Rabu, 22 April 2015

Keputusan MUI Jatim tentang Syiah

KEPUTUSAN FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
(MUI) PROPINSI JAWA TIMUR
No. Kep-01/SKF-MUI/JTM/I/2012
Tentang :
TENTANG KESESATAN AJARAN SYI’AH

 



        Majelis Ulama Indonesia Propinsi Jawa Timur :
Membaca:
1.     Surat Dewan Pimpinan MUI Kabupaten Bangkalan No. 26/26-XV/DP-MUI/BKL/XII/2011 tertangal 17 Desember 2011 tentang Permohonan Ketetapan Aliran Syi’ah
2.     Surat Dewan Pimpinan MUI Kabupaten Sampang No.A-034/MUI/Spg/XII/2011 tertanggal 30 Desember 2011 tentang Laporan Peristiwa di Desa Karang Gayam
3.     Surat Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah (Korwil) Surabaya No. 01/Korwil/Sby/I/2012 tertanggal 12 Januari 2012 tentang Aliran Syi’ah yang isinya meminta kepada MUI Provinsi Jawa Timur untuk melakukan kajian dan penetapan fatwa Syi’ah.
4.     Surat Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah (Korwil) Besuki No. 01/MUI/Besuki/I/2012 tertanggal 13 Januari 2012 tentang Aliran Syi’ah yang isinya meminta kepada MUI Provinsi Jawa Timur untuk melakukan kajian dan penetapan fatwa Syi’ah.
5.     Rekomendasi Hasil Musyawarah Badan Shilaturrahmi Ulama Pesantren Madura (BASSRA) Selasa, 03 Januari 2012 yang salah satu isinya meminta agar MUI Provinsi Jawa Timur mengeluarkan fatwa tentang ajaran Syi’ah.
6.     Surat dari Jam’iyah Ahlussunnah wal Jama’ah Bangil Pasuruan No. 025/ASWAJA/I/2012 tertanggal 10 Januari 2012 tentang Permohonan Fatwa Sesat Ajaran Syi’ah.
7.     Surat Dewan Pimpinan MUI Kabupaten Gresik No. 003/MUI/KAB.G/I/2012 tertangal 19 Januari 2012 tentang Laporan Keberadaan Syi’ah di Gresik
8.     Pernyataan Sikap Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB) Jatim tanggal 17 Januari 2012 menyikapi kasus Sampang dan ajaran Tajul Muluk.
9.     Pernyataan Sikap 83 ulama Pondok Pesantren menyikapi aliran yang dibawa oleh saudara Tajul Muluk tangal 10 Januari 2012.
10.  Pernyataan Sikap PCNU Sampang No. 255/PC/A.2/L-36/I/2012 menyikapi ajaran yang dibawa oleh saudara Ali Murtadlo/Tajul Muluk.
11.  Laporan Hasil Investigasi Kasus Aliran Syi’ah di Kabupaten  Sampang Propinsi Jawa Timur   tanggal 9 April 2011
12.  Buku-buku kajian tentang faham Syi’ah antara lain:
a.      Al-Milal wa al-Nihal karya al-Syahratstani (hal. 198-203)
b.     Al-Fashl fi al-Milal wa al-Ahwa wa al-Nihal karya Ibn Hazm
c.      Export Revolusi Syi’ah ke Indonesia karya Achmad Zein Alkaf (al-Bayyinat)
d.     Dialog Apa dan Siapa Syi’ah karya Achmad Zein Alkaf (al-Bayyinat)
e.      Mengenal Syi’ah Karya Achmad Zein Alkaf (al-Bayyinat)
f.      Syi’ah Bukan Islam? Karya Lajnah Ilmiyah HASMI
g.     Makalah Abdurrahman Aziz “Siapakah Pendiri Syi’ah”
Menimbang:
1.     Bahwa berdasarkan laporan dari masyarakat dan para ulama di beberapa daerah di Jawa Timur dinyatakan bahwa faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (dan / atau menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) telah tersebar di beberapa daerah di Jawa Timur
2.     Bahwa adanya indikasi penyebaran faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (dan / atau menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) dilakukan secara masif kepada warga yang menganut faham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah.
3.     Bahwa telah ditemukan indikasi di beberapa daerah penyebaran faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (dan / atau menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) dilakukan kepada warga yang menganut faham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah dari kalangan tidak mampu disertai dengan pemberian dalam bentuk santunan.


4.     Bahwa praktik-praktik penyebaran faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (dan / atau menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) yang dilakukan secara masif terhadap masyarakat yang berfaham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah, jelas-jelas berpotensi menyulut keresahan dan konflik horisontal.
5.     Bahwa berdasarkan penelitan saat ini tidak kurang dari 63 lembaga berbentuk Yayasan, 8 lembaga Majelis Taklim, 9 organisasi kemasyarakatan, dan 8 Sekolah, atau pesantren yang ditengarahi mengajarkan/menyebarkan faham Syi’ah.
6.     Bahwa konflik-konflik yang melibatkan pengikut faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (dan / atau menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) sudah sering terjadi dan telah berjalan cukup lama sehingga dibutuhkan adanya upaya pemecahan yang mendasar dengan memotong sumber masalahnya. Tanpa upaya pemecahan yang mendasar sangat dimungkinkan konflik akan muncul kembali di kemudian hari dan bahkan berpotensi menjadi lebih besar.
7.     Bahwa diantara ajaran yang dikembangkan oleh faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (dan / atau menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) adalah membolehkan bahkan menganjurkan praktik nikah mut’ah (kawin kontrak) yang sangat berpotensi digunakan untuk melegetimasi praktik perzinaan, seks bebas, dan prostitusi  serta merupakan bentuk pelecehan terhadap kaum wanita sehingga bila tidak dicegah akan bertolak belakang dengan upaya pemerintah Provinsi Jawa Timur yang telah mencanangkan program menata kota bersih asusila dengan menutup tempat-tempat prostitusi.
8.     Bahwa penyebaran faham Syi’ah yang ditujukan kepada pengikut ahlu al-sunnah wa al-jama’ah patut diwaspadai adanya agenda-agenda tersembunyi, mengingat penduduk Indonesia yang berfaham pengikut ahlu al-sunnah wa al-jama’ah tidak cocok apabila syi’ah dikembangkan di Indonesia.
9.     Bahwa diperlukan adanya pedoman untuk membentengi aqidah umat dari aliran yang menyimpang dari faham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah (dalam pengertian yang luas).
Memperhatikan :
1.     Keputusan Fatwa MUI tanggal 7 Maret 1984 tentang Faham Syi’ah yang menyatakan bahwa faham Syi’ah mempunyai perbedaan pokok dengan Ahlu al-sunnah wa al-jama’ah yang dianut oleh umat Islam di Indonesia sehingga umat Islam dihimbau untuk meningkatkan kewaspadaannya.
  1. Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI se-Indonesia II 26 Mei 2006 tentang Taswiyat al-Manhaj (Penyamaan Pola Pikir Dalam Masalah-masalah Keagamaan) khususnya butir (4) dan butir (6) yang menyatakan bahwa perbedaan yang dapat ditolerir adalah perbedaan yang berada di dalam majal al-ikhtilaf (wilayah perbedaan) yaitu wilayah pemikiran yang masih berada dalam koridor ma ana alaihi wa ashhaby yakni faham keagamaan ahlu al-sunnah wa al-jama’ah (dalam pengertian luas), sedangkan di luar majal al-ikhtilaf tidak dikategorikan sebagai perbedaan, melainkan penyimpangan.
  2. Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI se-Indonesia II 26 Mei 2006 tentang Peneguhan Bentuk dan Eksistensi NKRI.
  3. Keputusan MUI tertanggal 6 Nopember 2007 tentang Pedoman Identifikasi Aliran Sesat (10 kriteria aliran sesat/menyimpang).
5.     Telaah terhadap kitab yang menjadi rujukan dari faham syi’ah antara lain:
    1. al-Kafi
    2. Tahdzib al-Ahkam
    3. al-Istibshar
    4. Man La Yahdluruhu al-Faqih
    5. Buku-buku Syi’ah yang lain seperti: Bihar al-Anwar, Tafsir al-Qummi, Tafsir al-Shafi, Fashl al-khithab fi itsbati tahrifi kitabi rabbi al-Arbab, dll.
    6. Buku-buku Syi’ah berbahasa Indonesia antara lain:
-        Saqifah Awal Perselisihan Umat tulisan O. Hashem;
-        Shalat Dalam Madzhab Ahlul Bait tulisan Hiayatullah Husein al Habsyi;
-        Keluarga Suci Nabi Tulisan Ali Umar al-Habsyi
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui adanya perbedaan yang mendasar dengan ahlu al-sunnah wa al-jama’ah (dalam pengertian luas) tidak saja pada masalah furu’iyah tetapi juga pada masalah ushuliyah (masalah pokok dalam ajaran Islam) diantaranya:
a.      Hadits menurut faham Syi’ah berbeda dengan pengertian ahlu al-sunnah. Menurut Syi’ah hadits meliputi af’al, aqwal, dan taqrir yang disandarkan tidak hanya kepada Nabi Muhammad Saw tetapi juga para imam yang diklaim sebagai imam-imam Syi’ah.
b.     Faham syi’ah meyakini bahwa imam-imam adalah ma’shum seperti para nabi.
c.      Faham Syi’ah memandang bahwa menegakkan kepemimpinan Imamah) termasuk masalah aqidah dalam agama.
d.     Faham Syi’ah mengingkari Otentisitas Al-Qur’an dengan mengimani adanya tahrif al-Qur’an
أ‌.          عن جابر قال: سمعت ابا جعفر عليه السلام يقول: ما ادعي أحد من الناس أنه جمع القران كله كما أنزل إلا كذاب , وما جمعه وحفظه كما نزل الله تعالي إلا علي بن ابي طالب عليه السلام و الائمة من بعده عليهم السلام (اصول الكافي ج1/ص 284)
Dari Jabir ia berkata: aku mendengar Abu Ja’far as berkata: “tidak seorangpun yang mengaku bahwa ia telah mengumpulkan Al-Qur’an semuanya sebagaimana yang telah diturunkan kecuali ia adalah pembohong. Dan tidak mengumpulkan dan menghafalkan al-Qur’an (secara keseluruhan) seperti yang Allah Swt telah menurunkannya kecuali Ali bin Abi Thalib as, dan para imam-imam sesudahnya alaihim al-salam” (Ushul al-Kafi Juz I/hal 283).
ب‌.    عن ابي جعفر عليه السلام انه قال: ما يستطيع احد ان يدعّي أن عنده جميع القران كله ظاهره وباطنه غير الاوصياء (اصول الكافي ج1/ص 284-285)
Dari Abu Ja’far as beliau berkata: “tidak seorangpun mampu untuk mengaku bahwa padanya terdapat kumpulan al-Qur’an yang lengkap lahir dan batin selain orang-orang yang mendapatkan wasiat (yakni para imam)” (Ushul al-Kafi Juz I hal 284-285)
ت‌.    عن ابي عبد الله عليه السلام قال: ان القران الذي جاء به جبريل عليه السلام إلى محمد صلى الله عليه وسلم سبعة عشر ألف آية (اصول الكافي ج2/باب النوادر, رقم 28)
Dari Abu Abdillah ia berkata: “sesungguhnya al-Qur’an yang telah disampaikan oleh Jibril as kepada Muhammad Saw berjumlah tujuh belas ribu ayat” (Ushul al-Kafi Juz II Bab al-Nawadir riwayat No. 28)
e.      Faham Syi’ah meyakini turunnya wahyu setelah al-Qur’an yakni yang disebut mushaf Fatimah
أ‌.          إن الله تعالى لما قبض نبيه صلى الله عليه وآله دخل على فاطمة عليها السلام من وفاته من الحزن ما لا يعلمه إلا الله عزوجل فأرسل الله إليها ملكا يسلي غمها ويحدثها، فشكت ذلك إلى أمير المؤمنين عليه السلام فقال: إذا أحسست بذلك وسمعت الصوت قولي لي فأعلمته بذلك فجعل أمير المؤمنين عليه السلام يكتب كل ما سمع حتى أثبت من ذلك مصحفا ثم قال: أما إنه ليس فيه شئ من الحلال والحرام ولكن فيه علم ما يكون (اصول الكافي ج1/ص 296)
Sesungguhnya tatkala Allah Swt mengambil Nabi-Nya Muhammad Saw, masuk pada diri Fathimah as perasaan kesedihan mendalam atas kepergian Nabi, tidak ada yang mengetahui perasaan itu selain Allah azza wa jalla, Maka Allah Swt kemudian mengutus malaikat untuk menghibur dan bercakap-cakap dengannya. Fathimah kemudian menyampaikan hal ini pada Amiril Mu’minin (Ali bin Abi Thalib)as, lalu beliau berkata: “jika engkau merasakan itu, dan mendengarkan suaranya sampaikanlah kembali ucapan itu kepadaku agar aku mengetahuinya”. Maka Amirul Mu’minin kemudian menuliskan semua yang didengarnya (dari Fathimah) hingga jadilah sebuah mushaf.  Kemudian beliau berkata: “Mushaf ini tidaklah berkaitan dengan halal haram tetapi berisi pengetahuan tentang apa-apa yang akan tejadi” (Ushul al-Kafi Jus I hal 296).
ب‌.    وإن عندنا لمصحف فاطمة عليها السلام وما يدريهم ما مصحف فاطمة عليها السلام؟ قال: قلت: وما مصحف فاطمة عليها السلام؟ قال: مصحف فيه مثل قرآنكم هذا ثلاث مرات، والله ما فيه من قرآنكم حرف (اصول الكافي ج1/ص 295)
Abu Abdillah berkata: “Sesungguhnya kami mempunyai Mushaf Fathimah as, orang tidak mengetahuinya apa mushaf Fathimah itu”. Berkata Abu Bashir: “Maka Aku bertanya apa Mushaf Fathimah itu”, Abu Abdillah menjawab: “Mushaf Fahimah adalah semacam al-Qur’an yang berisi tiga kalinya, demi Allah di dalamnya tidak ada kesamaan satu huruf pun dengan al-Qur’an” (Ushul al-Kafi Jus I hal 295)
f.      Syi’ah banyak melakukan penafsiran al-Qur’an yang mendukung faham mereka antara lain melecehkan sahabat Nabi Saw. Misalnya penulis Tafsir al-Qummi menafsirkan kalimat dalam surat al-Hajj ayat 52
أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ: يعني أبا بكر وعمر (تفسير القمي ص. 259، تفسير الصافي ج 3 ص 385 الى ص 386)
Syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, yang dimaksud di sini adalah Abu Bakar dan Umar (Tafsir al-Qummi hal 259, dan tafsir al-Shafi Juz 3 hal 385-386).
g.     Syi’ah meyakini bahwa kebanyakan para sahabat Rasulullah Saw telah murtad sesudah wafatnya  Rasulullah Saw, kecuali tiga orang saja.
عن أبي جعفر قال : كان الناس أهل ردة بعد النبي صلى الله عليه وآله إلا ثلاثة فقلت: ومن الثلاثة؟ فقال: المقداد بن الأسود وأبو ذر الغفاري و سلمان الفارسي رحمة الله وبركاته عليهم (روضة الكافي ص 198 ر. 341؛  بحار الانوار ج 22/ ص351)
Dari Abu Ja’far beliau berkata: “kebanyakan manusia telah murtad sesudah wafat Rasulullah Saw kecuali tiga orang saja”. Aku bertanya: “siapa tiga itu”. Beliau menjawab: “Al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari, dan Salman al-Farisi” (Raudlat al-Kafi hal 198 dan Bihar al-Anwar Juz 22 hal 351).
h.     Faham Syi’ah meyakini bahwa orang yang tidak mengimani terhadap imam-imam Syi’ah adalah syirik dan kafir
إعلم أن إطلاق لفظ الشرك والكفر على من لم يعتقد بإمامة أمير المؤمنين والائمة من ولده عليهم السلام وفضّل عليهم غيرهم يدل على أنهم كفار مخلدون في النار ( بحار الانوار ج 23/ ص390)
Ketahuilah bahwa penetapan kata syirik dan kufur terhadap orang yang tidak mengimani keimaman amiril  mu’minin dan imam-imam dari keturunannya serta mengutamakan para imam atas yang lain, menunjukkan bahwa mereka adalah kafir dan kekal di neraka. (Bihar al-Anwar Juz 23 hal 390)
i.       Faham Syi’ah melecehkan sahabat Nabi Saw. Termasuk Abu Bakar ra dan Umar ra.
أ‌.          ومن الجبت أبو بكر ومن الطاغوت عمر والشياطين بني امية وبني العباس (شرح الزيارة الجامعة الكبيرة ج 3/ص156)
Dan yang termasuk berhala itu adalah Abu Bakar, dan thaghut itu adalah Umar, sedangkan syetan-syetan itu adalah Bani Umayyah dan Bani Abas. (Syarh al-Ziyarah al-Jami’ah al-Kabirah Juz III hal 156 )

ب‌.    وإن الشيخين (-أبا بكر وعمر-) فارقا الدنيا ولم يتوبا ولم يتذكرا ما صنعا بأمير المؤمنين فعليهما لعنة الله والملائكة والناس أجمعين (روضة الكافي/ ص 198, رقم 343)

Sesungguhnya dua orang ini (Abu Bakar dan Umar) keduanya melepas dunia dalam keadaan tidak bertaubat dan tidak mengingat (menyesali) apa yang diperbuatnya pada amiril mu’minin, maka atas keduanya laknat Allah, para malaikat, dan manusia semuanya.  (Raudlat al-Kafi hal 198 riwayat No. 343)
j.       Faham Syi’ah meyakini bahwa orang yang selain Syi’ah adalah keturunan pelacur
والله يا أبا حمزة إن الناس كلهم أولاد بغايا ما خلا شيعتنا   (روضة الكافي: ص 227 رقم 431)
Demi Allah wahai Abu Hamzah, sesungguhnya semua manusia adalah anak-anak pelacur kecuali syi’ah kita. (Raudlat al-Kafi hal 227 Riwayat No. 431)  
k.     Faham Syi’ah membolehkan bahkan menganjurkan praktik nikah mut’ah.
أ‌.          عَنْ زُرَارَةَ قَالَ جَاءَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَيْرٍ اللَّيْثِيُّ إِلَى أَبِي جَعْفَرٍ  عليه السلام  فَقَالَ لَهُ مَا تَقُولُ فِي مُتْعَةِ النِّسَاءِ فَقَالَ أَحَلَّهَا اللَّهُ فِي كِتَابِهِ وَ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّهِ  صلى الله عليه وآله فَهِيَ حَلَالٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ فَقَالَ يَا أَبَا جَعْفَرٍ مِثْلُكَ يَقُولُ هَذَا وَ قَدْ حَرَّمَهَا عُمَرُ وَ نَهَى عَنْهَا فَقَالَ وَ إِنْ كَانَ فَعَلَ قَالَ إِنِّي أُعِيذُكَ بِاللَّهِ مِنْ ذَلِكَ أَنْ تُحِلَّ شَيْئاً حَرَّمَهُ عُمَرُ قَالَ فَقَالَ لَهُ فَأَنْتَ عَلَى قَوْلِ صَاحِبِكَ وَ أَنَا عَلَى قَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ  صلى الله عليه وآله  فَهَلُمَّ أُلَاعِنْكَ أَنَّ الْقَوْلَ مَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ  صلى الله عليه وآله  وَ أَنَّ الْبَاطِلَ مَا قَالَ صَاحِبُكَ قَالَ فَأَقْبَلَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَيْرٍ فَقَالَ يَسُرُّكَ أَنَّ نِسَاءَكَ وَ بَنَاتِكَ وَ أَخَوَاتِكَ وَ بَنَاتِ عَمِّكَ يَفْعَلْنَ قَالَ فَأَعْرَضَ عَنْهُ أَبُو جَعْفَرٍ  عليه السلام  حِينَ ذَكَرَ نِسَاءَهُ وَ بَنَاتِ عَمِّهِ  (فروع الكافي ج 3/ص 455)
Dari Zurarah dia berkata : Ibnu Umair al-Laitsy datang pada Abu Ja'far, lalu dia bertanya: apa pendapat engkau tentang nikah mut'ah? Lalu Abu Ja'far menjawab: telah dihalalkan oleh Allah dalam Al Qur'an dan melalui lisan Rasul-Nya, maka hukumnya halal hingga hari kiamat. Lalu dia bertanya: Wahai Abu Ja'far orang seperti engkau mengatakan hal ini sedangkan Umar telah melarang dan mengharamkan mut'ah? Lalu Abu Ja'far mengatakan: walaupun telah dilarang oleh Umar. Dia berkata: Aku memohonkan perlindungan pada Allah untuk anda agar dijauhkan dari menghalalkan perkara yang telah diharamkan oleh Umar. Lalu Abu Ja'far berkata: “Anda memegang pendapat kawanmu, dan aku memegang hadits Nabi, mari kita memohon laknat dari Allah bahwa yang benar adalah apa yang diucapkan Rasulullah dan yang disampaikan kawanmu adalah batil. Lalu Abu Umair mengatakan pada Abu Ja'far: Apakah anda suka jika istri anda, anak wanita anda, saudara wanita anda dan anak wanita paman anda dinikahi secara mut'ah? Lalu Abu Ja'far berpaling ketika disebut istrinya dan anak pamannya. (Furu’ al-Kafi Juz III hal 455)
ب‌.    عَنْ عُبَيْدِ بْنِ زُرَارَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ  عليه السلام  قَالَ ذَكَرْتُ لَهُ الْمُتْعَةَ أَ هِيَ مِنَ الْأَرْبَعِ فَقَالَ تَزَوَّجْ مِنْهُنَّ أَلْفاً فَإِنَّهُنَّ مُسْتَأْجَرَاتٌ (فروع الكافي ج 3/ص 458)
Dari Ubaid bin Zurarah dari Ayahnya dari Abu Abdullah as, aku bertanya tentang mut'ah pada beliau apakah merupakan bagian dari pernikahan yang membatasi empat istri? Jawabnya: menikahlah dengan seribu wanita, karena wanita yang dimut'ah adalah wanita sewaan.  (Furu al-Kafi Juz III/hal 358)
l.       Ajaran Syi’ah menghalalkan darah ahlu al-sunah
ولهذا أباحوا دماء أهل السنة وأموالهم فعن داود بن فرقد قال: قلت لأبي عبد الله ما تقول في قتل الناصب؟: قال: حلال الدم، ولكني أتقي عليك، فإن قدرت أن تقلب عليه حائطًا أو تغرقه في ماء لكيلا يشهد عليك فافعل (كشف الأسرار وتبرئة الأئمة الأطهار ص 85 ؛ بحار الأنوار ج27/ 231)
Karena itulah maka halal darah dan harta ahli al-sunnah, sebagaimana diriwayatkan dari Dawud bin Farqad dia berkata: “Aku bertanya kepada Abu Abdillah: “Apa pendapat engkau tentang membunuh al-Nashib (Ahlus sunnah)? Ia menjawab, ‘Halal darahnya, tetapi aku merasa khawatir kepadamu. Namun jika kamu mampu menimpakan padanya tembok atau menenggelamkannya kedalam air agar tidak ada seorang pun yang bersaksi atasmu, maka lakukanlah”  (Kasyf al-Asrar wa Tabriat al-Aimmat al-Athhar hal. 85 dan Bihar al-Anwar Jus 27 hal 231)
m.   Ajaran Syi’ah melecehkan Nabi dan Ummul Mu’minin
إن النبي صلى الله عليه وآله لا بد أن يدخل فرجه النار، لأنه وطئ بعض المشركات) يريد بذلك زواجه من عائشة وحفصة، وهذا كما هو معلوم فيه إساءة إلى النبي صلى الله عليه وآله، لأنه لو كان فرج رسول الله صلى الله عليه وآله يدخل النار فلن يدخل الجنة أحد أبدًا (كشف الأسرار وتبرئة الأئمة الأطهار ص 24-25)
Sesungguhnya Nabi Saw mesti memasukkan farjinya kedalam api neraka karena telah menyetubuhi wanita musyrikat (yaitu Aisyiah dan Hafshah, hal ini sebagaimana diketahui merupakan kenyatataan yang menyakitkan bagi Nabi Saw dan keluarganya, karena jika farji Rasulullah dan keluarganya masuk neraka maka tidak akan ada yang masuk surga seorang pun selamanya). (Kasyf al-Asrar wa Tabriat al-Aimmat al-Athhar hal. 24-25)
n.     Ajaran Syi’ah juga mempunyai doktrin Thinah (thinat al-mu’min wa al-kafir) yaitu doktrin yang menyatakanan bahwa dalam penciptaan manusia ada unsur tanah putih dan tanah hitam. Pengikut Syi’ah tercipta dari unsur tanah putih sedangkan Ahlu al-sunnah berasal dari tanah hitam. Para pengikut Syi’ah yang tersusun dari tanah putih jika melakukan perbuatan maksiat dosanya akan ditimpakan kepada pengikut ahlu al-sunnah (yang tersusun dari tanah hitam) sebaliknya pahala yang dimiliki oleh pengikut Ahlu al-sunnah akan diberikan kepada para pegikut Syi’ah. Doktrin ini merupakan doktrin yang tersembunyi dalam ajaran Syi’ah.  (al-Kafi Juz II / Kitab al-Iman, bab thinat al-mu’min wa al-kafir)
o.     Dan masih banyak lagi keganjilan yang lain
6.     Fakta  sampai saat ini buku-buku sebagaimana tersebut pada butir 5 merupakan kitab rujukan dan sumber ajaran para pengikut/penganut faham Syi’ah.
  1. Keputusan Fatwa MUI Kabupaten Sampang No. A-035/MUI/Spg/I/2012 tentang Ajaran Yang Disebarluaskan Sdr Tajul Muluk di Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang.
  2. Keputusan Rapat Badan Koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (BAKOR PAKEM) Kabupaten Sampang tanggal 04 Januari 2012 tentang kesesatan ajaran yang disebar luaskan oleh sdr Tajul Muluk.
  3. Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten Se Koordinatoriat Wilayah (KORWIL) Madura No. 01/MUI/KD/MDR/I/2012 tentang Ajaran Syi’ah atau aliran Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah
  4. Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah (KORWIL) Malang No. 13/Korwil-IV/MLG/I/2012 tentang Pengukuhan Fatwa Kesesatan Ajaran Syi’ah;
  5. Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah (KORWIL) Besuki No. 01/MUI/Besuki/I/2012 tentang Ajaran Syi’ah atau aliran Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah
  6. Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah (KORWIL) Surabaya tentang Ajaran Syi’ah atau aliran Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah
  7. Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah (KORWIL) Bojonegoro No. Kep-01/MUI/KORDA-BJN/I/2012 tentang Ajaran Syi’ah atau aliran Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah
  8. Berbagai kajian yang dilakukan oleh para ahli dan para pengamat terkait aliran Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah, faham, pemikiran, dan aktivitasnya diantaranya Pendapat Prof. Dr. Muhammad Baharun yang menyatakan bahwa Syi’ah dan Ahlu al-Sunnah tidak mungkin disatukan.
  9. Surat Edaran Kementerian Agama No: BA.01/4865/1983, tanggal 5 Desember 1983 tentang Hal Ikhwal Mengenai Golongan Syi’ah
  10. Surat Edaran Pengurus Besar Nahdhatul Ulama No:724/A.II.03/10/1997 tentang seruan agar kaum Muslimin memahami secara jelas perbedaan prinsipil antara Ahlu al-sunnah wa al-jama’ah dengan Syi’ah.
  11. Kesimpulan Hasil Seminar Nasional Sehari Tentang Syi’ah pada tanggal 21 September 1997di Masjid Istiqlal Jakarta .
  12. Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 28 huruf J
  13. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 73
  14. Undang-Undang No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama.
  15. Berbagai pendapat yang berkembang dalam rapat tanggal 21 Januari 2012 yang dihadiri oleh beberapa wakil dari MUI Kabupaten/Kota  di Jawa Timur (MUI Kab. Jember, MUI Kab Pasuruan, MUI Kab. Malang, MUI Kab. Sampang, MUI Kota Surabaya, MUI Kab. Tuban, MUI Kab. Bojonegoro, MUI Kab. Ponorogo, MUI Kab. Blitar) dan beberapa ormas Islam.
  16. Telaah terhadap dokumen-dokumen dalam bentuk VCD/CD antara lain yang mengandung hujatan terhadap sahabat nabi, Perayaan Haul Arbain, Arbain Imam Husain, dan Acara Syi’ah di Gereja  Bergzicht Lawang.
  17. Pedoman dan Prosedur Penetapan Fatwa MUI
Mengingat:
1.   Firman Allah dalam al-Qur’an:
a.     Firman Allah Surat al-Baqarah ayat 177
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَءَاتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَءَاتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
b.     Firman Allah Surat al-Qamar ayat 49
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
c.     Firman Allah Surat al-Hijr ayat 9
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
d.     Firman Allah Surat al-Fath ayat 29
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.
e.     Firman Allah Surat al-Taubah ayat 100
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.
2.   Hadits-hadits Marfu
أ‌.        قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِيمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ  (رواه مسلم)
Bertanya Jibril as: “Beritahukan aku tentang Iman”, Lalu beliau bersabda: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk” (Shahih Muslim Jilid I/hal 23)
ب‌.  بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ (رواه البخاري
Islam Dibangun Diatas Lima (Landasan); Persaksian Tidak Ada Ilah Melainkan Allah Dan Sesungguhnya Muhammad Utusan Allah, Mendirikan Shalat, Menunaikan Zakat, Haji Dan Puasa Ramadlan (Shahih al-Bukhari, Juz I/hal 54 hadits No.8)
ت‌.  مَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Barang siapa berbicara tentang al-Qur’an tanpa ilmu (yang memadai) maka hendaklah dia mempersiapkan kedudukannya di neraka” (HR al-Tirmidzi/Sunan al-Tirmidzi V/1999 No. 2950)
ث‌.  وَمَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Barang siapa berbicara tentang al-Qur’an berdasarkan nalarnya saja maka hendaklah dia mempersiapkan kedudukannya di neraka” (HR al- Tirmidzi/Sunan al-Tirmidzi V/1999 hadits No. 2951)
ج‌.    قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
Telah bersabda Rasulullah Saw: “Janganlah kalian mencerca para shahabatku. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalau seandainya salah seorang di antara kalian berinfaq emas sebesar gunung Uhud maka tidak akan dapat menandingi satu mud dari mereka bahkan tidak pula setengahnya (HR. Al-Bukhari, dalam Shahih al-Bukhari Juz II/hal 347 No. 3546; Muslim, dalam Shahih Muslim Jilid II hal.1171; dan al-Tirmidzi dalam Sunan al-Tirmidzi Juz V/hal. 696 hadits No. 3761)
ح‌.      قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهَ اللَّهَ فِي أَصْحَابِي اللَّهَ اللَّهَ فِي أَصْحَابِي لَا تَتَّخِذُوهُمْ غَرَضًا بَعْدِي فَمَنْ أَحَبَّهُمْ فَبِحُبِّي أَحَبَّهُمْ وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ فَبِبُغْضِي أَبْغَضَهُمْ وَمَنْ آذَاهُمْ فَقَدْ آذَانِي وَمَنْ آذَانِي فَقَدْ آذَى اللَّهَ وَمَنْ آذَى اللَّهَ يُوشِكُ أَنْ يَأْخُذَهُ
Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah mengenai sahabat-sahabatku. Janganlah kamu menjadikan mereka sebagai sasaran caci-maki sesudah aku tiada. Barangsiapa mencintai mereka, maka semata-mata karena mencintaiku. Dan barang siapa membenci mereka, maka berarti semata-mata karena membenciku. Dan barangsiapa menyakiti mereka berarti dia telah menyakiti aku, dan barangsiapa menyakiti aku berarti dia telah menyakiti Allah. Dan barangsiapa telah menyakiti Allah dikhawatirkan Allah akan menghukumnya. (HR al-Tirmidzi dalam Sunan al-Tirmidzi Juz V/hal. 696 hadits No. 3762)
خ‌.      عن عُوَيْمِ بْنِ سَاعِدَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ قَالَ: “ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى اخْتَارَنِي، وَاخْتَارَ لِي أَصْحَابًا، فَجَعَلَ لِي مِنْهُمْ وُزَرَاءَ وَأَنْصَارًا وَأَصْهَارًا، فَمَنْ سَبَّهُمْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ، وَالْمَلَائِكَةِ، وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ، لَا يقْبَلُ  الله مِنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَرْفا وَلَا عَدْلا.( أخرجه  ابو نعيم فى معرفة الصحابة ج3/ص 1745: رقم 4424 ؛ والطبراني في الأوسط ج1 / ص 272 رقم 456 ؛ والحاكم في المستدرك ج4/ص68 رقم 2735)
Dari Uwaim bin Sa’idah ra, sesunguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah memilih diriku, lalu memilih untukku para sahabat dan menjadikan mereka sebagai pendamping dan penolong. Maka siapa yang mencela mereka, atasnya laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia. Allah Ta’ala tidak akan menerima amal darinya pada hari kiamat, baik yang wajib maupun yang sunnah”.
د‌.        إِذَا كَفَّرَ الرَّجُلُ أَخَاهُ فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا
“Jika seseorang mengkafirkan saudaranya, maka sesungguhnya kalimat itu kembali kepada salah satu dari keduanya.” (HR Muslim, dalam Shahih Muslim Jilid I/hal 47 hadits No. 111, hadits senada diriwayatkan oleh al-Bukhari, Juz III/hal. 408 No.5883)
ذ‌.        عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِي اللَّه عَنْه أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَرْمِي رَجُلٌ رَجُلًا بِالْفُسُوقِ وَلَا يَرْمِيهِ بِالْكُفْرِ إِلَّا ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ
Dari Abi Dzar ra bahwa dia mendengan Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah seseorang melemparkan tuduhan kepada yang lain dengan kefasikan, dan tidak pula melemparkan tuduhan kepada yang lain dengan kekafiran, melainkan hal itu akan kembali kepadanya apabila yang dituduh ternyata tidak demikian”.(HR al-Bukhari, Shahih Bukhari Juz III/ hal. 396, No. 582)
ر‌.        إِنَّ مِنْ أَمَنِّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ أَبَا بَكْرٍ وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا غَيْرَ رَبِّي لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ وَلَكِنْ أُخُوَّةُ الْإِسْلَامِ وَمَوَدَّتُهُ ِ
Sesungguhnya manusia yang paling terpercaya di sisiku dengan harta dan jiwanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku memilih kekasih, selain Tuhanku maka aku akan memilih Abu Bakr, Akan tetapi yang ada adalah persaudaraan Islam dan berkasih sayang dalam Islam. (HR al-Bukhari, Juz II/hal 344 No. 3529; hadits senada diriwayatkan oleh Muslim, Shahih Muslim Jilid II/hal 1119)
ز‌.        قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْتَدُوا بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ
Rasulullah Saw bersabda ikutilah teladan orang-orang setelahku yaitu Abu Bakar dan Umar (HR al-Tirmidzi, Juz V/hal 609 No. 3662)
س‌.     عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- « أَبُو بَكْرٍ فِى الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِى الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِى الْجَنَّةِ وَعَلِىٌّ فِى الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِى الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِى الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِى الْجَنَّةِ وَسَعْدٌ فِى الْجَنَّةِ وَسَعِيدٌ فِى الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِى الْجَنَّةِ
Dari Abdurrahman bin Auf dia berkata; Rasulullah Saw bersabda: “Abu Bakar di syurga, Umar di syurga, Utsman di syurga, Ali di syurga, Thalhah di syurga, Zubair di syurga, Abdurahman ibn Auf di syurga, Sa’ad (ibn Abi Waqqash) di syurga, Said (ibn Zaid ibn Amru ibn Nufail) di syurga, Abu Ubaidah ibn al-Jarrah di syurga” (HR al-Tirmidzi, Juz V/hal 647 hadits No. 3747)
ش‌.     عن مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ وَأَخُوهُ عَبْدُاللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِمَا أَنَّ عَلِيًّا رَضِي اللَّه عَنْهم قَالَ لِابْنِ عَبَّاسٍ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ الْمُتْعَةِ وَعَنْ لُحُومِ الْحُمُرِ الْأَهْلِيَّةِ زَمَنَ خَيْبَرَ
Dari Muhammad bin Ali dan saudaranya Abdullah bin Muhammad dari Bapak keduanya bahwasanya Ali Ra berkata kepada Ibnu Abbas sesungguhnya Nabi saw melarang mut’ah dan makan daging keledai jinak pada masa perang khaibar. (HR al-Bukhari, Juz III/hal 200, hadits No. 4925)
ص‌.   عَنْ إِيَاسِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَخَّصَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ أَوْطَاسٍ فِي الْمُتْعَةِ ثَلَاثًا ثُمَّ نَهَى عَنْهَا
Dari Iyas bin Salamah dari ayahnya berkata : Rasulullah memperbolehkan nikah mut’ah pada saat perang autas selama tiga hari lalu melarangnya. (HR. Muslim, Shahih Muslim Jilid II/hal. 633)
3.   Hadits Mauquf kepada Ali ra.
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَنَفِيَّةِ قَالَ قُلْتُ لِأَبِي أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَبُو بَكْرٍ قُلْتُ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ عُمَرُ وَخَشِيتُ أَنْ يَقُولَ عُثْمَانُ قُلْتُ ثُمَّ أَنْتَ قَالَ مَا أَنَا إِلَّا رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Dari Muhammd bin Hanafiyah dia berkata; Aku bertanya kepada bapakku (yakni Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu): Siapakah manusia yang terbaik setelah Rasulullah ? beliau menjawab: “Abu Bakar”. Aku bertanya (lagi): “Kemudian siapa?”. Beliau menjawab: “Umar”. Dan aku khawatir beliau akan berkata Utsman, maka aku mengatakan: “Kemudian engkau?” Beliau menjawab: “Bukan aku kecuali seorang dari kalangan muslimin”.(diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahih Bukhari Juz II/hal 347 No.3544)
4.   Pendapat Para Ulama
a.     Pendapat Imam Malik
روى الخلال عن ابى بكر المروزى قال : وَسَمِعْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ: قَالَ مَالِكٌ: الَّذِي يَشْتِمُ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ لَهُ سَهْمٌ، أَوْ قَالَ: نَصِيبٌ فِي الإِسْلامِ (السنة للخلال ج 3: 493)
Al-Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar al-Marwazi, katanya : Saya mendengar Abu Abdillah berkata, bahwa Imam Malik berkata: “Orang yang mencela sahabat-sahabat Nabi, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam” (al-Sunnah li al-Khalal Juz II hal 493)
b.     Pendapat Imam Ahmad
أ‌.          روى الخلال عن ابى بكر المروزى قال : سَأَلْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ: عَنْ مَنْ يَشْتِمُ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعَائِشَةَ؟ قَالَ: مَا رَآهُ عَلَى الإِسْلامِ (السنة للخلال ج 3: 493)
Al-Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar al-Marwazi, ia berkata : “Saya bertanya kepada Abu Abdillah tentang orang yang mencela Abu Bakar, Umar dan Aisyah? Jawabnya, tidak ada yang memandangnya bahwa ia adalah  orang Islam”. (al-Sunnah li al-Khalal Juz II hal 493).
ب‌.    روى الخلال عن محمد بن عوف الحمصي قال: سمعت أحمد بن حنبل وسئل عن التفضيل, فقال من قدم علياً على أبي بكر فقد طعن على رسول الله صلى الله عليه وسلم ومن قدمه على عمر فقد طعن على رسول الله و على أبي بكر ومن قدمه على عثمان فقد طعن على أبي بكر وعلى أهل لشورى وعلى المهاجرين والأنصار
Al-Khalal meriwayatkan dari Muhammad bin Auf al-Hamshi, ia berkata: aku mendengar Ahmad bin Hanbal ditanya sekitar keutamaan sahabat, beliau menjawab: “siapa yang mendahulukan Ali atas Abu Bakar ia mengkhianati Rasulullah Saw, siap yang mendahulukan Ali atas Umar ia mengkhianati Rasulullah Saw dan Abu Bakar, siapa yang mendahulukan Ali atas Utsman, ia mengkhianati Abu Bakar, mengkianati atas ahli syura, Muhajirin dan Anshar. (al-Sunnah: Juz II hal 373)
ت‌.    عن عبد الله بن أحمد: قلت لأبي: من الرافضة ؟ قال: الذي يشتم و يسب أبا بكر وعمر رحمهما الله (السنة للخلال ج 3: 492)
Dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal: aku bertanya pada ayahku: “Siapakah orang Rafidlah itu”, maka beliau menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang mencaci maki dan mencerca Abu Bakar dan Umar semoga Allah merahmati keduanya”.
ث‌.    عن عبد الله بن أحمد بن حنبل قال: سألت أبي عن رجل شتم رجلا من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم فقال: مَا أَرَآهُ عَلَى الإِسْلامِ (السنة للخلال ج 3: 493)
Dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal: aku bertanya pada ayahku perihal orang yang mencaci maki sahabat Nabi Saw, maka beliau berkata: “aku tidak memandangnya bahwa dia adalah orang Islam”
c.     Pendapat Ibnu Hazm
فإن الروافض ليسوا من المسلمين إنما هي فرق حدث أولها بعد موت النبي صلى الله عليه و سلم بخمس وعشرين سنة وكان مبدؤها إجابة من خذله الله تعالى لدعوة من كاد الإسلام وهي طائفة تجري مجرى اليهود والنصارى في الكذب والكفر 
Sesungguhnya rafidhah bukanlah dari kalangan kaum muslimin, kelompok ini mula-mula muncul 25 tahun setelah Nabi –shollallohu ‘alaihi wa sallam -  wafat. Dan asalnya bermula dari mengikuti dakwah seorang yang Alloh hinakan yang hendak memerangi Islam  kelompok ini berjalan di atas jalannya orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam kedustaan  dan kekufuran. (Al-Fashl fi al-Milal wa al-Nihal 2/213)
d.     Pendapat KH Hasyim Asyari (Rois Akbar PBNU)
وَاصْدَعْ بِمَاتُؤْمَرُ لِتَنْقَمِعَ الْبِدَعُ عَنْ اَهْلِ اْلمَدَرِوَالْحَجَرِ. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم "اِذَاظَهَرَتِ الْفِتَنُ اَوِالْبِدَعُ وسُبَّ اَصْحَابِيْ فَلْيُظْهِرِالْعَالِمُ عِلْمَهُ فَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ
Sampaikan secara terang-terangan apa yang diperintahkan Allah kepadamu, agar bid’ah-bid’ah terberantas dari semua orang. Rasulullah SAW bersabda: “Apabila fitnah-fitnah dan bid’ah-bid’ah muncul dan sahabat-sahabatku di caci maki, maka hendaklah orang-orang alim menampilkan ilmunya. Barang siapa tidak berbuat begitu, maka dia akan terkena laknat Allah, laknat Malaikat dan semua orang.” (Muqadimah Qanun Asasi Nahdlatul ulama)

MEMUTUSKAN

1.     Mengukuhkan dan menetapkan keputusan MUI-MUI daerah yang menyatakan bahwa ajaran Syi’ah (khususnya Imamiyah Itsna Asyariyah atau yang menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) serta ajaran-ajaran yang mempunyai kesamaan dengan faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah adalah SESAT DAN MENYESATKAN.

2.     Menyatakan bahwa penggunaan Istilah Ahlul Bait untuk pengikut Syi’ah adalah bentuk pembajakan kepada ahlul bait Rasulullah Saw.
3.     Merekomendasikan:
a.      Kepada Umat Islam diminta untuk waspada agar tidak mudah terpengaruh dengan faham dan ajaran Syi’ah (khususnya Imamiyah Itsna Asyariyah atau yang menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya)
b.     Kepada Umat Islam diminta untuk tidak mudah terprovokasi melakukan tindakan kekerasan (anarkisme), karena hal tersebut tidak dibenarkan dalam Islam serta bertolak belakang dengan upaya membina suasana kondusif untuk kelancaran dakwah Islam
c.      Kepada Pemerintah baik Pusat maupun Daerah dimohon agar tidak memberikan peluang penyebaran faham Syi’ah di Indonesia, karena penyebaran faham Syi’ah di Indonesia yang penduduknya berfaham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah sangat berpeluang menimbulkan ketidakstabilan yang dapat mengancam keutuhan NKRI.
d.     Kepada Pemerintah baik Pusat maupun Daerah dimohon agar melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku antara lain membekukan/melarang aktivitas Syi’ah beserta lembaga-lembaga yang terkait.
e.      Kepada Pemerintah baik Pusat maupun Daerah dimohon agar bertindak tegas dalam menangani konflik yang terjadi, melihat masalah secara utuh dan keseluruhan tidak hanya melihat pada kejadiannya saja, tetapi juga faktor yang menjadi penyulut terjadinya konflik, karena penyulut konflik adalah provokator yang telah melakukan teror dan kekerasan mental sehingga harus ada penanganan secara komprehensif.
f.      Kepada Pemerintah baik Pusat maupun Daerah dimohon agar bertindak tegas dalam menangani aliran menyimpang karena hal ini bukan termasuk kebebasan beragama tetapi penodaan agama.
g.     Kepada Dewan Pimpinan MUI Pusat dimohon agar mengukuhkan fatwa tentang kesesatan Faham Syi’ah (khususnya Imamiyah Itsna Asyariyah dan/atau yang menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) serta ajaran-ajaran yang mempunyai kesamaan dengan faham Syi’ah sebagai fatwa yang berlaku secara nasional.

            Surabaya    27 Shofar 1433 H
                                                          21 Januari  2012 M

  
DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI)

PROPINSI JAWA TIMUR

Ketua Umum : KH. Abdussomad Bukhori
Sekretaris Umum : Drs. H. Imam Tabroni, MM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar