Senin, 02 Maret 2015

APAKAH AMERIKA AKAN MENYERANG IRAN?

APAKAH AMERIKA AKAN MELINDUNGI
NEGARA-NEGARA TELUK DARI (ANCAMAN) IRAN?
Oleh Hamid Khalaf Al-’Umariy
Diterjemahkan oleh Ibnu Ohan, Lc



Saya masih teringat dengan cerita lucu yang pernah saya dengar di masa kecil saya. Yaitu kisah tentang dua orang penjahat yang masuk ke sebuah restoran. Keduanya segera memesan makanan. Setelah menyantap makan siang di restoran tersebut, keduanya berbisik-bisik memikirkan cara untuk meloloskan diri dari tagihan restoran (tidak mau membayar). Salah seorang dari keduanya mendapatkan ide yang unik (nyeleneh). Tetapi temannya tidak setuju atas idenya ini. (Idenya ini) yaitu salah seorang dari kedua penjahat tersebut mencaci maki temannya. Temannya segera membalas caci makinya ini dengan cacian dan makian yang lebih buruk. Akhirnya, terjadilah perang mulut. Pada saat itu, tiba-tiba datanglah para pelayan restoran menenangkan suasana. Tetapi kedatangan para pelayan restoran ini tidak menghasilkan apa-apa. Hampir saja kedua orang pria tersebut saling bunuh. Para pelayan telah berusaha untuk melerai kedua orang pria yang sedang berseteru tersebut. Tetapi usaha mereka hanya menambah ricuh. Tiba-tiba, salah seorang dari kedua orang itu memukul temannya. Dia (yang dipukul) lari ke luar, dan diikuti oleh temannya dengan membawa sebotol saus sambil melontarkan kata-kata cacian dan makian. Akhirnya, mereka berdua bisa luput dari penglihatan orang-orang (keduanya kabur). Pada saat itu para pelayan restoran baru sadar, dan mereka hanya bisa saling pandang, terkesima melihat kejadian ini. Mereka sepakat bahwa mereka telah ditipu, karena kedua orang yang bertengkar tadi tidak membayar  dan telah membawa kabur sebotol saus.  


Saya selalu teringat akan cerita ini ketika saya dan orang lain terlihat seperti kebingungan mengenai hubungan antara Iran-Amerika, atau putri kesayangan Amerika, Israel!

Ketika perang dingin di antara kedua negara (Iran-Amerika) mencapai puncaknya di tahun 80-an yang lalu, yaitu pada saat Imam Khomeini dan para pengikutnya mengecam Amerika yang mereka sebut dengan sebutan Setan Besar. Pada saat itu, Presiden Iran, Abulhasan Bani Shadr justru sedang membuat kesepakatan di Paris dengan Wakil Presiden Amerika Serikat George Bush yang dihadiri oleh Agen Mossad Ari Ben Minascia, bahwa Amerika akan membantu Iran dengan bantuan persenjataan Amerika yang mutakhir melalui Israel, untuk digunakan oleh tentara Iran dalam perang Iran-Irak. Bantuan persenjataan ini bernilai sekitar 1.217.410 Dolar AS.

Pada saat Presiden AS George W. Bush menyerang dan mengecam rezim Iran, justru pasukan Amerika yang berada di Irak mengawal Presiden Iran sejak tiba di bandara Baghdad sampai dia berangkat (meninggalkan Baghdad). (terjadi pada tahun 2003, saat Irak diserang Amerika, pent).
Pada saat itu, Pemerintah Iran mengancam akan menutup kantor berita Al-Arabiya Channel di Teheran. Iran juga mengecam Abdel-Rahman Al-Rusyd, direktur Al-Arabiya Channel dalam sebuah artikel yang cukup pedas. Tetapi saya lihat, saluran Al-Arabiya Channel tidak pernah bosan menyiarkan propaganda pemerintah Irak mengenai kelahiran, eksistensi dan perkembangan Teheran.

Bagaimana mungkin kita bisa memahami kontradiksi ini tentang rumor mengenai permusuhan besar di antara kedua negara, Amerika-Iran, dengan kenyataan di lapangan!

Sebagai tambahan, baru-baru ini telah terjadi kebocoran informasi dan terbongkarnya beberapa dokumen lama (dokumen penting) yang menjelaskan hakikat beberapa peristiwa yang terjadi.  
  1. Seperti yang dimuat di dalam dokumen-dokumen yang dilansir (dikeluarkan) oleh Arsip Keamanan Nasional AS yang berkaitan dengan skandal Kontra Revolusi Iran.
  2. Mengenai kecaman terhadap para pejabat Iran, seperti yang dikatakan Wakil Presiden Iran bagian Hukum dan Parlemen di akhir Konferensinya tentang Teluk dan Tantangan Masa Depan yang diselenggarakan di Abu Dhabi, Emirat Arab pada tanggal 13 Januari 2004, ”Sesungguhnya Iran telah memberikan banyak bantuan kepada para prajurit Amerika di dalam perang mereka terhadap Afghanistan dan Irak. Kalau bukan atas bantuan Iran, tentu Kabul dan Baghdad tidak akan jatuh semudah ini!”
  3. Ucapan Sharon di dalam memoarnya, ”Saya tidak melihat di dalam tubuh Syiah adanya orang-orang yang memusuhi Israel dalam jangka panjang. Justru musuh yang nyata kita adalah organisasi teroris Palestina." Dari catatan Sharon yang diterjemahkan oleh Anton Obeid, hal. 576.
  4. Ucapan Menteri Luar Negeri Pemerintah Netanyahu, David Levy, di mana ia berkata, ”Israel tidak pernah mengatakan bahwa Iran adalah musuh!” Koran Yahudi, Hartz, 1 Juni 1997.  

Sebenarnya saya tidak sedang meneliti dokumen-dokumen atau pernyataan-pernyataan tersebut. Karena saya pikir, siapa saja yang menginginkan informasi itu, dengan sangat mudah dia akan menemukannya. Karena ada banyak dokumen dan artikel yang berhubungan dengan masalah ini.[1] Yang ingin saya tekankan di sini adalah karena masih banyak di antara kita yang percaya bahwa Iran sedang menabuh genderang perang melawan Amerika dan Israel. Yang menyedihkan bagi saya, isu ini tidak hanya menjadi konsumsi orang-orang awam saja, tetapi sudah menjadi konsumsi kalangan intelektual.

Saya berkesimpulan bahwa tidak ada permusuhan antara Iran-Amerika atau dengan Israel. Tetapi saya tidak bisa menyangkal akan adanya titik perbedaan yang wajar di antara keduanya. Misalnya perbedaan kepentingan, dominasi atau hegemoni. Bagaimanapun juga negara-negara tersebut dengan profesionalitas politik mereka yang tinggi, mampu mengatasi permasalahan ini. Atau setidaknya permasalahan ini dinetralkan, dan ditunda untuk jangka waktu tertentu dan hanya fokus pada isu-isu politik bersama.  

Menurut saya, dan hanya Allah lah yang Maha Tahu, demi kepentingan Amerika dan Israel, Iran rela memposisikan diri seolah-olah sedang menabuh genderang perang melawan Amerika dan Israel. Iran terlihat seolah-olah menjadi simbol perlawanan terhadap Amerika dan Israel. Ternyata, dengan cara ini ada dua tujuan yang ingin dicapai oleh Amerika :
1)     Pertama : Menurut sebagian orang bahwa alasan inilah yang menjadi alasan kuat negara Israel tetap eksis. Sudah menjadi rahasia umum, Israel selalu berpura-pura  sebagai negara lemah yang dikelilingi oleh bahaya dan negara-negara yang memusuhinya. Dengan alasan ini, dengan mudah Israel mendapatkan bantuan finansial dan persenjataan dari negara-negara Barat, khususnya Amerika. Lihatlah, bagaimana seluruh dunia (Barat dan sekutunya) bersekongkol dengan Israel menggagalkan aksi penyelundupan senjata kepada Hamas. Israel juga memanfaatkan laporan para pejabat Iran yang berjanji akan menghapuskan Israel dari peta dunia. Hal ini (dilakukan) oleh Israel untuk meyakinkan opini publik Barat supaya Barat tetap memberikan bantuannya kepada Israel, serta untuk membuat dunia Barat mengerti atas apa yang Israel lakukan, seperti menyerang warga sipil di Palestina atau Lebanon (Israel membela diri, pent).
2)    Kedua : Banyak orang tidak tahu bahwa Madzhab Syiah yang diadopsi oleh Iran dan dibela mati-matian dengan segala kekuatannya di tengah-tengah komunitas Islam Sunni yang anti terhadap agenda Barat, yaitu Iran telah menjadikan Madzhab Syiah sebagai madzhab radikal yang memiliki konsep jihad yang dipaksakan kepada warganya tanpa dalih yang dibenarkan. Kalangan awam dan akademisi saja bisa terpengaruh oleh pidato berapi-apinya Nasrullah terhadap Israel sehingga memicu kudeta dari kalangan Islamis terhadap syaikh (guru) mereka, dengan alasan demi membela Iran! Seperti krisis yang dialami Syaikh Yusuf Qaradhawi dengan pers Iran. Tujuan yang ingin dicapai adalah terciptanya keseimbangan sektarian (Syiah-Sunni) di kawasan ini (di Teluk, Iran dan sekitarnya, pent) yang menjadi tujuan utama semua pihak (Barat dan sekutunya)!

Ada banyak fakta yang meyakinkan kita bahwa permusuhan Iran terhadap Amerika dan Israel sebagian besarnya hanya sebatas retorika (dalam ceramah-ceramah) dan hanya ancaman kosong yang tidak pernah menimbulkan sebuah gerakan nyata, selain hanya gerakan kepura-puraan belaka. Yang saya maksud seperti perlawanan Hizbullah terhadap Israel. Perlawanan ini terbukti hanya sebatas perlawanan kepura-puraan belaka terkait dengan kepentingan Iran. Karena tujuan di balik serangan Hizbullah ke Israel tersebut bukan untuk kemenangan umat Islam. Kalau bukan untuk itu, bagaimana Hizbullah menafsirkan kejadian yang terjadi di Gaza? Bahkan dengan cepat, Hizbullah menyangkal keterlibatannya dalam penembakan roket dari Lebanon Selatan ke Palestina. Oleh karena itu, ada sebagian para pengamat yang mengatakan bahwa sebetulnya Hizbullah ingin kalau di Lebanon Selatan itu ada yang menggantikan dirinya dari milisi Kristen yang telah gagal di dalam membendung aktivitas pejuang Palestina di Lebanon. Hal ini terbukti dari sikap Hizbullah yang menolak bergabung dengan para pejuang Palestina. Bahkan Hizbullah tidak memperbolehkan para pejuang Palestina untuk merangsek masuk ke titik kontak terdekat dengan musuh.

Mengenai sikap gembira dari pemimpin Iran atas kepemimpinan Hamas (Hamas menang di Pemilu Paletina) dan Iran mau membuka diri untuk pemimpin jihad-Islam di Palestina, hal ini tidak lebih hanya sebatas latihan perang-perangan dan politik taqiyyah (politik berpura-pura). Saya pikir bahwa saudara kami di Hamas lebih cerdas, mereka tahu bahwa Iran sedang menipu mereka. Iran tidak pernah memberikan bantuan atas nama Allah, dan justru terlibat dalam pembunuhan rakyat Palestina. Iran juga mengusir rakyat Irak, sehingga jutaan rakyat Irak meninggalkan rumah mereka dan hidup di barak-barak pengungsian. Tidak mungkin Iran akan bersikap baik terhadap rakyat Palestina. Andai saja Iran tulus dalam mendukung Hamas, tentu Iran akan menepati janjinya ketika Hamas menang di Pemilu Palestina, yaitu Iran berjanji akan memberikan sumbangan sebesar 50.000.000 Dolar AS!
Yang menjadikan Iran tetap memperjual belikan isu Palestina sehingga Iran bisa memimpin kalangan Islam adalah dikarenakan penilaian negatif dunia Arab terhadap perjuangan bangsa Arab (Palestina) dan semakin lemahnya peran utama beberapa negara Arab.

Kita harus bertanya, ”Sudah berapa kali terjadi peperangan antara Iran-Amerika atau dengan Israel sejak awal revolusi sampai sekarang?” Atau, abaikanlah pertanyaan ini dan jawablah pertanyaan saya, ”Apakah ada pasilitas strategis milik Iran yang dirusak (oleh Amerika) seperti yang dialami Irak?”

Kenyataan mengatakan bahwa Amerika hanya berperang melawan musuh-musuh sejarah Iran. Rakyat Iran masih kesal dan geram terhadap Afghanistan. Karena negara Shafawi (Iran tempo dulu) dikalahkan oleh seorang Afghanistan, yaitu Alghalzain (1722-1729 M) di bawah pimpinan Al-Mir Mahmud. Adapun Irak, Irak adalah penentang gerakan Shafawi model baru di bawah kepemimpinan Khomeini. Sementara itu, Iran tetap aman berkat kelihaiannya memanfaatkan isu titik konvergensi (pertemuan) antara proyek perluasan wilayahnya dan proyek Barat, pada saat tidak adanya sebuah proyek Arab-Islam di sana.

Mengapa hubungan Israel-Iran sangat erat? Ada sebagian para pengamat yang mengatakan bahwa Iran dianggap oleh Israel sebagai Dewa Penolong mereka. Karena orang-orang Yahudi merasa ditolong oleh Kerajaan Persia (Iran sekarang), yaitu mengenai pembebasan yang dilakukan oleh seorang Komandan Persia, Cyrus yang Agung terhadap bangsa Yahudi dari penawanan Babel (Babilonia, Irak sekarang). Pada saat ini, di Teheran muncul sebuah organisasi pemuda Yahudi dengan nama Cyrus yang Agung!

Pemerintahan Shah di Iran dianggap sebagai periode yang memperlihatkan hubungan erat Iran-Israel, sebelum dimulainya konsep taqiyyah, atau revolusi Khomeini yang tidak pernah mengubah realitas hubungan Iran-Israel ini. Dan yang mengejutkan bahwa orang-orang Yahudi asal Iran adalah orang yang paling banyak menumpahkan darah (membunuh) rakyat Palestina daripada yang lainnya. Perdana Menteri Israel, Shaul Mofaz pencetus ide untuk membentuk pasukan militer untuk menghadapi pemberontakan Intifadhah, dia lah yang memimpin pembantaian Nablus dan Jenin. Dia adalah seorang warga Yahudi kelahiran Teheran tahun 1948 yang keluarganya beremigrasi (berpindah) ke Palestina pada tahun 1957. Adapun Dan Halutz, mantan Komandan AU Israel yang berjuluk Jenderal Pembunuhan, telah melakukan pembantaian keji pada bulan Juli 2002, ketika ia memberi perintah untuk membom sebuah bangunan tempat tinggal untuk membunuh seorang pemimpin Hamas. Pembantaian tersebut menewaskan 14 warga sipil termasuk 9 anak-anak. Dan Halutz adalah generasi terakhir Yahudi yang beremigrasi dari Hageor Iran ke Palestina.

Kesimpulannya, merupakan kewajiban kita selaku bangsa Arab dan kaum muslimin untuk memahami bahwa kita adalah target/sasaran mereka. Kita berada di antara palu dan tatakan kedua proyek berbahaya tersebut. Setidaknya proyek yang satu tidak lebih berbahaya dari proyek yang lainnya. Kita juga harus tahu bahwa tidak ada permusuhan antara para pemilik proyek-proyek tersebut dan tidak ada alasan yang menyatakan adanya permusuhan antara Iran-Amerika. Yang ada hanya perbedaan kepentingan atau persaingan di wilayah kekuasaan yang merupakan kontroversi yang dapat diselesaikan dengan kesepakatan politik. Berbeda dengan perbedaan ideologis yang tidak bisa diselesaikan oleh kesepakatan politik. Kedua proyek (Iran-Amerika) ini bisa menimbulkan perselisihan sekte yang banyak tersebar di dunia Arab, khususnya di negara-negara Teluk. Oleh karena itu, kita bisa melihat adanya kerjasama di antara kaki tangan Barat  dan sekte-sekte di negara-negara tersebut untuk melawan Sunni, khususnya Salafi. Kita berharap semoga proyek Arab-Islam yang berbudaya kembali menjadi sumber kekuatan dan rahasia perlawanan kita terhadap proyek-proyek jahat tersebut.

-------
Catatan : Artikel ini telah diterbitkan dua tahun yang lalu, dengan judul, ”Memoar Revolusi Iran; Refleksi pada Hubungan Iran-Amerika.” Sekarang saya mempublikasikannya kembali setelah melihat perkembangan terkini di Teluk. Alasan lainnya karena masih banyak masyarakat dunia Islam yang tidak mengetahui hakikat kerjasama Amerika-Iran.



[1] Lihat, misalnya, "Di Balik Kerjasama Iran-Israel" karya Izzuddin bin Hussein Al-Quthali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar