَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ، وَقَالَ: يَا
مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَ تُقِيْمُ
الصَّلَاةِ وَ تُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَ تَصُوْمَ رَمَضَانَ وَ تَحُجَّ الْبَيْتَ
إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلًا، قَالَ: صَدَقْتَ،
فَعَجِبْنَا لَهُ: يَسْأَلُهُ وَ يُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ
الْإِيْمَانِ قَالَ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ
وَ مَلَائِكَتِهِ وَ كُتُبِهِ وَ رُسُلِهِ وَ
الْيَوْمِ الْآخِرِ وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ، قَالَ:
صَدَقْتَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عِنِ الْإِحْسَانِ قَالَ: أَنْ
تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ،
قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ: مَا
الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ ) رَوَاهُ
الْبُخَارِيُّ (
Dari Umar bin Khaththab RA dia berkata: …”Pada saat
kami sedang duduk bersama Rasulullah saw pada suatu hari, tiba-tiba datanglah
seorang laki-laki memakai baju yang sangat putih dan rambutnya sangat hitam.
Tidak terlihat pada dirinya bekas-bekas perjalanan (pakaiannya lusuh atau
badannya berkeringat). Tetapi kami juga tidak mengenalnya. Dia (pun) duduk
menghadap Nabi Muhammad saw, mendekatkan kedua lututnya dengan lutut Nabi
Muhammad saw, dan dia meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha
Rasulullah saw. Dia bertanya, ”Wahai Muhammad, beritahukanlah kepadaku, apa
Islam itu?” Maka Rasulullah saw bersabda, ”Islam itu adalah engkau bersaksi
bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah,
engkau mendirikan shalat dan menunaikan (membayar) zakat, engkau berpuasa di
bulan Ramadhan dan melaksanakan ibadah haji jika engkau mampu.” Maka dia (yang
tadi bertanya) berkata, ”Engkau benar wahai Muhammad!” Kami menjadi heran. Dia
yang bertanya dan dia juga yang membenarkannya. Dia bertanya lagi,”Wahai
Muhammad, beritahukanlah kepadaku, apa Iman itu?” Maka Rasulullah saw bersabda,
”Engkau beriman kepada Allah, (beriman) kepada para malaikat-Nya, (beriman)
kepada kitab-kitab-Nya, (beriman) kepada para utusan-Nya, (beriman) kepada hari
akhir dan engkau beriman kepada taqdir Allah, yang baik dan yang buruknya.”
Maka dia (yang tadi bertanya) berkata, ”Engkau benar wahai Muhammad!” Dia
bertanya lagi,”Wahai Muhammad, beritahukanlah kepadaku, apa Ihsan itu?” Maka
Rasulullah saw bersabda,”Engkau beribadah kepada Allah, seolah-olah engkau bisa
melihat-Nya. Kalau engkau tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia
melihatmu.”Dia bertanya lagi,”Wahai Muhammad, beritahukanlah kepadaku tentang
Kiamat!” Maka Rasulullah saw bersabda,”Orang yang ditanya tidak lebih tahu
daripada yang bertanya (artinya sama-sama tidak tahu),” (HR Al-Bukhari).
Hadits
Rasulullah saw yang lainnya tentang Rukun Islam Ahlussunnah :
عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ
عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: بُنِيَ الْإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ:
شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَ
إِقَامِ الصَّلاَةِ، وَ إِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَ حَجِّ الْبَيْتِ وَ صَوْمِ
رَمَضَانَ. (
رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَ مُسْلِمٌ )
Dari Abi Abdirrahman Abdullah bin Umar bin Khaththab RA
dia berkata, ”Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, ’Islam itu
dibangun di atas 5 dasar : Bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah; mendirikan shalat; membayar zakat; berhaji ke
Baitullah; dan shaum (puasa) di bulan Ramadhan,’” (HR Bukhari dan Muslim).
Perbedaan antara Rukun Iman Ahlussunnah dengan Syiah
RUKUN IMAN AHLUSSUNNAH
|
RUKUN IMAN SYI’AH
|
1. Iman kepada Allah.
2. Iman kepada para Malaikat Allah.
3. Iman Kitab-kitab Allah.
4. Iman kepada para utusan Allah.
5. Iman kepada hari Kiamat.
6. Iman kepada Taqdir yang baik dan yang
buruk.
|
1. Percaya kepada ke-Esa-an Allah (At-Tauhid)
2. Percaya kepada Keadilan (Al-‘Adalah)
3. Percaya kepada Kenabian (An-Nubuwwah)
4. Percaya kepada Imamah (Al-Imamah)
5. Percaya kepada Hari Kiamat (Al-Ma’ad)
|
Keterangan : Rukun Iman Syiah
tidak ada percaya kepada Allah SWT, tapi hanya percaya kepada Keesaan Allah SWT.
Sifat Allah SWT yang wajib adalah 20 sifat antara lain al-wahdaniyyah
(percaya kepada keesaan Allah SWT).
5 RUKUN ISLAM AHLUSSUNNAH
|
10 RUKUN ISLAM
SYI’AH
|
1. Syahadat
2. Shalat
3. Zakat
4. Puasa
5. Haji
|
1. Shalat
2. Puasa
3. Zakat
4. Khums
5. Haji
6. Jihad
7. Amar Ma`ruf dan Nahi Munkar
8. - (nomor delapan tidak ada).
9. Tawalla (membenci apa yang dibenci Rasul saw
dan Ahlul Baitnya)
10.
Tabarra (mencintai apa yang dicintai Rasul saw dan Ahlul
Baitnya)
11.
Amal Saleh
|
Perbedaan
antara Syiah dengan Sunnah bukan hanya perbedaan dalam masalah furuiyyah. Akan
tetapi, sudah masuk ke dalam ranah aqidah, atau perbedaan dalam masalah
ushuluddin. Rukun Iman dan Rukun Islam Syiah sangat berbeda dengan Rukun Iman
dan Rukun Islam Ahlussunnah. Begitu pula dengan kitab-kitab hadits Syiah sangat
berbeda dengan kitab-kitab hadits yang dipegang oleh Ahlussunnah. Bahkan sesuai
dengan pengakuan sebagian besar imam-imam mereka bahwa al-Qur`an Syiah juga
berbeda dengan al-Qur`an Sunnah. Apabila ada dari para ulama Syiah mengatakan
bahwasanya al-Qur`an Syiah juga sama dengan al-Qur`an Sunnah, maka sang ulama
Syiah tersebut sedang melakukan taqiyyah (berdusta). Yang kami temukan, para
ulama Syiah di dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur`an sangat berbeda dan
berlainan dengan penafsiran Ahlussunnah. Sehingga tepatlah apabila para ulama
Ahlussunnah mengatakan jika Syiah Imamiyyah Itsna Asyariyyah adalah satu agama
tersendiri yang bertujuan ingin mengacaukan Islam dan kaum muslimin.
Perlu diketahui bahwa suatu faham atau aliran keagamaan dinyatakan sesat
apabila memenuhi salah satu dari kriteria berikut :
1. Mengingkari salah satu
rukun dari rukun iman yang 6 (enam) yakni beriman kepada Allah, kepada
Malaikat-Nya, kepda kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-Rasul-Nya, kepada Hari
Akhirat, kepada Qadla dan Qadar dan rukun Islam yang 5 (lima) yakni mengucapkan
dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada
bulan Ramadhan, menunaikan ibadah haji.
2. Meyakini dan atau
mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan dalil syar’i (Al-Qur‘an dan As-Sunah).
3. Meyakini turunnya wahyu
setelah Al-Qur‘an.
4. Mengingkari otentisitas
dan atau kebenaran isi Al-Qur‘an.
5. Melakukan penafsiran
Al-Qur‘an yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir.
6. Mengingkari kedudukan
hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam.
7. Menghina, melecehkan dan
atau merendahkan para nabi dan rasul.
8. Mengingkari Nabi Muhammad
saw sebagai Nabi dan Rasul terakhir.
9. Merubah, menambah dan
atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh Syari’ah, seperti
haji tidak boleh ke Baitullah, shalat fardu tidak 5 waktu.
10. Mengkafirkan sesama muslim
tanpa dalil syar’i, seperti mengkafirkan muslim hanya karena bukan kelompoknya.
Dalam hal ini,
Syiah telah menolak
Rukun Iman dan bahkan membuat rumusan sendiri. Demikian pula dengan Rukun Islam
Syiah telah menghilangkan Syahadatain, yakni mengucapkan dua kalimat syahadat
dan menambahkan rukun-rukun yang lainnya sehingga Rukun Islam versi Syiah
berjumlah sebelas.
Kutipan :
7.
Tuduhan : Syiah itu musyrik
karena menyebutkan bahwa dunia dan akhirat kepunyaan para Imam padahal ini
bertentangan dengan al-Qur`an.
Jawaban :
“Sesungguhnya dunia dan akhirat adalah kepunyaan Imam, dia boleh meletakkannya
dimana dikehendakinya dan memberikan kepada sesiapa yang dikehendakinya. Itu
adalah satu kebenaran dari pihak Allah kepadanya (Al-Kafi 1:409)
Dalam Kitab
yang dirujukinya, riwayat itu berbunyi sebagai berikut : “Hai Abu Muhammad,
tidakkah engkau ketahui bahwa sesungguhnya dunia dan akhirat adalah kepunyaan
Imam, dia boleh meletakannya dimana dikehendakinya dan memberikan kepada
sesiapa yang dikehendakinya, Semua itu dengan izin Allah. Hai Abu
Muhammad sesungguhnya Imam tidak tidur satu malam pun kecuali Allah mempunyai
hak di atas kuduknya dan Ia akan menuntut hak itu daripadanya.” (40 Masalah
Syiah hal. 123-124)
Jawaban
LPPI :
Kayakinan
bahwasanya dunia dan akhirat adalah kepunyaan Imam adalah keyakinan batil
(sesat dan menyesatkan). Demikian pula keyakinan bahwasanya Imam boleh
meletakkan dunia dan akhirat tersebut di mana dikehendakinya dan memberikannya
kepada siapa saja yang dikehendakinya merupakan keyakinan batil walaupun
ditambahkan kata-kata “semua itu dengan izin Allah.”
Hal ini
dikarenakan di dalam keyakinan Ahlussunnah bahwasanya Allah SWT lah Pemilik
dunia dan akhirat dan hanya Allah SWT lah yang berhak meletakkan di mana
dikehendaki-Nya dan memberikan kepada sesiapa yang dikehendaki-Nya. Seorang
Imam hanyalah seorang manusia yang sangat lemah dan tidak mempunyai
keistimewaan apa-apa, karena dia bukan seorang nabi atau malaikat. Jika ada
keterangan yang mendukung keyakinan ini, baik dari al-Qur`an maupun dari As-Sunnah,
maka kita akan menerimanya dan jika tidak ada, maka kita tidak akan
menerimanya. Allah SWT berfirman,
“(Tidak!) Maka milik Allah-lah
kehidupan akhirat dan kehidupan dunia,” (QS An-Najm
[53]: 25)
Kutipan :
8.
Tuduhan : Imam Syiah
mengetahui apa yang di langit.
Jawaban :
“Sesungguhnya aku mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. Aku mengetahui
apa yang di syurga dan di neraka. Aku mengetahui perkara yang berlalu dan
perkara yang akan datang” Ucapan di atas adalah ucapan Imam Ja’far as Shadiq,
yang telah dibuang kalimat yang sangat penting yaitu : “Sesungguhnya aku
mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. Aku mengetahui apa yang di
syurga dan di neraka. Aku mengetahui perkara yang berlalu dan perkara yang akan
datang”, kemudian (Imam Ja’far) berhenti sebentar karena ia melihat ucapan itu
sangat berat bagi orang yang mendengarnya. Ia berkata: Aku mengetahui yang
demikian dari Kitabullah Azza wa jalla. Sesungguhnya Allah Azza wa jalla
berfirman: Dan Kami turunkan Al-Kitab kepadamu untuk penjelasan segala
sesuatu.” (40 Masalah Syiah hal. 125-126)
Jawaban
LPPI :
Allah SWT berfirman,
“Katakanlah (Muhammad), “Tidak ada sesuatu pun di langit
dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah. Dan
mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan,” (QS
An-Naml [27]: 65).
“Dia Mengetahui yang gaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan
kepada siapa pun tentang yang gaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridai-Nya,
maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di depan dan di
belakangnya,” (QS
Al-Jin [72]: 26-27).
Keyakinan Ahlussunnah bahwasanya yang mengetahui apa yang
ada di langit dan di bumi, apa yang ada di syurga dan di neraka dan mengetahui
perkara yang berlalu dan perkara yang akan datang hanya Allah SWT saja. Jika
ada perkara gaib yang disampaikan oleh Allah SWT di dalam al-Qur`an, maka
perkara gaib tersebut hanya disampaikan sebatas garis besarnya saja. Sedangkan
rinciannya, hanya Allah SWT saja yang tahu. Jika ada pengetahuan yang Allah SWT
berikan mengenai rincian hal gaib tersebut, misalnya tentang lebar, luas dan
kedalaman neraka, maka keterangan ini akan Allah SWT sampaikan kepada
utusan-Nya dan bukan kepada yang lainnya.
Oleh karena itu, perkataan Syiah, “Sesungguhnya aku mengetahui apa
yang ada di langit dan di bumi. Aku mengetahui apa yang di syurga dan di
neraka. Aku mengetahui perkara yang berlalu dan perkara yang akan
datang. Aku mengetahui yang demikian dari Kitabullah Azza wa jalla,” maka
ucapan ini ada benarnya, karena disandarkan kepada berita yang datangnya dari
Allah SWT yang tertulis di dalam al-Qur`an. Karena Allah SWT telah menjelaskan
apa yang ada di langit (langit mempunyai pintu, ada para malaikat yang
menjaganya dll) di bumi (di dalam perut bumi tersimpan kekayaan alam seperti
barang tambang dll), di syurga (Allah SWT telah menjelaskan bahwasanya syurga
adalah tempat yang sangat menyenangkan dll), di neraka (Allah SWT telah
menjelaskan bahwasanya neraka adalah tempat yang sangat mengerikan), perkara
yang telah berlalu (misalnya kisah para nabi, kisah orang-orang dahulu dll) dan
perkara yang akan datang (yaitu berita tentang akan tibanya hari Kiamat).
Jika ditelaah buku 40 Masalah
Syiah yang ditulis oleh Emilia Renita AZ dan editornya Jalaluddin Rakhmat
yang diberikan kepada seluruh anggota IJABI sebagai pedoman dakwah mereka :
maka materi buku tersebut telah menodai Agama Islam dan sudah melanggar UU
No.1/PNPS/1965 antara lain :
(1) ’Adalah
semua sahabat bertentangan dengan al-Qur`an [40 Masalah Syiah hal.
76-78], dan ’Adalah semua sahabat bertentangan dengan Sunnah [40
Masalah Syiah hal. 80],
(2) Menuduh para sahabat telah
merubah-rubah agama Islam [40 Masalah Syiah hal. 81],
(3) Menuduh para sahabat meragukan
kenabian Nabi Muhammad saw [40 Masalah Syiah hal. 82],
(4) Menyimpangkan penafsiran al-Qur`an
dengan mengatakan bahwa pohon yang terkutuk adalah anak cucu Marwan [40
Masalah Syiah hal. 89],
(5) Berkeyakinan jika Ulil Amri harus
maksum/terpelihara dari dosa dan kesalahan [40
Masalah Syiah hal. 94-95],
(6) Membuat Rukun Iman dan Rukun
Islam sendiri. Di dalam 40 Masalah Syiah, Emilia Renita AZ dan
Jalaluddin Rakhmat telah merubah-rubah Rukun Iman dan Rukun Islam yang
merupakan wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw. Rukun Iman yang enam
dirubah menjadi lima perkara dan Rukun Islam yang lima dirubah menjadi sebelas perkara
dan ditulis dengan asal-asalan pula, yaitu no. 8 dari Rukun Islam Syiah
tersebut tidak ada/setelah nomor 7 langsung nomor 9. [40 Masalah
Syiah hal. 122]
(7) dll.
Perbuatan seperti ini jelas-jelas
telah menodai agama Islam dan terjerat UU No.1/PNPS/1965 tentang Pencegahan
Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama Pasal 1, 2, 3, 4 dan 5.
Pasal 1
Setiap orang dilarang dengan sengaja
di muka umum menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum, untuk
melakukan penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di Indonesia atau
melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan
keagamaan dari agama itu; penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari
pokok-pokok ajaran agama itu.
Pasal 2
(1)
Barangsiapa melanggar
ketentuan tersebut dalam pasal 1 diberi perintah dan peringatan keras untuk menghentikan
perbuatannya itu di dalam suatu keputusan bersama Menteri Agama, Menteri/Jaksa
Agung dan Menteri Dalam Negeri.
(2)
Apabila pelanggaran tersebut
dalam ayat (1) dilakukan oleh organisasi atau sesuatu aliran kepercayaan, maka
Presiden Republik Indonesia dapat membubarkan organisasi itu dan menyatakan
organisasi atau aliran tersebut sebagai organisasi/aliran terlarang, satu dan
lain setelah Presiden mendapat pertimbangan dari Menteri Agama, Menteri/Jaksa
Agung dan Menteri Dalam Negeri.
Pasal 3
Apabila, setelah dilakukan tindakan
oleh Menteri Agama bersama-sama Menteri/Jaksa
Agung dan Menteri Dalam Negeri atau Presiden Republik Indonesia menurut
ketentuan dalam Pasal 2 terhadap orang, organisasi atau aliran kepercayaan,
mereka masih terus melanggar ketentuan-ketentuan dalam Pasal 1, maka orang,
penganut, anggauta dan/atau anggauta pengurus organisasi yang bersangkutan dari
aliran itu dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun.
Pasal 4
Pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
diadakan pasal baru yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 156a.
Dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya lima tahun barangsiapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan
perasaan atau melakukan perbuatan :
a.
yang pada pokoknya bersifat
permusuhan, penyalah gunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia.
b.
Dengan maksud agar supaya
orang tidak menganut agama apa pun juga, yang bersendikan Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Pasal 5
Penetapan Presiden Republik Indonesia
ini mulai berlaku pada hari diundangkannya.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 27 Januari 1965
Presiden Republik Indonesia
Ttd
Soekarno
[1] 40
Masalah Syiah, karya Emilia Renita Az, editor : Jalaluddin Rakhmat,
cetakan 2 : Oktober 2009, diterbitkan oleh IJABI bekerja sama dengan The
Jalal Center.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar