Selasa, 25 Agustus 2015

Pengungsi Bangladesh: Di Indonesia Sedikit Uang, Lebih Baik Pulang

Hidayatullah.com– Sebagian pengungsi Bangladesh mengaku lebih baik pulang ke negara asalnya. Sebab kehidupan di sana mereka rasa lebih nyaman daripada di Indonesia.
Demikian terungkap dalam perbincangan santaihidayatullah.com dengan sejumlah warga Bangladesh di sebuah posko pengungsian Kuala Langsa, Langsa, Nanggore Aceh Darussalam.
“Saya ingin pulang ke Bangladesh,” ujar Ma’sum, 23 tahun, satu di antara mereka, Rabu (27/05/2015) siang.
Sebenarnya, menurut pengakuan Ma’sum dalam bahasa Inggris campur bahasa isyarat, dia bertujuan ke Malaysia untuk bekerja. Selain itu, keluarganya juga banyak yang sudah hidup mapan di sana.
Di Malaysia, kata dia, uang melimpah, berbeda dengan di Indonesia.
Begitu pula yang dirasakan M Faizullah. Pria kelahiran Bangladesh, 8 Maret 1983 ini mengaku ingin pulang ke negaranya. Ia tampaknya rindu keluarganya di sana.
Saat ditanya, apakah berkeinginan tinggal di Indonesia, dengan mantap ia mengatakan, “No! Indonesia no life!”. Maksud dia tidak ingin tinggal di sini.
Senada, M Teto (23) juga ingin pulang ke Bangladesh. Ia pun mengaku tujuan awalnya berlayar adalah Malaysia. Dengan bahasa isyarat yang jelas, ia berpendapat, di Malaysia banyak uang, sedangkan di Indonesia uang sedikit.
Tak Diakui di Bangladesh?
Namun demikian, sebagian mereka mengaku jika nusantara merupakan negeri yang indah. “Indonesia is beautiful (Indonesia itu cantik),” ujar Ma’sum.
Bahkan ada dari mereka yang sebenarnya mau saja tinggal di negara ini. Asalkan, sebagaimana kata Muhammad Ali, ia punya kerjaan yang layak.
Menurut pria kelahiran Bangladesh, 3 November 1987 ini, tak susah bagi dia untuk mencari pekerjaan. Sebab ia mengaku punya banyak keahlian, seperti memperbaiki mobil. Selain itu, sebenarnya di negaranya ia mengaku sudah bekerja. Namun tergiur ke Malaysia, hingga akhirnya nyasar ke Indonesia.
Ditanya keinginannya untuk pulang ke negara asal, ia menjawab tidak tahu, sebab ia merasakan dilema.
Bangladesh’s goverment, Bangladesh’s President (pemerintahan Bangladesh,  red) tak mau ambil kita, (ya) di sini dulu lah,” ujar pria beristri satu ini dalam bahasa Inggris campur Melayu sambil tertawa kecil.
Sebagaimana diketahui, Aceh menjadi perhatian publik setelah kedatangan dua gelombang pengungsi. Pertama pengungsi asal Rohingya, kedua pengungsi asak Bangladesh.

Pengungsi Rohingya datang karena tertindas dan terzalimi di negeri mereka sendiri, Myanmar. Mereka juga dimusuhi oleh para biksu Buddha. PBB menyebut Muslim Rohingya sebagai kelompok minoritas yang paling teraniaya. [Baca: PBB: Muslim Rohingya, Kkelompok Paling Teraniaya]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar