Kamis, 24 Maret 2022

Awas Gafatar

 

MATERI DI DALAM BUKU: TEOLOGI ABRAHAM;

MEMBANGUN KESATUAN IMAN YAHUDI, KRISTEN DAN ISLAM

TULISAN MAHFUL M. HAWARY YANG BERISI PENODAAN

Oleh : H. M. Amin Djamaluddin

Nama buku   

:

Teologi Abraham; Membangun Kesatuan Iman, Yahudi, Kristen dan Islam

Penulis

:

Mahful M Hawary

Penyunting

:

MY Daruwijaya, SH

Penerbit

:

Fajar Madani

Dwima Plaza I, 4th Floor suite 417 Jl. A. Yani Kav. 67 – Jakarta 10510

http://fajarmadani.co.cc

fajar.madani@yahoo.com  

Distributor

:

Didistribusikan oleh  Setjen KOMAR Tlp. (021) 2362 6164

Cetakan         

:

Cetakan I, Mei 2009

ISBN

:

 -                











Berikut ini, kami kutipkan beberapa tulisan Mahful M. Hawary di dalam bukunya Teologi Abraham yang kami anggap sebagai bentuk penodaan, yaitu :

 

  1. “Dari sinilah, banyak kelompok (minoritas) yang memahami bahwa masih terbukanya pintu seorang Nabi dan Rasul setelah Muhammad yang akan mengantarkan ummat dunia menuju kebangkitan Madinah al-Munawwarah jilid dua; Khilafah Islam.” (Teologi Abraham, hal. 133)

 

  1. ”Karenanya, Teologi Abraham adalah satu-satunya ilmu yang dapat digunakan di dalam menjembatani unifikasi iman anak-anak spiritual Abraham, baik dari kaum Yahudi, Nasrani, maupun Islam. Dari kerangka pikir tersebut, dapatlah dipahami mengapa Allah menyindir dengan pedas sikap mereka yang tak menerima Teologi Abraham (Millah Ibrahim). Dia menegaskan, hanya orang bodoh saja yang menolak Teologi Abraham sebagai pintu pemersatu anak-anak spiritual Abraham, yang pada saatnya nanti akan membangun perdamaian dunia.”  (Teologi Abraham, hal. 137)

 

  1. ”Saatnya hari ini, kaum Yahudi, Nasrani, dan Islam untuk duduk bersama mendialogkan hal-hal prinsipil yang memiliki akar teologi yang sama dengan cara mengembalikan akar sengketa teologisnya kepada sumber utamanya, yakni Teologi Abraham sebagai Pokok Anggur Allah. Membangun kesatuan teologi bagi para generasi iman Abraham (anak-anak spiritual Abraham), baik dari kaum Yahudi, Nasrani dan Islam, akan menjadi sumber utama bagi terciptanya perdamaian ummat beragama dari kedamaian insan dunia, yang turut memberi berkat dan kedamaian bagi keharmonisan seluruh mahluk di alam semesta.” (Teologi Abraham, hal. 138)

 

  1. “Allah menyampaikan firman (Ruhul Qudus) melalui Rasul, sehingga perkataan seorang Rasul adalah sama dengan perkataan Allah (Ruhul Qudus). Namun tidak berarti bahwa seorang Rasul berubah wujud menjadi Allah. Ruhul Qudus adalah bagian dari Ruh Allah (min ruhy) yang ditiupkan (baca: diwahyukan; diajarkan) kepada Rasul-Nya, sehingga dia berubah status menjadi mahluk Ilahiyah. Karenanya, tidak boleh dipisahkan atau dibedakan antara perkataan Allah dengan perkataan Rasul...” (Teologi Abraham, hal. 209-210)

 

  1. “Jika seseorang ingin mengenal Allah, kenalilah dan lihatlah Rasul-Nya. Artinya, Allah sudah “bersemayam” (manunggal; menyatu) dalam diri seorang Rasul. Namun tidak berarti Allah berubah menjadi Muhammad...” (Teologi Abraham, hal. 211)

 

  1. “Sesungguhnya, semua ucapan Rasul adalah ucapan Allah dan semua perbuatan Rasul adalah perbuatan Allah, tetapi Rasul itu sendiri adalah mahluk bukan Allah Sang Pencipta.” (Teologi Abraham, hal. 214).

 

Jika kita perhatikan, kalimat-kalimat yang dikutip di atas yang merupakan tulisan dari Mahful Muis Tumanurung bisa dikategorikan sebuah penodaan terhadap agama Islam, karena firman Allah SWT di dalam Al-Qur`an,

1.

ﭡﭢﭣﭥﭦﭧﭨ

 

”Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat,” (QS Asy-Syura [42]: 11).

2.

  ﯳﯴﯵ

 

“Kursi-Nya meliputi langit dan bumi,” (QS Al-Baqarah [2]: 255)

 

Bahwa perkataan, “Sesungguhnya, semua ucapan Rasul adalah ucapan Allah dan semua perbuatan Rasul adalah perbuatan Allah,” adalah sebuah penodaan. Hal ini dikarenakan menurut penjelasan Al-Qur`an bahwa seorang Rasul itu adalah manusia biasa seperti kita. Yang membedakan antara seorang Rasul dengan manusia biasa pada umumnya yaitu seorang Rasul menerima wahyu dari Allah SWT yang dibawa oleh Malaikat Jibril.

Pada saat Malaikat Jibril menyampaikan wahyu, Rasul disuruh untuk membaca wahyu yang dibawa oleh Malaikat Jibril tersebut. Pada saat itu, seorang Rasul hanya membacakan wahyu Allah tersebut.

Semua ucapan Rasul bukan ucapan Allah. Misalnya pada saat Rasul berbicara kepada isterinya dalam kehidupannya sehari-hari, seperti menyuruh isterinya untuk menyiapkan makanan dan minumannya, maka ucapan Rasul tersebut bukan ucapan Allah. Ucapan tersebut adalah ucapan seorang Muhammad sebagai manusia biasa, sama seperti isterinya.

Ungkapan bahwa semua perbuatan Rasul adalah perbuatan Allah, ini sangat menghina Allah SWT. Apakah makan, minum dan menikahnya Nabi Muhammad SAW (berhubungan biologis dengan isterinya) dikatakan sebagai perbuatan Allah? Ini jelas-jelas penghinaan terhadap Allah SWT. Karena Allah SWT tidak makan, tidak minum dan tidak mempunyai isteri seperti yang dilakukan oleh manusia. Allah SWT berfirman,

ﰄﰅﰆﰇﰈﰉﰊ

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu,” (QS Al-Kahf [18]: 110).

 

Catatan :

Akhir-akhir ini, Mahful Muis Tumanurung mengaku bahwa Gafatar sudah keluar dari Islam dan menjadi agama Millah Abraham. Akan tetapi, di dalam buku-bukunya, dia selalu memegang konsep dari Al-Qur`an dan tidak ada satu pun di dalam buku-buku Millah Abraham yang dia tulis, bahwa dia mengaku keluar dari Islam.

Ketika orang Islam banyak yang masuk ke dalam Gafatar dan Millah Abraham, tiba-tiba Ketua Umumnya yaitu Mahful Muis Tumanurung memproklamirkan dirinya bahwa dia sudah tidak bergama Islam lagi (keluar dari Islam), dan mengaku memeluk agama Millah Abraham.

Kami melihat bahwa pengakuan Mahful ini adalah bentuk pemurtadan secara terselubung terhadap umat Islam yang menyebabkan banyak umat Islam yang ikut Gafatar, mereka keluar dari Islam (murtad) karena taktik licik dari Mahful Muis Tumanurung ini.

Perbuatan Mahful ini bisa dikategorikan sebagai bentuk penodaan terhadap agama Islam. Lain halnya jika dia sendiri yang mengaku keluar (murtad) dari Islam, itu adalah hak azazi dia sendiri. Akan tetapi, umat Islam yang masuk Gafatar terkena tipu oleh Mahful untuk keluar dari Islam. Ini adalah bentuk penodaan terhadap agama Islam. Tentunya, umat Islam akan sangat marah terhadap taktik licik Mahful ini, mengajak umat Islam untuk keluar dari Islam.

Di dalam halaman 184 dikatakan, “Allah itu adalah Tuhan dan Tuhan itu adalah Allah, tidak ada yang berhak disebut Tuhan kecuali Allah. Jadi, Allahitu Tuhan-nya orang Islam, begitulah pemahaman mayoritas kaum muslim yang awam. Bagi iman mereka, hanya Allah yang Tuhan dan di luar Allah tidak ada Tuhan (Ilah).”

Saya akan menjawab pernyataan Mahful ini, yaitu memang benar bahwa keyakinan ini adalah keyakinan dasar umat Islam yang tertera di dalam dua kalimat syahadat, yaitu :

أشهد أن لا إله إلا الله و أشهد أن محمدا رسولالله

“Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”

            Saya balik bertanya, mengapa Saudara mempersoalkan aqidah/keyakinan kami umat Islam?

            Saudara Mahful pada tanggal 23 Juli 2006 telah menjadi saksi atas Ahmad Moshaddeq sebagai seorang utusan Allah SWT dengan mengucapkan syahadat versi baru, yaitu :

أشهد أن لا إله إلا الله و أشهد أن المسيح الموعود رسول الله

“Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Al-Masih Al-Maw’ud (Ahmad Moshaddeq) adalah utusan Allah.”

            Pengucapan syahadat ini dilakukan Mahful di Gunung Bunder Bogor pada saat pertama kalinya Ahmad Moshaddeq mendeklarasikan pengakuannya sebagai Rasul setelah dia bertahanuts selama 40 hari 40 malam di Gunung Bunder tersebut bersama dengan 43 orang teman-temannya. Kemudian, ada sebelas (11) orang di antara orang-orang yang menyaksikan kerasulan Ahmad Moshaddeq tersebut yang menjadi para pendiri GAFATAR, yaitu :

 

1.

Mahful Muis Tumanurung

7.

Dandy Kusuma

2.

Wahyu Sandjaya

8.

Farid Ma’ruf S

3.

Saarih

9.

Munandar

4.

Muchtar Asni

10.

Jusuf Damardjati

5.

Berny Satria

11.

Dwi Ratna K.  

6.

Kosasih

 

 

(Lihat buku Ruhul Qudus yang Turun kepada Al-Masih Al-Maw’ud, hal. 191-192).      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar