Definisi Syiah
; secara bahasa dan istilah
Syi’ah menurut etimologi (bahasa) mempunyai
beberapa arti, di antaranya ialah sekumpulan orang yang menyepakati suatu
perkara; sekelompok atau segolongan orang; sekte atau pengikut. Atau diartikan sebagai setiap kaum yang
berkumpul di atas suatu perkara. (Tahdzibul Lughah, 3/61, karya Azhari
dan Tajul Arus, 5/405, karya Az-Zabidi. Dinukil dari kitab Firaq
Mu'ashirah, 1/31, karya Dr. Ghalib bin 'Ali Al-Awaji). (Kata syi’ah di
dalam Al-Qur`an: QS Al-Qashash [28]: 15).
Sedangkan Syi’ah menurut terminologi syariat Islam
bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib lebih utama dari
seluruh sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum
muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau. (Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal,
2/113, karya Ibnu Hazm).
Pendiri dan
awal mula munculnya Syiah
Abdullah bin Saba Al-Himyari, seorang Yahudi Yaman yang berpura-pura masuk
Islam pada zaman khalifah Utsman bin Affan.
Syiah membunuh
Umar bin Khaththab RA
Pada tahun 23 H., tepatnya ketika shalat Subuh, khalifah Umar bin Khaththab
maju sebagai imam shalat. Bersamaan dengan takbiratul ihram, Abu Lu`luah menikam
khalifah Umar bin Khaththab hingga roboh. Kemudian khalifah Umar bin Khaththab
sakit selama 3 hari dan kemudian beliau wafat pada hari Rabu. Atas tindakan
pembunuhan tersebut, Abu Lu`luah ditangkap dan dihukum mati. Kaum muslimin
menjuluki si pembunuh khalifah Umar bin Khaththab ini dengan musuh Islam. Akan
tetapi, orang-orang Syiah menjulukinya sebagai pejuang Islam.
Konspirasi
Syiah dengan Tartar
Pengkhianatan Ibnu Al-Alqami dan Nashiruddin Ath-Thusi atas Masuknya Mongol/Tartar
ke Baghdad
Ibnu Al-Alqami dan Nashiruddin Ath-Thusi keduanya merupakan
pejabat pada era pemerintah Dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh Al-Mu’tashim
Billah. Pada saat itu, rakyat Baghdad hidup dalam keadaan makmur dan damai
sentosa. Melihat kenyataan ini, kedua tokoh Syiah yang bertaqiyyah dan berhasil
masuk ke jajaran pemerintahan Bani Abbasiyah ini segera merancang sebuah makar
besar. Yaitu, bagaimana membuat pemerintahan Sunni ini hancur dan rakyatnya
menderita dan dimusnahkan semuanya.
Ternyata, mereka berdua
ini yang merupakan staf penasihat kekhalifahan Al-Mu’tashim, telah memberikan
wacana kepada Khalifah, yaitu untuk mengurangi jumlah tentara dengan alasan
untuk menghemat anggaran negara. Pada saat itu, Al-Mu’tashim menyetujui usulan
ini, sehingga jumlah tentara kekhalifahan berkurang dari sebelumnya.
Setelah mereka berdua melihat bahwa jumlah tentara
Al-Mu’tashim telah berkurang karena telah terjadi pengurangan besar-besaran,
akhirnya mereka berdua pada tahun 666 H., Al-Alqami menghubungi kerajaan
Mongol. Akhirnya, dia berhasil membantu panglima Tartar untuk masuk ke dalam
kota Baghdad untuk menyerang kaum muslimin Ahlu Sunnah. Pada saat itu, tidak
kurang dari 20.000 tentara Tartar berhasil masuk ke wilayah Baghdad dan
membantai kaum muslimin Ahlu Sunnah. Al-Alqami dan 1.500 tentaranya ikut andil
dalam pembantaian kaum muslimin Ahlu Sunnah. Mereka membunuh para ulama dan
membakar masjid-masjid serta rumah-rumah kaum muslimin. Tidak ada yang tersisa
dari tragedi pembantaian ini kecuali orang-orang ahlu dzimmah yaitu
orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani.
Selain membunuh para ulama, mereka dengan tentara
Mongol membakar kitab-kitab yang terkumpul di perpustakaan pemerintah yang telah
ditulis oleh para ulama. Sehingga air sungai Eufrat berubah warnanya selama
beberapa hari lamanya, sebagai akibat dari tinta yang ikut larut di sungai
Eufrat. Melihat pemandangan ini, orang-orang Syiah tidak merasa sedih. Justru
mereka menganggap bahwa peristiwa itu sebagai masa keemasan Islam. Hal ini bisa
dilihat dari ajaran Imam Khumaini yang terdapat di dalam bukunya Al-Hukuumah
Al-Islamiyyah, dia mengajarkan Taqiyyah kepada para pengikutnya. Khumaini (laknatullah
‘alaihi) berkata, “Apabila seseorang berada dalam kondisi menyusup ke
dalam pemerintahan dan ternyata aman, maka bertaqiyyah itu tidak wajib. Akan
tetapi, jika bisa mengakibatkan dia terbunuh, maka wajib bertaqiyyah. Contohnya
sebagaimana yang dialami oleh Ali bin Yaqtin dan Nashiruddin Ath-Thusi ketika
mereka berdua masuk ke dalam pemerintahan Harun Al-Rasyid untuk kemenangan
hakiki Islam dan kaum muslimin (kaum Syiah).”
Oleh karena itu,
waspadalah Ahlu Sunnah!!! Jika orang-orang Syiah telah berkuasa di
Indonesia, maka mereka akan membuat makar sebagaimana yang telah diperbuat oleh
para pendahulu mereka. Yaitu membantai kaum muslimin Ahlu Sunnah sampai tidak
tersisa walau seorang pun!!!
Di dalam
kitabnya, Ibnu Taimiyyah, seorang ilmuwan muslim yang sangat hebat yang pernah
dimiliki kaum muslimin, yang terlahir pada saat kaum muslimin diserang bangsa
Tartar pada abad ke-12 M, beliau mengatakan :
وَالرَّافِضَةِ
تُحِبُّ التَّتَارَ وَدَوْلَتَهُمْ ; لِأَنَّهُ يَحْصُلُ لَهُمْ بِهَا مِنْ
الْعِزِّ مَا لَا يَحْصُلُ بِدَوْلَةِ الْمُسْلِمِينَ . وَالرَّافِضَةُ هُمْ
مُعَاوِنُونَ لِلْمُشْرِكِينَ وَالْيَهُودِ وَالنَّصَارَى عَلَى قِتَالِ
الْمُسْلِمِينَ وَهُمْ كَانُوا مِنْ أَعْظَمِ الْأَسْبَابِ فِي دُخُولِ التَّتَارِ
قَبْلَ إسْلَامِهِمْ إلَى أَرْضِ الْمَشْرِقِ بِخُرَاسَانَ وَالْعِرَاقِ
وَالشَّامِ وَكَانُوا مِنْ أَعْظَمِ النَّاسِ مُعَاوَنَةً لَهُمْ عَلَى أَخْذِهِمْ
لِبِلَادِ الْإِسْلَامِ وَقَتْلِ الْمُسْلِمِينَ... قَدْ عَرَفَ أَهْلُ
الْخِبْرَةِ أَنَّ الرَّافِضَةَ تَكُونُ مَعَ النَّصَارَى عَلَى الْمُسْلِمِينَ
وَأَنَّهُمْ عَاوَنُوهُمْ عَلَى أَخْذِ الْبِلَادِ لَمَّا جَاءَ التَّتَارُ
وَعَزَّ عَلَى الرَّافِضَةِ فَتْحُ عُكَّةَ وَغَيْرِهَا مِنْ السَّوَاحِلِ وَإِذَا
غَلَبَ الْمُسْلِمُونَ النَّصَارَى وَالْمُشْرِكِينَ كَانَ ذَلِكَ غُصَّةً عِنْد
الرَّافِضَةِ وَإِذَا غَلَبَ الْمُشْرِكُونَ وَالنَّصَارَى الْمُسْلِمِينَ كَانَ
ذَلِكَ عِيدًا وَمَسَرَّةً عِنْدَ الرَّافِضَةِ .
Terjemah bebasnya kurang lebih seperti ini, “Orang-orang
Rafidhah (Syiah) sangat mencintai bangsa Tartar. Karena bangsa Tartar lah yang
telah memberikan kemuliaan kepada mereka (Rafidhah), yang tidak pernah mereka
dapatkan dari kaum muslimin. Orang-orang Rafidhah lah yang telah membantu
orang-orang musyrik, orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani di dalam
memerangi kaum muslimin. Mereka lah penyebab utama masuknya bangsa Tartar
(sebelum mereka masuk Islam) ke Timur Tengah melalui pintu Khurasan (Iran ), Iraq dan Syam (Libanon dan
negara-negara di sekitarnya). Orang-orang Rafidhah lah yang telah membantu
bangsa Tartar dalam upaya perampasan negara-negara Islam dan pembantaian kaum
muslimin...para ahli sejarah tahu jika Rafidhah lah yang berada di belakang
orang-orang Nasrani yang memerangi kaum muslimin. Mereka lah yang telah
membantu orang-orang Nasrani merampas tanah kaum muslimin. Misalnya tatkala
bangsa Tartar datang. Orang-orang Rafidhah bersuka cita setelah wilayah Ukah
dan kota-kota lainnya yang berada di pesisir pantai ditaklukkan Tartar.
Orang-orang Rafidhah itu akan merasa sedih, manakala kaum muslimin bisa
mengalahkan orang-orang Nasrani dan orang-orang musyrik. Akan tetapi, apabila
orang-orang musyrik dan Nasrani bisa mengalahkan kaum muslimin, maka hal ini
akan membuat senang mereka.” (Lihat Majmu Fatawa Ibnu Taimiyyah,
jilid 28, kitab Fiqih, pembahasan Jihad, hal. 527-528). (Tapi alhamdulillah, Tartar dapat dikalahkan oleh kaum muslimin Ahlu Sunnah di bawah pimpinan panglima Saifuddin Qutuz dan panglima Baibars di dalam Perang di Ain Jalut).
Lihatlah, sampai seperti ini mereka bersikap terhadap kaum muslimin
(Sunni). Dari dahulu sampai sekarang, mereka sangat membenci kaum muslimin yang
tidak sefaham dengan mereka. Bagaimana mungkin mereka kita anggap sebagai saudara
sesama muslim, tapi di dalam kenyataannya mereka adalah musuh dalam selimut.
Tahukah
Anda, siapakah yang telah membantu Amerika Serikat di dalam agresinya terhadap
Iraq? Jawabannya adalah orang-orang Rafidhah. Atau, tahukah Anda, siapa yang
paling banyak melancarkan serangan ke kawasan Palestina? Jawabannya adalah orang-orang Yahudi asal Iran lah yang
paling getol melancarkan pembunuhan dan pembantaian terhadap rakyat Palestina
daripada yang lainnya. Atau, tahukah Anda jika yang menjadi pendiri Agama Syiah
atau Rafidhah adalah seorang Yahudi berkebangsaan Yaman yang bernama Abdullah
bin Saba Al-Himyari?
Oleh karena itu, marilah kita bersikap waspada terhadap makar
musuh-musuh kita yang senantiasa mengharapkan kita lengah dan lemah. Kuatkan
iman, kaji Islam lebih mendalam dan berdakwahlah!
Syiah mencuri
Hajar Aswad
Pada masa kekhalifahan bani Abbasiyah, Syiah merajalela. Pada tahun 294 H.,
suku Qaramithah yang bermadzhab Syiah membunuh jemaah haji yang sedang menempuh
perjalanan pulang seusai menunaikan ibadah haji. Lebih kurang dari 20.000 jemaah
haji mereka bantai. Kurang puas dengan kekejaman ini, mereka pergi ke Mekah dan
merobek kain penutup Ka’bah dan mereka mencuri Hajar Aswad. Mereka melakukan semua
ini karena mereka berkeyakinan bahwasanya Ka’bah dan Mekah bukanlah tempat
suci. Menurut mereka, tanah Karbala (di Iraq, tempat pembantaian Husein RA pada
10 Muharram 61 H.) dan kuburan Husein adalah lebih mulia daripada Mekah dan Ka’bah.
Revolusi Iran
bukan Revolusi Islam
Tidak ada yang tahu tentang rahasia ini, kecuali mantan Presiden Mesir
Anwar Sadat dan Raja Hussein dari Yordania. Bahwasanya revolusi yang dipimpin
oleh Khumaini atas Iran, bukan sebagai revolusi Islam, akan tetapi sebagai
revolusi Syiah yang ingin menguasai negeri-negeri Islam.
Dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar