Senin, 09 Maret 2015

PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN DI DALAM BUKU 40 MASALAH SYIAH KARANGAN EMILIA RENITA AZ

PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN
DI DALAM BUKU 40 MASALAH SYIAH KARANGAN EMILIA RENITA AZ
Oleh M. Amin Djamaluddin



1.
‘Adalah semua sahabat bertentangan dengan al-Qur`an
Bagaimana al-Qur`an menilai sahabat Nabi saw dapat disimpulkan dari beberapa hal berikut :
Al-Qur`an melarang kita untuk menyamakan semua sahabat Nabi saw pada tingkat yang sama. Al-Qur’an menegaskan, “Tidak sama di antara kamu orang yang menginfakkan hartanya sebelum Kemenangan (Al-Fath) dan berperang. Mereka lebih agung derajatnya dari orang-orang yang menginfakkan hartanya sesudah itu dan berperang. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (Al-Hadid 10).

Artinya, tidak boleh kita menyamakan sahabat yang masuk Islam sebelum Al-Fath seperti Imam Ali dengan sahabat yang masuk Islam sesudah kemenangan Mekah seperti Muawiyah. (40 Masalah Syiah hal. 76-77)


Tanggapan LPPI :

Emilia mengutip surat Al-Nisa ayat 95 di bukunya 40 Masalah Syiah pada halaman 77, bahwasanya ada para sahabat yang dikecam oleh Al-Qur`an. Dalilnya yaitu,

“Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa halangan). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar,” (QS An-Nisa [04]: 95). 

Ayat ini tidak bisa dijadikan alasan untuk membeda-bedakan para sahabat seperti yang dikatakan di dalam buku 40 Masalah Syiah, “Al-Qur`an melarang kita untuk menyamakan semua sahabat Nabi saw pada tingkat yang sama.” Padahal yang dimaksudkan oleh Allah SWT adalah bahwa para sahabat yang ikut berperang akan mendapatkan pahala yang sangat besar jika dibandingkan dengan para sahabat yang tidak ikut berperang padahal fisik mereka tidak sedang sakit atau tidak cacat seperti Ibnu Ummi Maktum yang buta. Dia ingin berperang, tapi apa daya tangan tak sampai. Bagaimana mungkin seorang yang buta bisa berperang? Oleh karena itu, Allah SWT memberikan rukhsah-Nya kepada Ibnu Ummi Maktum. Akan tetapi, jangan dianggap bahwa para sahabat yang tidak ikut berperang tidak mendapatkan pahala dari Allah SWT.

Tetap masing-masing mendapatkan pahala dari Allah SWT. Akan tetapi pahala para sahabat yang ikut berperang lebih banyak daripada para sahabat yang tidak ikut berperang. Bukankah hukum perang itu fardhu kifayah sehingga dibolehkan bagi para sahabat yang lain untuk tidak ikut berperang? Kemudian jika toh ada ayat yang mengecam sebagian para sahabat, mari kita jadikan ibrah kejadian tersebut. Karena bagi para sahabat adalah amal ibadah mereka dan bagi kita adalah amal ibadah kita. Kehidupan para sahabat telah berlalu, maka masa lalu biarlah berlalu, tinggal kita petik hikmah di balik peristiwa yang dialami para sahabat tersebut.

2.
Bab 10
ISHMAH PARA IMAM   

Tuduhan
Orang Syiah musyrik karena mempercayai kesucian para Imam mereka.
Jawaban
Ishmah adalah keterpeliharaan dari dosa dan kesalahan. Dari segi makna, ishmah sam dengan ’adalah. Jika Ahlussunnah menerapkan ’ismah kepada semua sahabat Nabi saw, Syiah hanya menetapkan ’ishmah kepada empat belas manusia suci – yakni Rasulullah saw, Fathimah, Ali, Al-Hasan, Al-Husayn dan sembilan orang Imam dari keturunan al-Husayn. Mereka itu secara keseluruhan disebut Ahlulbait.....

Dia menurunkan ayat, “taatilah Allah dan taatilah Rasul dan Ulil Amr di antara kamu?” maka turunlah ayat ini berkenaan dengan Ali, Al-Hasan dan Al-Husayn. Kemudian Rasulullah saw bersabda : Aku wasiatkan kamu dengan Kitab Allah danAhlulbaitku. Aku telah bermohon kepada Allah agar keduanya tidak berpisah sampai menemui aku di telaga al-Hawdh. Allah memenuhi doaku (Al-Hakim al-Haskani, Syawahid al-Tanzil Liqawa’id al-Tafdhil, 1:148-150).

”Apa hubungan antara Ulil Amr dengan kemaksuman? Al-Fakhr al-Razi menulis, ”Sesungguhnya Allah swt memerintahkan ketaatan kepada Ulil Amr dengan sangat tegas (’ala sabil al-jazmi) dalam ayat ini. Barang siapa yang diperintahkan Allah swt untuk ditaati dengan sangat pasti, tidak bisa tidak ia harus maksum atau terpelihara dari segala kesalahan dan dosa. Jika ia tidak maksum dari kesalahan, kita bisa memperkirakan bahwa ia akan mungkin memerintahkan yang salah. Dengan begitu salahlah yang memerintahkan....Sudah terbukti, bahwa Allah swt memerintahkan kita untuk mentaati Ulil Amr secara sangat tegas karena itu terbuktilah bahwa semua orang yang wajib ditaati berdasarkan perintah Allah swt yang tegas wajib terpelihara dari segala kesalahan. Dengan begitu bisa kita tetapkan dengan pasti bahwa Ulil Amri yang disebutkan dalam ayat ini tidak bisa tidak harus maksum” (Al-Tafsir Al-Kabir; 10: 144), (40 Masalah Syiah, hal. 94-95).

Tanggapan LPPI :
Apabila seperti ini klaim orang-orang Syiah terhadap Ulil Amr, yaitu mereka harus maksum (terpelihara dari segala kesalahan dan dosa), maka kita ajukan pertanyaan, ”Apakah ada nash dari Al-Qur`an yang menyatakan bahwa Ali, Fathimah, Al-Hasan, Al-Husayn dan sembilan orang Imam dari keturunan Al-Husayn adalah orang-orang yang maksum seperti Rasulullah saw?”

Jika mereka orang-orang Syiah menjawab ya, maka mereka harus menunjukkan dalilnya, yaitu dalil dari Al-Qur`an. Kalau tidak ada dalilnya dari Al-Qur`an, carilah dari Al-Hadits. Akan tetapi jika mereka mengatakan tidak ada dalilnya, artinya alasan ini akan menjadi bumerang bagi mereka.

Jika orang-orang Syiah menganggap bahwa Fathimah, Ali, Al-Hasan dan Al-Husayn adalah maksum, maka baiat yang Al-Hasan berikan terhadap Muawiyah adalah benar dan direstui oleh Allah SWT. Karena jika salah, apakah mungkin Allah SWT akan membiarkan hamba-Nya yang maksum berbuat salah? Pasti Allah SWT akan menegurnya. Tetapi, apakah datang teguran Allah SWT kepada Al-Hasan yang telah membaiat Muawiyah? Kalau tidak ada teguran, artinya Muawiyah adalah sah sebagai khalifah karena orang yang dianggap maksum yaitu Al-Hasan bin Ali telah ikut berbaiat kepada Muawiyah. Akan tetapi, mengapa orang-orang Syiah tetap membenci Muawiyah dengan tuduhan dia telah merampas tampuk kekhalifahan dari Al-Hasan? Padahal Al-Hasan sendiri yang telah memberikan jabatan khalifah kepada Mu’awiyah.

3.
Bab 15
TAQIYAH: AJARAN KEMUNAFIKAN
Tuduhan
Orang Syiah bersenjatakan taqiyah untuk berbohong.

Jawaban
Syi’ah menjalankan taqiyah seperti yang diajarkan Al-Qur`an dan Sunnah. Taqiyah berbeda dengan nifaq (sifat munafiq). Taqiyah berarti menyembunyikan iman dan menampakkan kekufuran. Munafiq menyembunyikan kekufuran dan menampakkan keimanan.

Dalam Al-Qur`an
Ali Imran (QS 3: 28) : “…kecuali memelihara dirimu dari sesuatu yang ditakuti dari mereka.”   

Al-Nahl (QS 16: 106) : “…Kecuali orang yang terpaksa, padahal hatinya tetap tenang dalam beriman.”

Al-Mu’min (QS 40:28): “Dan seorang laki-laki yang beriman diantara pengikut-pengikut Fir’aun, menyembunyikan iman.”

Tanggapan LPPI :
Ali Imran (QS 3: 28). Ayat selengkapnya :
ﯜ  ﯝ  ﯞ  ﯟ  ﯠ  ﯡ  ﯢ  ﯣ  ﯥ   ﯦ  ﯧ  ﯨ  ﯩ  ﯪ  ﯫ  ﯬ  ﯭ     ﯮ  ﯯ  ﯰ   ﯱ  ﯳ  ﯴ  ﯵ  ﯷ  ﯸ  ﯹ  ﯺ 
“Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah, kecuali karena (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri (siksa)-Nya dan hanya kepada Allah tempat kembali,” (QS Ali Imran [03]: 28)

Para ulama menafsirkan bahwasanya ayat ini (perintah taqiyah) ditujukan kepada orang-orang beriman yang teraniaya dan hidup di lingkungan orang-orang kafir yang jahat. Untuk menyelamatkan jiwa dan aqidah mereka, maka mereka dibolehkan untuk bertaqiyah. Misalnya mengakui tuhan-tuhan mereka (orang-orang kafir) agar tidak mendapatkan siksaan. Akan tetapi, hatinya tetap beriman kepada Allah SWT. Maka Allah SWT membolehkan sikap dusta ini yang di dalam Al-Qur`an disebut sebagai taqiyah terhadap orang-orang kafir harbi.

Oleh orang-orang Syiah, taqiyah ini mereka gunakan kepada orang-orang muslim. Mereka berdusta dan membohongi kaum muslimin Ahlussunnah demi mencapai tujuan jahat mereka. 

Al-Nahl (QS 16: 106). Ayat selengkapnya :
ﭽ  ﭾ  ﭿ  ﮀ  ﮁ  ﮂ    ﮃ  ﮄ  ﮅ   ﮆ  ﮇ  ﮈ  ﮉ  ﮊ  ﮋ  ﮌ  ﮍ      ﮎ  ﮏ  ﮐ  ﮑ  ﮒ  ﮓ  ﮔ  ﮕ
”Barangsiapa kafir kepada Allah setelah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan mereka akan mendapat azab yang besar,” (QS An-Nahl [16]: 106)

Al-Mu’min (QS 40:28). Ayat selengkapnya :
ﭳ  ﭴ  ﭵ  ﭶ  ﭷ   ﭸ  ﭹ  ﭺ  ﭻ  ﭼ  ﭽ  ﭾ  ﭿ   ﮀ  ﮁ  ﮂ  ﮃ  ﮄ  ﮅ  ﮇ  ﮈ  ﮉ   ﮊ  ﮋ  ﮍ  ﮎ  ﮏ  ﮐ  ﮑ  ﮒ       ﮓ  ﮕ  ﮖ  ﮗ  ﮘ  ﮙ  ﮚ  ﮛ  ﮜ         ﮝ
”Dan seseorang yang beriman di antara keluarga Fir‘aun yang menyembunyikan imannya berkata, “Apakah kamu akan membunuh seseorang karena dia berkata, “Tuhanku adalah Allah,” padahal sungguh, dia telah datang kepadamu dengan membawa bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu. Dan jika dia seorang pendusta maka dialah yang akan menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika dia seorang yang benar, niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang melampaui batas dan pendusta,” (QS Al-Mu’min [40]: 28)

Ayat Al-Nahl (QS 16: 106) dan Al-Mu’min (QS 40:28) di atas ini menjelaskan tentang seorang muslim yang bertaqiyah di hadapan orang-orang kafir demi menyelamatkan iman dan aqidahnya. Dia (si muslim) tidak bermaksud untuk murtad dari Islam, tapi hanya membohongi orang-orang kafir supaya jiwanya terselamatkan. Akan tetapi, orang-orang Syiah menjadikan ayat ini sebagai alasan untuk berbohong (bertaqiyah) kepada Ahlussunnah.

Jika Syiah mengaku sebagai ajaran yang benar-benar datangnya dari Allah SWT dan Rasulullah Saw, untuk apa mereka bertaqiyah?


4.
Bab 16
ALLAH BOLEH KHILAF (AL-BADA’)

Tuduhan
Orang Syiah musyrik karena Allah boleh khilaf tapi Imam tetap maksum (Al-Bada’)

Jawaban
Syiah mempercayai al-Bada’ sebagai perubahan dalam Qadha Allah karena kehendak Allah. Bukan karena Allah khilaf, tetapi karena Ia dapat menetapkan dan menghapuskan ketetapanNya sebagaimana yang Ia kehendaki.

Dalam Al-Qur`an
Al-Ra’d (QS 13: 39) : “Tuhan menghapuskan apa-apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa-apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah Ummul Kitab.”

Al-‘A’raf (QS 7: 96) : “Dan sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) maka Kami siksa mereka disebabkan apa yang mereka usahakan.”

Al-Nahl (QS 16: 112) : “Dan Allah menjadikan sebagai perumpamaan akan sesuatu negeri yang aman lagi tenteram, rezekinya datang melimpah dari setiap tempat, lalu mereka ingkar terhadap nikmat Allah, maka Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan perbuatan mereka.”

Tanggapan LPPI:
Al-Ra’d (QS 13: 39). Ayat selengkapnya :
ﯕ  ﯖ  ﯗ  ﯘ  ﯙ  ﯛ  ﯜ  ﯝ  ﯞ
”Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki. Dan di sisi-Nya terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh),” (QS Al-Ra’d [13]: 39)

Ayat ini berkenaan dengan kehendak Allah SWT. Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab-Nya, yaitu Zabur, Taurat dan Injil. Allah SWT berkehendak untuk menghapus isi ketiga kitab tersebut dan kemudian ditetapkan kembali dengan kitab-Nya yang turun terakhir, yaitu dengan Al-Qur`an. Atau Allah SWT berkuasa untuk menghapuskan segala sesuatu yang ada di dunia ini, kecuali kematian, kelahiran, kebahagiaan dan kesengsaraan seseorang. Karena kesemua ini telah tetap dan tidak tidak bisa berubah. Allah SWT mau berbuat apa saja, Dia tidak akan dimintai pertanggung jawaban. Allah SWT berfirman,
ﯮ  ﯯ    ﯰ  ﯱ  ﯲ  ﯳ  ﯴ 
“Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang dikerjakan, tetapi merekalah yang akan ditanya,” (QS Al-Anbiya [21]: 23)


Al-‘A’raf (QS 7: 96). Ayat selengkapnya :
ﭑ   ﭒ  ﭓ  ﭔ    ﭕ  ﭖ  ﭗ  ﭘ  ﭙ   ﭚ  ﭛ  ﭜ  ﭝ  ﭞ            ﭟ  ﭠ  ﭡ   ﭢ  ﭣ 
”Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan,” (QS Al-A’raf [07]: 96)

Ayat ini masih berkenaan dengan kehendak Allah SWT. Allah SWT telah menetapkan rizki seseorang. Allah SWT bisa mengurangkannya dan bisa menambahkannya. Allah SWT mengurangkan rizki seseorang karena dosa yang diperbuatnya dan Allah SWT akan menambahkan rizki seseorang karena ketaqwaannya.


Al-Nahl (QS 16: 112). Ayat selengkapnya :
ﭢ  ﭣ  ﭤ   ﭥ  ﭦ  ﭧ  ﭨ  ﭩ  ﭪ  ﭫ   ﭬ  ﭭ    ﭮ  ﭯ  ﭰ  ﭱ  ﭲ  ﭳ  ﭴ      ﭵ  ﭶ  ﭷ  ﭸ  ﭹ  ﭺ
”Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat,” (QS An-Nahl [16]: 112)

Ayat ini masih berkenaan dengan kehendak Allah SWT. Allah SWT telah menetapkan rizki seseorang. Allah SWT bisa mengurangkannya dan bisa menambahkannya. Allah SWT mengurangkan rizki seseorang karena dosa yang diperbuatnya dan Allah SWT akan menambahkan rizki seseorang karena ketaqwaannya. Jawabannya masih sama dengan QS Al-A’raf [07]: 96.


5.
Bab 17
REINKARNASI : AL-RAJ’AH

Tuduhan
Syiah sesat karena mempercayai Al-Raj’ah; yakni, kembalinya ruh ke jasad di dunia sebelum kiamat.

Jawaban
Syi’ah mengambil petunjuk dari Al-Qur`an tentang Raj’ah, yakni dihidupkannya kembali segolongan dari tiap-tiap umat sebelum hari kiamat.Ar-Raj’ah ialah kembalinya ruh ke jasad di dunia sebelum kiamat.

Dalam Al-Qur`an
Al-Naml (QS 27: 82-84): “Dan pada hari Kami kumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, lalu mereka dipisah-pisahkan.
            Ayat-ayat ini menjelaskan peristiwa sebelum hari kiamat: munculnya daabbah dan dibangkitnya segolongan dari tiap-tiap umat (min kulli ummatin faujan). Pada al-Naml 87, Allah swt menceritakan kiamat ketika ditiup sangkakala. Pada hari kiamat itu, Allah membangkitkan semuanya, bukan hanya segolongan dari tiap-tiap umat, tapi semuanya: “Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri (Al-Naml 84); kami kumpulkan seluruh manusia dan tidak Kami tinggalkan seorang pun di antara mereka (Al-Kahfi 47)
            Al Mu’min (QS 40: 11): “Mereka akan mengatakan “Ya Tuhan kami! Engkau telah mematikan kami dua kali lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka masih adakah jalan keluar?”
            Al Imran (QS 3: 49): ”...dan kau menyembuhkan orang-orang yang buta sejak dari lahirnya, dan orang-orang yang berpenyakit sopak dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah” (lihat juga Al Maidah QS 5: 110)
            Surat Yassin (QS 36: 78-79): ”Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh? Katakanlah: ”Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang telah menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk...”
            Sekiranya Raj’ah diartikan REINKARNASI maka membangunkan orang mati yang dilakukan oleh Nabi Isa adalah REINKARNASI. Begitu juga tentang kebangkitan kembali di hari Qiyamat.

Dalam Hadis
Rasulullah saw bersabda: ”Kalian akan mengikuti tradisi umat-umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sesiku demi sesiku. Sehingga sekiranya mereka masuk ke lubang biawak sekali pun  kalian akan mengikutinya. Kami bertanya: Ya Rasulullah saw, apakah mereka itu Yahudi dan Nashara? Ia bersabda; Siapa lagi? (Shahih al-Bukhari 9:112; 9:102; Kanz al-’Ummal 11:133). Khalifah al-Ma’mun bertanya kepada Imam Ali Ridho as tentang Raj’ah. Ia menjawab: Raj’ah itu benar, karena sudah terjadi pada umat-umat sebelumnya. Al-Qur`an sudah menceritakannya dan Rasulullah saw bersabda (kemudian ia mengutip hadis yang redaksinya sama dengan hadis di atas).
            Adapun kisah-kisah Raj’ah yang disebutkan Allah dalam Al-Qur`an :
  • Menghidupkan kembali sekelompok Bani Israil (Al-Baqarah QS 2: 55-56)
  • Menghidupkan seorang yang terbunuh di kalangan Bani Israil dan tidak diketahui siapa pembunuhnya (Al Baqarah QS 2: 72-73)
  • Menghidupkan kembali ribuan manusia yang sudah mati (Al Baqarah QS 2: 243)
  • Menghidupkan ‘Uzair setelah meninggal seratus tahun (Al Baqarah QS 2: 259)
  • Menghidupkan yang mati melalui mukjizat Isa as (Al Naml QS 27: 82-83)


Tanggapan LPPI :
Al-Naml (QS 27: 82-84). Ayat selengkapnya :
ﮗ  ﮘ   ﮙ  ﮚ  ﮛ       ﮜ  ﮝ  ﮞ  ﮟ  ﮠ  ﮡ  ﮢ
”Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami mengumpulkan dari setiap umat, segolongan orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, lalu mereka dibagi-bagi (dalam kelompok-kelompok),” (QS An-Naml [27]: 83/Terjemah Al-Qur`an Kemenag Versi Terbaru).

Ayat ini tidak ada sangkut pautnya dengan Reinkarnasi. Ayat ini merupakan penjelasan dari Allah SWT tentang hari Kiamat. Yaitu pada hari Kiamat, Allah SWT akan mengumpulkan seluruh umat manusia di hadapan-Nya dan Dia akan meminta pertanggung jawabannya dari masing-masing orang dari setiap umat. Sejak umat Nabi Adam AS (manusia yang hidup sezaman dengan Nabi Adam AS), sampai dengan umat Nabi Muhammad SAW (umat manusia yang hidup setelah Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia ini).

Al-Kahfi 47. Ayat selengkapnya :
ﭠ  ﭡ  ﭢ  ﭣ   ﭤ  ﭥ    ﭦ  ﭧ  ﭨ  ﭩ  ﭪ  ﭫ
”Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami perjalankan gunung-gunung dan engkau akan melihat bumi itu rata dan Kami kumpulkan mereka (seluruh manusia), dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka,” (QS Al-Kahfi [18]: 47)

Sekali lagi, ayat ini tidak ada sangkut pautnya dengan Reinkarnasi. Ayat ini berkaitan dengan hari Kiamat.

Al Mu’min (QS 40: 11). Ayat selengkapnya :
ﮂ  ﮃ  ﮄ  ﮅ  ﮆ  ﮇ  ﮈ  ﮉ       ﮊ  ﮋ      ﮌ  ﮍ  ﮎ  ﮏ
”Mereka menjawab, “Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?” (QS Al-Mu’min [40]: 11)

Masih sama, ayat ini berkisah tentang nasib umat manusia di hari Kiamat. Orang-orang yang durhaka di hari Kiamat kelak akan mengakui dosa-dosa mereka seraya menyesalinya. Tetapi, penyesalan mereka tidak berguna sama sekali. Ayat ini tidak ada sangkut pautnya dengan Reinkarnasi.

Al Imran (QS 3: 49). Ayat selengkapnya :
ﭹ  ﭺ  ﭻ  ﭼ   ﭽ  ﭾ  ﭿ  ﮀ   ﮁ  ﮂﮃ   ﮄ  ﮅ  ﮆ  ﮇ  ﮈ  ﮉ     ﮊ  ﮋ  ﮌ   ﮍ  ﮎ  ﮏ  ﮐﮑ  ﮒ  ﮓ  ﮔ   ﮕ  ﮖ  ﮗ  ﮘﮙ  ﮚ  ﮛ  ﮜ  ﮝ  ﮞ   ﮟ  ﮠﮡ  ﮢ  ﮣ  ﮤ  ﮥ  ﮦ  ﮧ  ﮨ           ﮩ  ﮪ  
”Dan sebagai Rasul kepada Bani Israil (dia berkata), “Aku telah datang kepada kamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuatkan bagimu (sesuatu) dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir dan orang yang berpenyakit kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku beritahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu orang beriman,” (QS Ali Imran [03]: 49)

Ayat ini bercerita tentang mukjizat Nabi Isa AS dan bukan tentang Reinkarnasi. Nabi Isa AS bisa menghidupkan orang yang sudah mati bukan untuk Reinkarnasi, tetapi untuk mencari kebenaran. Setelah orang mati yang dihidupkan kembali oleh Nabi Isa AS (seizin Allah SWT) bercerita atau memberikan keterangan yang diperlukan oleh Nabi Isa AS, maka orang tersebut mati kembali. Hal ini bukan Reinkarnasi, karena di dalam Islam tidak ada aqidah Reinkarnasi.   

Al Maidah QS 5: 110. Ayat selengkapnya :
ﭤ  ﭥ  ﭦ  ﭧ  ﭨ  ﭩ    ﭪ  ﭫ  ﭬ  ﭭ  ﭮ  ﭯ   ﭰ  ﭱ   ﭲ  ﭳ   ﭴ  ﭵ  ﭶ  ﭷﭸ  ﭹ  ﭺ   ﭻ  ﭼ  ﭽ  ﭾﭿ  ﮀ  ﮁ   ﮂ  ﮃ  ﮄ    ﮅ  ﮆ  ﮇ  ﮈ  ﮉ  ﮊ   ﮋﮌ  ﮍ  ﮎ  ﮏ  ﮐﮑ  ﮒ  ﮓ    ﮔ  ﮕﮖ  ﮗ  ﮘ  ﮙ  ﮚ  ﮛ  ﮜ        ﮝ  ﮞ  ﮟ  ﮠ  ﮡ   ﮢ  ﮣ    ﮤ  ﮥ    ﮦ   ﮧ  ﮨ 
”Dan Ingatlah, ketika Allah berfirman, “Wahai Isa putra Maryam! Ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu sewaktu Aku menguatkanmu dengan Rohulkudus. Engkau dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan setelah dewasa. Dan ingatlah ketika Aku mengajarkan menulis kepadamu, (juga) hikmah, Taurat dan Injil. Dan ingatlah ketika engkau membentuk dari tanah berupa burung dengan seizin-Ku, kemudian engkau meniupnya, lalu menjadi seekor burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan ingatlah, ketika engkau menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit kusta dengan seizin-Ku. Dan ingatlah ketika engkau mengeluarkan orang mati (dari kubur menjadi hidup) dengan seizin-Ku. Dan ingatlah ketika Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuhmu) dikala engkau mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata, “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.” (QS Al-Maidah [05]: 110)

Ayat ini masih bercerita tentang mukjizat Nabi Isa AS dan bukan tentang Reinkarnasi. Nabi Isa AS bisa menghidupkan orang yang sudah mati bukan untuk Reinkarnasi, tetapi untuk mencari kebenaran. Setelah orang mati yang dihidupkan kembali oleh Nabi Isa AS (seizin Allah SWT) bercerita atau memberikan keterangan yang diperlukan oleh Nabi Isa AS, maka orang tersebut mati kembali. Hal ini bukan Reinkarnasi, karena di dalam Islam tidak ada aqidah Reinkarnasi.

Surat Yassin (QS 36: 78-79). Ayat selengkapnya :
ﮔ  ﮕ   ﮖ  ﮗ   ﮘﮙ  ﮚ  ﮛ  ﮜ  ﮝ  ﮞ  ﮟ  ﮠ   ﮡ  ﮢ  ﮣ  ﮤ  ﮥ  ﮦﮧ  ﮨ  ﮩ      ﮪ  ﮫ   ﮬ 
”Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh? Katakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk,” (QS Yasin [36]: 78-79)

Ayat ini berkisah tentang seluruh umat manusia yang akan dihidupkan kembali oleh Allah SWT setelah mereka mati dan menjadi luluh (menjadi tanah atau tersisa tulang belulangnya). Hal ini terjadi pada hari Kiamat, di mana Allah SWT akan menghidupkan kembali seluruh umat manusia dan akan menghisab mereka untuk mempertanggung jawabkan seluruh perbuatan mereka selama hidup di dunia.

Tanggapan LPPI :
Adapun kisah-kisah Raj’ah yang disebutkan Allah dalam Al-Qur`an :

* Menghidupkan kembali sekelompok Bani Israil (Al Baqarah QS 2: 55-56). Ayat selengkapnya :
ﮪ  ﮫ  ﮬ  ﮭ  ﮮ  ﮯ  ﮰ  ﮱ  ﯓ  ﯔ        ﯕ  ﯖ  ﯗ  ﯘ   ﯙ  ﯚ  ﯛ  ﯜ   ﯝ  ﯞ  ﯟ  ﯠ  ﯡ
”Dan (ingatlah) ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas,” maka halilintar menyambarmu, sedang kamu menyaksikan. Kemudian, Kami membangkitkan kamu setelah kamu mati, agar kamu bersyukur,” (QS Al-Baqarah [02]: 55-56)
* Menghidupkan seorang yang terbunuh di kalangan Bani Israil dan tidak diketahui siapa pembunuhnya (Al Baqarah QS 2: 72-73). Ayat selengkapnya :
ﭾ   ﭿ  ﮀ  ﮁ  ﮂ  ﮄ  ﮅ  ﮆ  ﮇ          ﮈ  ﮉ   ﮊ  ﮋ  ﮌ  ﮎ     ﮏ  ﮐ  ﮑ  ﮒ   ﮓ  ﮔ  ﮕ  ﮖ 
”Dan (ingatlah) ketika kamu membunuh seseorang, lalu kamu tuduh-menuduh tentang itu. Tetapi Allah menyingkapkan apa yang kamu sembunyikan. Lalu Kami berfirman, “Pukullah (mayat) itu dengan bagian dari (sapi) itu!” Demikianlah Allah menghidupkan (orang) yang telah mati, dan Dia memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan-Nya) agar kamu mengerti,” (QS Al-Baqarah [02]: 72-73)
* Menghidupkan kembali ribuan manusia yang sudah mati (Al Baqarah QS 2: 243). Ayat selengkapnya :
  ﮚ  ﮛ   ﮜ    ﮝ  ﮞ  ﮟ  ﮠ  ﮡ  ﮢ  ﮣ  ﮤ    ﮥ  ﮦ   ﮧ  ﮨ  ﮩ  ﮪ  ﮬ  ﮭ  ﮮ   ﮯ   ﮰ   ﮱ  ﯓ  ﯔ    ﯕ  ﯖ  ﯗ  ﯘ
”Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halamannya, sedang jumlahnya ribuan karena takut mati? Lalu Allah berfirman kepada mereka, “Matilah kamu!” Kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah memberikan karunia kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur,” (QS Al-Baqarah [02]: 243)
* Menghidupkan ’Uzair setelah meninggal seratus tahun (Al Baqarah QS 2: 259). Ayat selengkapnya :
ﮛ  ﮜ        ﮝ       ﮞ  ﮟ   ﮠ  ﮡ  ﮢ   ﮣ  ﮤ  ﮥ  ﮦ  ﮧ  ﮨ   ﮩ  ﮪ  ﮬ  ﮭ  ﮮ  ﮯ  ﮰ  ﮱ  ﯔ  ﯕ  ﯖ   ﯘ  ﯙ  ﯚ  ﯛ  ﯜ  ﯝ  ﯟ  ﯠ  ﯡ  ﯢ  ﯣ   ﯤ  ﯥ   ﯦ  ﯧ  ﯨ  ﯩ  ﯫ  ﯬ    ﯭ  ﯮ  ﯯ  ﯰ  ﯲ  ﯳ    ﯴ   ﯵ  ﯶ  ﯷ  ﯸ  ﯹ  ﯻ   ﯼ  ﯽ  ﯾ  ﯿ  ﰀ  ﰁ  ﰂ   ﰃ  ﰄ                 ﰅ  ﰆ
”Atau seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh hingga menutupi (reruntuhan) atap-atapnya, dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah hancur?” Lalu Allah mematikannya (orang itu) selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (menghidupkannya) kembali. Dan (Allah) bertanya, “Berapa lama engkau tinggal (di sini)?” Dia (orang itu) menjawab, “Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari.” Allah berfirman, “Tidak! Engkau telah tinggal seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, tetapi lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang belulang). Dan agar Kami jadikan engkau tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Lihatlah tulang belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka ketika telah nyata baginya, dia pun berkata, “Saya mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu,” (QS Al-Baqarah [02]: 259)
* Menghidupkan yang mati melalui mukjizat Isa as (al Naml QS 27: 82-83). Ayat selengkapnya :
  ﮆ   ﮇ  ﮈ  ﮉ  ﮊ  ﮋ  ﮌ  ﮍ  ﮎ  ﮏ  ﮐ     ﮑ  ﮒ          ﮓ  ﮔ  ﮕ  ﮖ  ﮗ  ﮘ   ﮙ  ﮚ  ﮛ       ﮜ  ﮝ  ﮞ  ﮟ  ﮠ  ﮡ  ﮢ 
”Dan apabila perkataan (ketentuan masa kehancuran alam) telah berlaku atas mereka, Kami keluarkan makhluk bergerak yang bernyawa dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami. Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami mengumpulkan dari setiap umat, segolongan orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, lalu mereka dibagi-bagi (dalam kelompok-kelompok),” (QS An-Naml [27]: 82-83)
Sekali lagi, ayat-ayat di atas merupakan penjelasan dari Allah SWT tentang kuasa Allah SWT untuk menghidupkan orang-orang yang sudah meninggal dunia demi sebuah tujuan tertentu yang ingin dicapai oleh-Nya. Seperti Uzair yang dimatikan seratus tahun, kemudian dihidupkan kembali. Yaitu berisi pelajaran mengenai kekuasaan Allah SWT yang mampu menghidupkan tulang belulang makhluk-Nya, dalam hal ini seekor keledai. Sehingga ketika Uzair melihat kekuasaan Allah SWT ini, Uzair pun berkata,“Saya mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”   



6.
Bab 20
PARA IMAM MEMILIKI DUNIA DAN AKHIRAT
Tuduhan
Imam Syiah mengetahui apa yang di langit.
Jawaban
“Sesungguhnya aku mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. Aku mengetahui apa yang di syurga dan di neraka. Aku mengetahui perkara yang berlalu dan perkara yang akan datang” Ucapan di atas adalah ucapan Imam Ja’far as Shadiq, yang telah dibuang kalimat yang sangat penting yaitu : “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. Aku mengetahui apa yang di syurga dan di neraka. Aku mengetahui perkara yang berlalu dan perkara yang akan datang”, kemudian (Imam Ja’far) berhenti sebentar karena ia melihat ucapan itu sangat berat bagi orang yang mendengarnya. Ia berkata: Aku mengetahui yang demikian dari Kitabullah Azza wa jalla. Sesungguhnya Allah Azza wa jalla berfirman: Dan Kami turunkan Al-Kitab kepadamu untuk penjelasan segala sesuatu.” (40 Masalah Syiah hal. 125-126)
 Tanggapan LPPI :
Allah SWT berfirman,
ﭧ  ﭨ   ﭩ    ﭪ  ﭫ  ﭬ  ﭭ  ﭮ  ﭯ   ﭰ  ﭲ  ﭳ      ﭴ  ﭵ  ﭶ 
“Katakanlah (Muhammad), “Tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah. Dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan,” (QS An-Naml [27]: 65).
ﯵ  ﯶ  ﯷ   ﯸ        ﯹ  ﯺ  ﯻ   ﯼ  ﯽ   ﯾ  ﯿ  ﰀ  ﰁ  ﰂ     ﰃ  ﰄ  ﰅ  ﰆ    ﰇ  ﰈ  ﰉ  ﰊ
“Dia Mengetahui yang gaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan kepada siapa pun tentang yang gaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di depan dan di belakangnya,” (QS Al-Jin [72]: 26-27).

Keyakinan Ahlussunnah bahwasanya yang mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, apa yang ada di syurga dan di neraka dan mengetahui perkara yang berlalu dan perkara yang akan datang hanya Allah SWT saja.

Jika ada perkara gaib yang disampaikan oleh Allah SWT di dalam al-Qur`an, maka perkara gaib tersebut hanya disampaikan sebatas garis besarnya saja. Sedangkan rinciannya, hanya Allah SWT saja yang tahu. Jika Allah SWT memberikan rincian hal gaib tersebut, misalnya tentang neraka. Berapa lebar, luas dan kedalaman neraka? Maka keterangan ini akan Allah SWT berikan kepada utusan-Nya dan bukan kepada orang lain. 

Oleh karena itu, perkataan Syiah, “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. Aku mengetahui apa yang di syurga dan di neraka. Aku mengetahui perkara yang berlalu dan perkara yang akan datang. Aku mengetahui yang demikian dari Kitabullah Azza wa jalla,” maka ucapan ini ada benarnya, karena disandarkan kepada berita yang datangnya dari Allah SWT yang tertulis di dalam al-Qur`an.

Karena Allah SWT telah menjelaskan di Al-Qur`an tentang apa yang ada di langit (langit mempunyai pintu, ada para malaikat yang menjaganya dll) di bumi (di dalam perut bumi tersimpan kekayaan alam seperti barang tambang dll), di syurga (Allah SWT telah menjelaskan bahwasanya syurga adalah tempat yang sangat menyenangkan dll), di neraka (Allah SWT telah menjelaskan bahwasanya neraka adalah tempat yang sangat mengerikan), perkara yang telah berlalu (misalnya kisah para nabi, kisah orang-orang dahulu dll) dan perkara yang akan datang (yaitu berita tentang akan tibanya hari Kiamat).
Allah SWT berfirman:
ﭟ  ﭠ  ﭡ  ﭢ             ﭣ  ﭤ  ﭥ  ﭦ  ﭧ  ﭩ  ﭪ  ﭫ  ﭬ   ﭭ  ﭯ  ﭰ  ﭱ  ﭲ  ﭳ  ﭴ  ﭵ   ﭶ  ﭷ  ﭸ  ﭹ
“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami bangkitkan pada setiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan engkau (Muhammad) menjadi saksi atas mereka. Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim),” (QS An-Nahl [16]: 89)


7.
Bab 22
MENYEMBAH KUBURAN
Tuduhan
Orang Syiah musyrik karena menyembah kuburan.
Jawaban
Syiah meyakini bahwa ziarah ke makam Nabi Muhammad saw, para Imam Ahlulbait, wali-wali Allah dan segenap syuhada merupakan amal yang sangat dianjurkan, sunnah muakkadah.
Tentu saja, kita harus membedakan antara ziarat dan ibadat. Ibadat atau menyembah hanya dilakukan untuk Allah swt semata, sementara ziarah dimaksudkan untuk memuliakan para pembesar Islam dan memohon syafaatnya di sisi Allah swt atau menghormati sesama kaum muslim yang sudah meninggal dunia. Bahkan Rasulullah saw sendiri berziarah ke kuburan Baqi dan mengucapkan salam kepada penghuni kubur.
Dalam Al-Qur`an
“Dan janganlah engkau shalat bagi salah satu di antara mereka yang mati (orang-orang munafik) untuk selama-lamanya dan jangan berdiri (untuk memintakan ampun) di atas kuburannya. Mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mati dalam keadaan fasik” (QS 9: 84)
Jika Nabi saw dilarang berbuat dua hal tersebut bagi orang munafik, maka pengertiannya adalah bagi selain munafik, hal itu boleh dilakukan.
Dalam Hadis
”Dulu aku melarang kalian berziarah kubur. Namun mulai sekarang dan seterusnya, berziarahlah, karena ziarah dapat membuat kalian zuhud di dunia dan mengingatkan kalian pada akhirat.” (QS at-Taubah: 84)
“Nabi ziarah ke makam ibunya, dan di sisi makam ibunya, beliau menangis hingga membuat orang-orang di sekitarnya menangis, lalu beliau bersabda, aku meminta izin Tuhanku untuk ziarah ke makam ibuku dan Ia mengizinkanku. Maka ziarahlah kalian karena sesungguhnya ziarah kubur dapat mengingatkan kepada kematian” (QS Al-Ahzab: 53)
Aisyah mengatakan bahwa Nabi membolehkan ziarah kubur ”Rasulullah mengizinkan ziarah kubur” (Sunan Ibn Majah,I: 114; Shahih Turmudzi, bab al-Jana’is, III: 274, disertai juga dengan Syarh Ibn al-Arabi, cetakan Lebanon; Shahih Bukhari III: 65; Shahih Abu Dawud II, kitab al-Jana’is, bab Ziarah al-Qubur: 195; Shahih Muslim IV, kitab al-Jana’is, bab Ziarah al-Qubur: 73).
Putri Nabi, fathimah, setiap Jumat berziarah ke makam pamannya Hamzah, melakukan shalat di sisinya dan menangis (Mustadrak, Hakim I: 337; wafa al-wafa’ II: 112).
Tanggapan LPPI :
(QS 9: 84). Ayat selengkapnya :
ﮯ  ﮰ  ﮱ  ﯓ  ﯔ  ﯕ  ﯖ  ﯗ   ﯘ   ﯙ  ﯚ  ﯜ  ﯝ       ﯞ  ﯟ  ﯠ  ﯡ  ﯢ   ﯣ
“Dan janganlah engkau (Muhammad) melaksanakan salat untuk seseorang yang mati di antara mereka (orang-orang munafik), selama-lamanya dan janganlah engkau berdiri (mendoakan) di atas kuburnya. Sesungguhnya mereka ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik,” (QS At-Taubah [09]: 84)
Ayat di atas memang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah Saw mengenai Abdullah bin Ubay bin Salul, gembong orang-orang munafik. Rasulullah Saw dilarang menyolati dan memintakan ampunan untuk orang-orang munafik.

Adapun terhadap jenazah seorang muslim yang bukan munafik, maka Rasulullah Saw dan para sahabat boleh menyolatinya dan juga memintakan ampunan kepada Allah untuk jenazah tersebut.




Tanggapan LPPI untuk tulisan, “Nabi ziarah ke makam ibunya, dan di sisi makam ibunya, beliau menangis hingga membuat orang-orang di sekitarnya menangis, lalu beliau bersabda, aku meminta izin Tuhanku untuk ziarah ke makam ibuku dan Ia mengizinkanku. Maka ziarahlah kalian karena sesungguhnya ziarah kubur dapat mengingatkan kepada kematian” (QS Al-Ahzab: 53)

Penulis mencantumkan QS Al-Ahzab: 53. Ayat selengkapnya adalah :
ﮕ  ﮖ  ﮗ  ﮘ  ﮙ  ﮚ  ﮛ  ﮜ    ﮝ   ﮞ  ﮟ  ﮠ     ﮡ   ﮢ  ﮣ  ﮤ   ﮥ  ﮦ  ﮧ   ﮨ  ﮩ  ﮪ  ﮫ  ﮬ  ﮭ  ﮮ  ﮰ    ﮱ  ﯓ  ﯔ  ﯕ  ﯖ  ﯗ  ﯙ  ﯚ   ﯛ  ﯜ  ﯝ  ﯟ  ﯠ  ﯡ  ﯢ  ﯣ   ﯤ  ﯥ  ﯧ  ﯨ  ﯩ  ﯪ  ﯬ  ﯭ             ﯮ  ﯯ  ﯰ  ﯱ  ﯲ  ﯳ  ﯴ  ﯵ  ﯶ   ﯷ  ﯸ  ﯹ  ﯻ   ﯼ  ﯽ  ﯾ  ﯿ  ﰀ  ﰁ 
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali jika kamu diizinkan untuk makan tanpa menunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu dipanggil maka masuklah dan apabila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mengganggu Nabi sehingga dia (Nabi) malu kepadamu (untuk menyuruhmu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. (Cara) yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak boleh (pula) menikahi istri-istrinya selama-lamanya setelah (Nabi wafat). Sungguh, yang demikian itu sangat besar (dosanya) di sisi Allah,” (QS Al-Ahzab [33]: 53)
Ayat di atas, tidak ada sangkut pautnya dengan ziarah kubur. Ayat di atas bercerita tentang adab (sopan santun) masuk ke dalam rumah Rasulullah Saw; sopan santun jika sedang berada di dalam rumah Nabi; sopan santun jika bermuamalah dengan isteri-isteri beliau; dan juga berisi larangan menikahi isteri-isteri Rasulullah Saw sepeninggal beliau.  



 


(Kajian Bag 2)


MENYIMPANGKAN ARTI AYAT-AYAT AL-QUR`AN
  1. “Imam Shadiq as dalam menafsirkan ayat, “Segala sesuatu akan musnah, kecuali wajah Allah….” Berkata, “Yang dimaksud dengan Wajah Allah dalam ayat ini adalah Ali as.” (Kecuali Ali hal 22)
Catatan LPPI : Ayat yang dimaksud adalah :
ﮖ    ﮗ  ﮘ  ﮙ  ﮚ 
“Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah,” (QS Al-Qashash [28]: 88)
  1. Imam Ali as adalah penghitung amal perbuatan di hari Kiamat. “Sesungguhnya (hanya) kepada Kami-lah mereka kembali, kemudian sesunguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.” (Kecuali Ali hal. 41)
Catatan LPPI : Ayat yang dimaksud adalah :
ﯲ  ﯳ  ﯴ  ﯵ  ﯶ  ﯷ  ﯸ  ﯹ  ﯺ  
“Sungguh, kepada Kamilah mereka kembali, kemudian sesungguhnya (kewajiban) Kamilah membuat perhitungan atas mereka,” (QS Al-Ghasyiyah [88]: 25-26)
  1. “Dan sesungguhnya dia (Ali as) dalam induk al-Kitab (Lauhul Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah.” (Kecuali Ali hal. 49)
Catatan LPPI : Ayat yang dimaksud adalah :
ﮌ  ﮍ  ﮎ  ﮏ  ﮐ   ﮑ    ﮒ  ﮓ 
Dan sesungguhnya Al-Quran itu dalam Ummul Kitâb (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, benar-benar (bernilai) tinggi dan penuh hikmah, (QS Az-Zukhruf [43]: 4)
  1. “Jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang Mukmin yang baik; dan selain dari itu, malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.”
Yang dimaksud dengan orang-orang Mukmin yang baik adalah Ali as. (Kecuali Ali hal. 49)
Catatan LPPI : Ayat yang dimaksud adalah :
ﮐ  ﮑ      ﮒ      ﮓ  ﮔ  ﮕ  ﮖ  ﮘ  ﮙ  ﮚ   ﮛ  ﮜ  ﮝ  ﮞ  ﮟ  ﮠ  ﮡ  ﮣ   ﮤ  ﮥ  ﮦ  ﮧ
“Jika kamu berdua bertobat kepada Allah, maka sungguh, hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebenaran); dan jika kamu berdua saling bantu membantu menyusahkan Nabi, maka sungguh, Allah menjadi pelindungnya dan (juga) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain itu malaikat-malaikat adalah penolongnya,” (QS At-Tahrim [66]: 4)
  1. “Agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar.” (Kecuali Ali hal. 50)
Catatan LPPI : Ayat yang dimaksud adalah :
ﭧ  ﭨ  ﭩ    ﭪ  ﭫ  ﭬ  ﭭ 
”Agar Kami jadikan (peristiwa itu) sebagai peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar,” (QS Al-Haqqah [69]: 12)

  1. ”Kemudian seorang penyeru mengumumkan di antara kedua golongan itu, ’Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang lalim.”
Imam Ali as adalah seorang penyeru di hari Kiamat, yakni menetapkan siapa yang akan menjadi penghuni neraka dan siapa yang akan menjadi penghuni kebaikan (surga). (Kecuali Ali hal. 50)
Catatan LPPI : Ayat yang dimaksud adalah :
ﭑ  ﭒ  ﭓ  ﭔ  ﭕ   ﭖ  ﭗ  ﭘ  ﭙ  ﭚ  ﭛ  ﭜ   ﭝ  ﭞ  ﭟ  ﭠ  ﭡ  ﭢ  ﭤ  ﭥ  ﭧ  ﭨ  ﭩ  ﭪ   ﭫ  ﭬ  ﭭ  ﭮ  ﭯ 
”Dan para penghuni surga menyeru penghuni-penghuni neraka, “Sungguh, Kami telah memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepada kami itu benar. Apakah kamu telah memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepadamu itu benar?” Mereka menjawab, “Benar.” Kemudian penyeru (malaikat) mengumumkan di antara mereka, “Laknat Allah bagi orang-orang zalim,” (QS Al-A’raf [07]: 44)
  1. ”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahlilkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Dalam riwayat Jabir dari Imam baqir as, bahwa beliau as berkata, ”Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia” adalah Ahlulbait Nabi (saw). (Kecuali Ali hal. 135)
Catatan LPPI : Ayat yang dimaksud adalah :
ﭞ  ﭟ  ﭠ  ﭡ  ﭢ  ﭣ  ﭤ      ﭥ  ﭦ  ﭧ   ﭨ  ﭩ  ﭫ  ﭬ   ﭭ  ﭮ  ﭯ  ﭰ  ﭱ  ﭳ  ﭴ    ﭵ  ﭶ  ﭷ
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik,” (QS Ali Imran [03]: 110)




 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar