Senin, 02 Maret 2015

KEKEJAMAN SYIAH DARI MASA KE MASA

Definisi Syiah ; secara bahasa dan istilah
Syi’ah menurut etimologi (bahasa) mempunyai beberapa arti, di antaranya ialah sekumpulan orang yang menyepakati suatu perkara; sekelompok atau segolongan orang; sekte atau pengikut. Atau diartikan sebagai setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara. (Tahdzibul Lughah, 3/61, karya Azhari dan Tajul Arus, 5/405, karya Az-Zabidi. Dinukil dari kitab Firaq Mu'ashirah, 1/31, karya Dr. Ghalib bin 'Ali Al-Awaji). (Kata syi’ah di dalam Al-Qur`an: QS Al-Qashash [28]: 15).
Sedangkan Syi’ah menurut terminologi syariat Islam bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib lebih utama dari seluruh sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau. (Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal, 2/113, karya Ibnu Hazm).


Pendiri dan awal mula munculnya Syiah
Abdullah bin Saba Al-Himyari, seorang Yahudi Yaman yang berpura-pura masuk Islam pada zaman khalifah Utsman bin Affan.

Syiah membunuh Umar bin Khaththab RA
Pada tahun 23 H., tepatnya ketika shalat Subuh, khalifah Umar bin Khaththab maju sebagai imam shalat. Bersamaan dengan takbiratul ihram, Abu Lu`luah menikam khalifah Umar bin Khaththab hingga roboh. Kemudian khalifah Umar bin Khaththab sakit selama 3 hari dan kemudian beliau wafat pada hari Rabu. Atas tindakan pembunuhan tersebut, Abu Lu`luah ditangkap dan dihukum mati. Kaum muslimin menjuluki si pembunuh khalifah Umar bin Khaththab ini dengan musuh Islam. Akan tetapi, orang-orang Syiah menjulukinya sebagai pejuang Islam.

Konspirasi Syiah dengan Tartar
Pengkhianatan Ibnu Al-Alqami dan Nashiruddin Ath-Thusi atas Masuknya Mongol/Tartar ke Baghdad

Ibnu Al-Alqami dan Nashiruddin Ath-Thusi keduanya merupakan pejabat pada era pemerintah Dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh Al-Mu’tashim Billah. Pada saat itu, rakyat Baghdad hidup dalam keadaan makmur dan damai sentosa. Melihat kenyataan ini, kedua tokoh Syiah yang bertaqiyyah dan berhasil masuk ke jajaran pemerintahan Bani Abbasiyah ini segera merancang sebuah makar besar. Yaitu, bagaimana membuat pemerintahan Sunni ini hancur dan rakyatnya menderita dan dimusnahkan semuanya.
            Ternyata, mereka berdua ini yang merupakan staf penasihat kekhalifahan Al-Mu’tashim, telah memberikan wacana kepada Khalifah, yaitu untuk mengurangi jumlah tentara dengan alasan untuk menghemat anggaran negara. Pada saat itu, Al-Mu’tashim menyetujui usulan ini, sehingga jumlah tentara kekhalifahan berkurang dari sebelumnya.
Setelah mereka berdua melihat bahwa jumlah tentara Al-Mu’tashim telah berkurang karena telah terjadi pengurangan besar-besaran, akhirnya mereka berdua pada tahun 666 H., Al-Alqami menghubungi kerajaan Mongol. Akhirnya, dia berhasil membantu panglima Tartar untuk masuk ke dalam kota Baghdad untuk menyerang kaum muslimin Ahlu Sunnah. Pada saat itu, tidak kurang dari 20.000 tentara Tartar berhasil masuk ke wilayah Baghdad dan membantai kaum muslimin Ahlu Sunnah. Al-Alqami dan 1.500 tentaranya ikut andil dalam pembantaian kaum muslimin Ahlu Sunnah. Mereka membunuh para ulama dan membakar masjid-masjid serta rumah-rumah kaum muslimin. Tidak ada yang tersisa dari tragedi pembantaian ini kecuali orang-orang ahlu dzimmah yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani.
Selain membunuh para ulama, mereka dengan tentara Mongol membakar kitab-kitab yang terkumpul di perpustakaan pemerintah yang telah ditulis oleh para ulama. Sehingga air sungai Eufrat berubah warnanya selama beberapa hari lamanya, sebagai akibat dari tinta yang ikut larut di sungai Eufrat. Melihat pemandangan ini, orang-orang Syiah tidak merasa sedih. Justru mereka menganggap bahwa peristiwa itu sebagai masa keemasan Islam. Hal ini bisa dilihat dari ajaran Imam Khumaini yang terdapat di dalam bukunya Al-Hukuumah Al-Islamiyyah, dia mengajarkan Taqiyyah kepada para pengikutnya. Khumaini (laknatullah ‘alaihi) berkata, “Apabila seseorang berada dalam kondisi menyusup ke dalam pemerintahan dan ternyata aman, maka bertaqiyyah itu tidak wajib. Akan tetapi, jika bisa mengakibatkan dia terbunuh, maka wajib bertaqiyyah. Contohnya sebagaimana yang dialami oleh Ali bin Yaqtin dan Nashiruddin Ath-Thusi ketika mereka berdua masuk ke dalam pemerintahan Harun Al-Rasyid untuk kemenangan hakiki Islam dan kaum muslimin (kaum Syiah).”
Oleh karena itu,  waspadalah Ahlu Sunnah!!! Jika orang-orang Syiah telah berkuasa di Indonesia, maka mereka akan membuat makar sebagaimana yang telah diperbuat oleh para pendahulu mereka. Yaitu membantai kaum muslimin Ahlu Sunnah sampai tidak tersisa walau seorang pun!!!
Di dalam kitabnya, Ibnu Taimiyyah, seorang ilmuwan muslim yang sangat hebat yang pernah dimiliki kaum muslimin, yang terlahir pada saat kaum muslimin diserang bangsa Tartar pada abad ke-12 M, beliau mengatakan :
وَالرَّافِضَةِ تُحِبُّ التَّتَارَ وَدَوْلَتَهُمْ ; لِأَنَّهُ يَحْصُلُ لَهُمْ بِهَا مِنْ الْعِزِّ مَا لَا يَحْصُلُ بِدَوْلَةِ الْمُسْلِمِينَ . وَالرَّافِضَةُ هُمْ مُعَاوِنُونَ لِلْمُشْرِكِينَ وَالْيَهُودِ وَالنَّصَارَى عَلَى قِتَالِ الْمُسْلِمِينَ وَهُمْ كَانُوا مِنْ أَعْظَمِ الْأَسْبَابِ فِي دُخُولِ التَّتَارِ قَبْلَ إسْلَامِهِمْ إلَى أَرْضِ الْمَشْرِقِ بِخُرَاسَانَ وَالْعِرَاقِ وَالشَّامِ وَكَانُوا مِنْ أَعْظَمِ النَّاسِ مُعَاوَنَةً لَهُمْ عَلَى أَخْذِهِمْ لِبِلَادِ الْإِسْلَامِ وَقَتْلِ الْمُسْلِمِينَ... قَدْ عَرَفَ أَهْلُ الْخِبْرَةِ أَنَّ الرَّافِضَةَ تَكُونُ مَعَ النَّصَارَى عَلَى الْمُسْلِمِينَ وَأَنَّهُمْ عَاوَنُوهُمْ عَلَى أَخْذِ الْبِلَادِ لَمَّا جَاءَ التَّتَارُ وَعَزَّ عَلَى الرَّافِضَةِ فَتْحُ عُكَّةَ وَغَيْرِهَا مِنْ السَّوَاحِلِ وَإِذَا غَلَبَ الْمُسْلِمُونَ النَّصَارَى وَالْمُشْرِكِينَ كَانَ ذَلِكَ غُصَّةً عِنْد الرَّافِضَةِ وَإِذَا غَلَبَ الْمُشْرِكُونَ وَالنَّصَارَى الْمُسْلِمِينَ كَانَ ذَلِكَ عِيدًا وَمَسَرَّةً عِنْدَ الرَّافِضَةِ .
Terjemah bebasnya kurang lebih seperti ini, “Orang-orang Rafidhah (Syiah) sangat mencintai bangsa Tartar. Karena bangsa Tartar lah yang telah memberikan kemuliaan kepada mereka (Rafidhah), yang tidak pernah mereka dapatkan dari kaum muslimin. Orang-orang Rafidhah lah yang telah membantu orang-orang musyrik, orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani di dalam memerangi kaum muslimin. Mereka lah penyebab utama masuknya bangsa Tartar (sebelum mereka masuk Islam) ke Timur Tengah melalui pintu Khurasan (Iran), Iraq dan Syam (Libanon dan negara-negara di sekitarnya). Orang-orang Rafidhah lah yang telah membantu bangsa Tartar dalam upaya perampasan negara-negara Islam dan pembantaian kaum muslimin...para ahli sejarah tahu jika Rafidhah lah yang berada di belakang orang-orang Nasrani yang memerangi kaum muslimin. Mereka lah yang telah membantu orang-orang Nasrani merampas tanah kaum muslimin. Misalnya tatkala bangsa Tartar datang. Orang-orang Rafidhah bersuka cita setelah wilayah Ukah dan kota-kota lainnya yang berada di pesisir pantai ditaklukkan Tartar. Orang-orang Rafidhah itu akan merasa sedih, manakala kaum muslimin bisa mengalahkan orang-orang Nasrani dan orang-orang musyrik. Akan tetapi, apabila orang-orang musyrik dan Nasrani bisa mengalahkan kaum muslimin, maka hal ini akan membuat senang mereka.” (Lihat Majmu Fatawa Ibnu Taimiyyah, jilid 28, kitab Fiqih, pembahasan Jihad, hal. 527-528). (Tapi alhamdulillah, Tartar dapat dikalahkan oleh kaum muslimin Ahlu Sunnah di bawah pimpinan panglima Saifuddin Qutuz dan panglima Baibars di dalam Perang di Ain Jalut).
            Lihatlah, sampai seperti ini mereka bersikap terhadap kaum muslimin (Sunni). Dari dahulu sampai sekarang, mereka sangat membenci kaum muslimin yang tidak sefaham dengan mereka. Bagaimana mungkin mereka kita anggap sebagai saudara sesama muslim, tapi di dalam kenyataannya mereka adalah musuh dalam selimut.
            Tahukah Anda, siapakah yang telah membantu Amerika Serikat di dalam agresinya terhadap Iraq? Jawabannya adalah orang-orang Rafidhah. Atau, tahukah Anda, siapa yang paling banyak melancarkan serangan ke kawasan Palestina? Jawabannya adalah orang-orang Yahudi asal Iran lah yang paling getol melancarkan pembunuhan dan pembantaian terhadap rakyat Palestina daripada yang lainnya. Atau, tahukah Anda jika yang menjadi pendiri Agama Syiah atau Rafidhah adalah seorang Yahudi berkebangsaan Yaman yang bernama Abdullah bin Saba Al-Himyari?
            Oleh karena itu,  marilah kita bersikap waspada terhadap makar musuh-musuh kita yang senantiasa mengharapkan kita lengah dan lemah. Kuatkan iman, kaji Islam lebih mendalam dan berdakwahlah!


Syiah mencuri Hajar Aswad
Pada masa kekhalifahan bani Abbasiyah, Syiah merajalela. Pada tahun 294 H., suku Qaramithah yang bermadzhab Syiah membunuh jemaah haji yang sedang menempuh perjalanan pulang seusai menunaikan ibadah haji. Lebih kurang dari 20.000 jemaah haji mereka bantai. Kurang puas dengan kekejaman ini, mereka pergi ke Mekah dan merobek kain penutup Ka’bah dan mereka mencuri Hajar Aswad. Mereka melakukan semua ini karena mereka berkeyakinan bahwasanya Ka’bah dan Mekah bukanlah tempat suci. Menurut mereka, tanah Karbala (di Iraq, tempat pembantaian Husein RA pada 10 Muharram 61 H.) dan kuburan Husein adalah lebih mulia daripada Mekah dan Ka’bah.

Revolusi Iran bukan Revolusi Islam
Tidak ada yang tahu tentang rahasia ini, kecuali mantan Presiden Mesir Anwar Sadat dan Raja Hussein dari Yordania. Bahwasanya revolusi yang dipimpin oleh Khumaini atas Iran, bukan sebagai revolusi Islam, akan tetapi sebagai revolusi Syiah yang ingin menguasai negeri-negeri Islam.

Dll.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar