Kamis, 09 Agustus 2018

Apa Itu Tadzkirah Ahmadiyah?

Apa Itu Kitab Tadzkirah Ahmadiyah?
Oleh: Dudung Ramdani, Lc
Allah SWT menyebutkan banyak ciri dan tanda orang-orang yang zhalim. Di antaranya adalah orang yang mengaku menerima wahyu, padahal dia itu tidak menerima wahyu dari Allah SWT sama sekali. Atau dengan kata lain, Allah SWT tidak menurunkan wahyu sedikit pun kepada dirinya. Akan tetapi, ada sebagian manusia yang mengaku menerima wahyu dan bahkan wahyu-wahyu tersebut dia tulis dan di kemudian hari dicetak menjadi sebuah kitab, yaitu seperti yang telah dilakukan oleh Mirza Ghulam Ahmad.
Mirza Ghulam Ahmad telah mengaku menerima wahyu dari Allah SWT di Qadian. Wahyu-wahyu yang dia terima dicetak  oleh para pengikutnya dan diberi nama Tadzkirah. Di dalam Tadzkirah ini, konon katanya Allah SWT telah mewahyukan banyak hal kepada Mirza Ghulam Ahmad.

Umat Islam yang beraqidah lurus dan benar pasti akan menolak klaim sepihak dari Mirza Ghulam Ahmad ini. Karena di dalam Al-Qur`an sudah jelas bahwa setelah Nabi Muhammad SAW diutus dan Al-Qur`an telah sempurna, maka tidak akan ada nabi lagi dan tidak akan ada seorang manusia pun yang akan menerima wahyu.
Allah SWT telah berfirman, “Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau yang berkata, “Telah diwahyukan kepadaku,” padahal tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya…”
(QS Al-An’am [6]: 93).

Para ulama banyak yang telah mengkaji kitab Tadzkirah dan disimpulkan bahwa kitab Tadzkirah adalah kitab sesat karena di dalamnya terdapat ayat-ayat Al-Qur`an yang dipotong-potong dan kemudian dirangkaikan menjadi sebuah rangkaian yang kemudian diakui sebagai wahyu yang turun di India kepada Mirza Ghulam Ahmad.

KH.ACENG ZAKARIA TEMUI KETUA LPPI BICARAKAN SYI’AH

PERSISJAKARTA.COM. Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam  K.H.Aceng Zakaria bersilatul ukhuwwah menemui H. M. Amin Djamaludin Ketua LPPI di Jl.Tambak Pegangsaan Jakarta Pusat, sekitar pukul 10 pagi tadi K.H.Aceng Zakaria diterima langsung oleh Ketua LPPI.

Dalam pertemuan tersebut banyak hal yang dibicarakan, dan salah satunya adalah mengenai perkembangan Syi’ah di Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh staff ahli LPPI yaitu  Ust. Dudung Ramdani Lc, saat dimintai keterangannya. Tanpa merinci apa saja yang dibicarakan tentang gerakan Syi’ah ini, namun menurut Ustadz Dudung salah satu yang dibicarakannya adalah masalah Syi’ah di Indonesia.

Memang selama ini LPPI banyak menerbitkan buku-buku yang isinya merespon gerakan-gerakan yang dianggap sudah keluar dari Islam yang lurus. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh Syi’ah Rafidhah yang semakin massif menghantam umat Islam, terutama menyasar kalangan para mahasiswa dan pelajar.
Menurut informasi setelah silatul ukhuwwah ke LPPI, Ketua Umum PERSIS K.H.Aceng Zakaria akan langsung menuju DDII di Kramat Raya 45 untuk bersilatul ukhuwwah dengan pengurus Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia. DR-AAS

MATI KOLERA KUTUKAN MUBAHALAH KOK DISEBUT MATI SYAHID?!


MATI KOLERA KUTUKAN MUBAHALAH KOK DISEBUT MATI SYAHID?!
Oleh ustadz Dudung Ramdani, Lc

Di dalam buku, “Bukan Sekedar Hitam Putih,” hal. 231 dikatakan, ”Setelah mengetahui fakta mengenai sakit dan wafatnya Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s., sekarang yang menjadi persoalan dari segi aqidah adalah: Apakah sakit diare akut yang menyerang isi perut Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. dapat dikategorikan sebagai penyakit yang diridhai oleh Tuhan atau tidak?”
            Setelah mengajukan pertanyaan ini, penulis membuat ”keterangan hadits” secara sepihak, tanpa merujuk kepada duduk permasalahan ”diare”-nya ”nabi” mereka, Mirza Ghulam Ahmad, yaitu dia menderita penyakit diare dan kolera sehingga mati di tempat tidur berlumuran muntah dan kotoran (menurut sebagian, Mirza Ghulam Ahmad mati di WC, berlumuran muntah dan kotoran). Kalau menurut pengakuan isteri Mirza Ghulam Ahmad bahwa suaminya itu mati di kasurnya berlumuran muntah dan kotoran. Lihat kitab Siratul Mahdi, jilid 1 hal. 11).
            Anaknya Mirza Ghulam Ahmad (yang mengarang kitab Siratul Mahdi) berkata,
أثناء وصفها للحظات الأخيرة من حياة الميرزا غلام تحدثت زوجة الميرزا عن مرحاض الطواريء الذي أعدته للميرزا بجانب سرير الموت حيث قالت نصرة جيهان ما يلي: بعد فترة قصيرة انتابته نوبة أخرى لكن هذه المرة كان ضعفه شديدا جدا بحيث لم يستطع الذهاب إلى الحمام، فقمت بالترتيبات قرب السرير حيث جلس هو هناك لقضاء حاجته، ثم نهض و استلقى على السرير ثم قمت بتدليك قدميه، لكن ضعفه كان شديدا جدا، وبعد ذلك أصابته نوبة أخرى ثم استقاء، و بعد أن انتهى من القيء حاول أن يستلقي لكن ضعفه هذه المرة كان أكثر بحيث لم تحمله يداه فانقلب على ظهره و ضرب رأسه بخشب السرير.
”Ketika isteri Mirza Ghulam Ahmad menggambarkan detik-detik terakhir dari kehidupan Mirza Ghulam Ahmad, maka istri Mirza berkata tentang toilet darurat yang disiapkannya untuk Mirza di samping tempat tidur kematiannya, di mana Nushrat Jihan berkata sebagai berikut, ”Sejenak kemudian, Mirza Ghulam Ahmad terserang lagi kolera, tapi kali ini badannya sangat lemah, sehingga ia tidak kuat untuk pergi ke WC. Maka aku (isteri Mirza Ghulam Ahmad) berdiri di dekat ranjangnya, di mana ia (MGA) duduk di sana untuk buang air besar. Lalu ia pun bangkit dan berbaring di atas ranjangnya, dan kemudian aku pun memijat kakinya. Tapi badannya sangat lemah, dan sejurus kemudian MGA terkena serangan kolera lagi, dan kemudian ia muntah, dan setelah dia (MGA) selesai muntah, dia mencoba untuk berbaring, tapi karena badannya sudah lemah, dan kelemahan kali ini sangat lemah sekali, sehingga kedua tangannya tidak kuat lagi maka MGA pun terjengkakng kepalanya membentur kayu ranjangnya,” (Lihat Siratul Mahdi, jilid 1, hal. 11).

Serba Serbi Ahmadiyah


  
SERBA-SERBI AHMADIYAH
(oleh ustadz Dudung Ramdani, Lc)


DAFTAR ISI

  1. TAHUN KELAHIRAN YANG BERBEDA-BEDA    
  2. MIRZA GULAM AHMAD DAN ASAL USULNYA  
  3. PENGAKUAN-PENGAKUAN MIRZA GHULAM AHMAD 
  4. PERUBAHAN ISI TADZKIRAH AGAR COCOK DENGAN KENYATAAN
  5. BENTUK-BENTUK PENGHINAAN MIRZA GHULAM  
  6. PENYAKIT-PENYAKIT MIRZA GHULAM AHMAD
  7. MIRZA GHULAM AHMAD, “NABI” DARI INDIA YANG BODOH 
  8. SEJARAH MUBAHALAH
  9. PARA SAKSI KEMATIAN MIRZA GHULAM AHMAD

Ahmadiyah selalu menjadi polemik di seluruh dunia. Kaum muslimin tetap berkeyakinan bahwa Ahmadiyah adalah aliran sesat, karena berkeyakinan ada nabi setelah Nabi Muhammad SAW.
            Untuk menguatkan dakwaan kita bahwa Ahmadiyah adalah sesat, maka dengan ini saya akan paparkan beberapa hal yang saya nilai ganjil. Mulai dari tahun kelahiran Mirza Ghulam Ahmad yang berbeda-beda, ramalan yang tidak pernah terbukti, melakukan pembohongan (padahal seorang nabi tidak akan pernah berbohong), mengajak bermubahalah, eh malah Mirza Ghulam Ahmad yang mati kolera. Tetapi, para pengikutnya tetap saja membela kesesatan ini. Mungkin saja, di balik pembelaan mereka ini ada udang di balik batu. Ada uang yang melimpah bantuan dari asing, atau ada kepentingan politik yang ingin dicapai di balik semua ini.
Mari kita simak satu persatu kesesatan Ahmadiyah ini. Di antaranya :
             
1. TAHUN KELAHIRAN YANG BERBEDA-BEDA
            Mengapa berbeda-beda? Mirza Ghulam Ahmad mengatakan bahwa dirinya dilahirkan pada tahun 1839 atau 1840. Mirza Ghulam Ahmad berkata, ”Saya dilahirkan pada tahun 1839/1840. Karena pada saat itu, adalah akhir dari Pemerintahan Sikh. Pada tahun 1857, saya baru berumur 16 tahun. Janggut serta kumis saya belum tumbuh.” (Kitabul Bariyyah, hal. 159/ Ruhani Khozain Jilid 13 hal. 177).
Akan tetapi para pengikutnya merubah tahun kelahiran nabi mereka. Dengan ini mereka bertujuan agar usia nabi mereka (Mirza Ghulam Ahmad) sesuai antara ramalannya (Mirza Ghulam Ahmad) mengenai umurnya sendiri. Para pengikut Mirza Ghulam Ahmad menuliskan bahwa tahun kelahiran Mirza Ghulam Ahmad adalah tahun 1835. Hal ini dikarenakan Mirza Ghulam Ahmad pernah meramalkan bahwa umurnya akan berkisar antara 75-85. 
            Mirza Ghulam Ahmad berkata di dalam kitabnya, Dhamimah Haqiqatul Wahyi, hal. 94 sebagai berikut :
أَطَالَ اللهُ بَقَاءَكَ تَعِيْشُ ثَمَانِيْنَ حَوْلًا أَوْ تَزِيْدُ عَلَيْهِ خَمْسَةً أَوْ أَرْبَعَةً أَوْ يَقِلُّ كَمِثْلِهَا.
“Allah akan memanjangkan umurmu, engkau akan hidup sekitar 80 tahun, atau lebih 5 atau 4 tahun  dari itu (84 atau 85 tahun), atau kurang seperti itu (kurang 5 atau 4 tahun dari 80 tahun, yaitu 74 atau 75 tahun).”
Oleh karena itu, ketika para pengikut Mirza Ghulam Ahmad mengatakan bahwa nabi mereka lahir pada tahun 1835, maka ketika Mirza Ghulam Ahmad meninggal dunia pada tahun 1908, artinya ramalannya tepat. Karena 1908 – 1835 = 73 tahun. Akan tetapi, apabila tidak dirubah, maka ramalan Mirza Ghulam Ahmad tidak terbukti. Karena 1908 – 1839 = 69 tahun. Umur Mirza Ghulam Ahmad yang sebenarnya adalah 69 tahun. Jadi antara ramalan dengan kenyataan tidak sesuai.  

2. MIRZA GULAM AHMAD DAN ASAL USULNYA

Mirza Ghulam Ahmad mengaku keturunan Persia.
”Keluarga ini (yaitu keluarga aku) dikenal sebagai keluarga Mongol. Akan tetapi Allah yang mengetahui hal gaib dan hal sebenarnya telah menampakkan kepadaku berkali-kali di dalam wahyu-Nya yang suci bahwa keluargaku adalah keluarga (keturunan) Persia dan Allah telah memanggilku dan telah berkata kepadaku dengan sebutan Ibnu Paris (Anak Persia), sebagaimana Allah telah berfirman tentang aku, ”Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menjauhkan diri dari jalan Allah, maka akan menjawab kepada mereka seorang laki-laki dari Persia dan Allah berterima kasih atas usahanya (usaha Mirza Ghulam Ahmad),” (Haqiqatul Wahyi, hal. 81).

”Sekarang telah nampak bagiku dari firman Allah bahwa keluargaku benar-benar keluarga (keturunan) Persia, bukan keturunan Mongol. Aku tidak tahu, dari mana dan kesalahan apa sehingga keluargaku dikenal sebagai keturunan Mongol,” (Haqiqatul Wahyi, hal. 81).