Senin, 16 Maret 2015

Wawancara Suara Islam dengan H. M. Amin Djamaluddin

HM Amin Djamaluddin
Ketua Lembaga Pengkajian dan Penelitian Indonesia (LPPI)

Menuhankan Ali dan punya cara ibadah sendiri, Syiah semakin menjadi permasalahan bagi umat Islam Indonesia.   Perkembangan Syiah di Indonesia juga semakin marak seiring dengan lajunya ekspor revolusi Syiah di dunia internasional. Untuk lebih memahami bahaya Syiah di Indonesia, Suara Islam mewawancara tokoh spesialis pemerhati aliran sesat, HM Amin Djamaluddin, Ketua Lembaga Pengkajian dan Penelitian Indonesia (LPPI). Berikut petikannya:

Syiah semakin merajalela di Indonesia. Kasus penyerbuan Az-Zikra salah satu buktinya. Bagaimana pendapat bapak ?

Kasus Az-Zikra menunjukkan bahwa Syiah di Indonesia sudah semakin berkembang, semakin merajalela, dan semakin berani. Sudah beberapa kali ditengarai bentrokan fisik antara golongan Syiah dengan umat  Islam Indonesia yang mayoritas Suni. Terakhir kasus Tajul Muluk di Sampang, Madura membuktikan Syiah sudah berani bentrokan fisik dengan mayoritas Suni. Kasus-kasus lain seperti di Jember, Pekalongan dan tempat lainnya akan cenderung menjadi trend bentrokan fisik Suni-Syiah di masa-masa mendatang jika kita semua tidak segera mengantisipasinya.

Syiah yang kita bicarakan disini adalah Syiah Itsna Assyariyah (Syiah Imam Dua Belas) yang oleh para ulama dihukumi sesat dan menyesatkan, dan yang sekarang berkuasa di negeri Iran. Memang ada bermacam kategorisasi Syiah, seperti Syiah Ghulat (yang sangat ekstrim dan dihukumi kafir oleh para ulama Suni)), Syiah Imamiyah (Itsna Assyariyah), Syiah Ismailiyah, dan Syiah Zaidiyah yang dianggap paling dekat dengan kaum Suni.

Sejauh mana perkembangan Syiah di Indonesia ini. ?

Syiah yang berkembang di Indonesia ini adalah Syiah Imamiyah atau Syiah Itsna assyariyah, yang berkiblat ke Iran. Persoalan Syiah ini sudah  lama. Persoalan Syiah muncul ketika Khomeini muncul sebagai penguasa Iran menjatuhkan rejim Shah reza Pahlevi pada 1979. Khomeini kemudian melakukan ekspor revolusi Syiah itu ke berbagai negara, termasuk ke Indonesia.

Jadi pada mulanya Syiah itu hanya persoalan politik dan kekuasaan. Namun kemudian berkembang dan merambah menjadi persoalan ideologi dan menyentuh sisi-sisi aqidah Islamiyah.

Ketika Khomeini menyebarkan revolusi Iran, banyak kalangan Islam yang terkagum-kagum dengan Iran, tanpa mengetahui bahayanya ajaran Syiah. Terutama dari kalangan generasi muda, sangat antusias melihat fenomena  sebuah negara Islam mampu bangkit dalam tataran internasional, bahkan meruntuhkan sebuah rejim ( Shah Reza Pahlevi) dukungan Amerika.

Apalagi kemudian negara Iran dibawah Khomeini sangat berani menyatakan Amerika sebagai musuh besarnya. Bahkan Amerika dijulukinya sebagai setan besar (big Satan). Iran dengan revolusi Khomeini pada waktu itu telah menjadikan Islam bangkit penuh percaya diri dihadapan dunia Barat yang sekuleristis.

Perasaan semacam itu juga menjangkiti kalangan muda Muslim Indonesia. Karena itu maka mudah saja ajaran Syiah menyusup ke kalangan umat Islam Indonesia melalui berbagai modus operandi. Buku-buku Syiah banyak masuk ke Indonesia. Melalui Kedutaan Iran banyak dibagikan  bea siswa pendidikan ke Qom.     Perkembangan Syiah di Indonesia bisa ditandai dengan melihat banyaknya jaringan, organisasi, lembaga, yayaysan serta media sosial milik kaum Syiah. Sekarang ini kita menyaksikan banyak sekali berdiri lembaga-lembaga  dalam bentuk Yayasan atau Ormas seperti IJABI, ABI, Muttahari, dan lainnya. Juga bermunculan lembaga-lembaga Syiah seperti  Islamic Cultural Center (ICC), Pejaten Jakarta, Tazkia Sejati, Kuningan Jakarta, Al Hadi, Pekalongan, Al-Iffah, Jember, dan Lembaga Komunikasi Ahlul Bait (LKAB).

LKAB ini merupakan wadah alumni Qom,Iran, di motori oleh ICC Jakarta yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah Republik Islam Iran (RII). LKAB membawai Yayasan AI Munthazar, Fathimah Aqilah, Ar Radiyah, Mulla Sadra, An Naqi, Al Kubra, AI Washilah, MT Ar Riyahi dan gerakan dakwah Al Husainy.

Selain itu, kalangan Syiah juga giat membangun Sekolah-sekolah dan pondok pesantren Syiah, seperti  SMA PLUS MUTHAHARI di Bandung dan Jakarta, Pendidikan Islam Al-Jawad, Icas (Islamic College for Advanced Studies) – Jakarta Cabang London, Sekolah Lazuardi dari Pra TK sampai SMA, Jakarta, Sekolah Tinggi Madinatul Ilmu, Depok, Madrasah Nurul Iman-Sorong, Pesantren Al-Hadi Pekalongan, Pesantren YAPI, Bangil.

Kalangan Syiah juga gencar menerbitkan buku-buku Syiah melalui berbagai penerbit  Syiah seperti, Lentera, Pustaka Hidayah, MIZAN, YAPI JAKARTA, Rosdakarya, Al-Hadi, CV Firdaus, Pustaka Firdaus, Risalah Masa, Al-Jawad, Islamic Center Al-Huda, Muthahhari Press/Muthahhari Papperbacks, Mahdi, Ihsan, Al-Baqir, Al-Bayan, As-Sajjad, Basrie Press, Pintu Ilmu, Ulsa Press, Shalahuddin Press, Al-Muntazhar, Mulla Shadra, Cahaya.

Mereka juga mempunyai banyak majalah dan buletin/Jurnal. Misalnya  Majalah Syi’ar, urnal Al-Huda, Jurnal Al-Hikmah, Majalah Al-Musthafa, Majalah Al-Hikmah, Majalah Al-Mawaddah, Majalah Yaum Al-Quds, Buletin Al-Tanwir, Buletin Al-Jawwad, Buletin Al-Ghadir, Buletin Babiem

Kalangan Syiah juga membangun Radio dan televisi, seperti RIB (Radio Iran siaran bahasa Indonesia), Hadi TV, tv satelite (haditv.com), TV Al-Manar, Libanon, dapat diakses sejak April 2008, bekerja sama dengan INDOSAT, Myshiatv.com, Shiatv.net.

Juga jaringan website seperti, http://abatasya.net/, http://www.jalal-center.com/, http://www.fatimah.org/, http://www.icc-jakarta.org/, www. babilm.4t.com, http://www.ahl-ul-bait.org/, http://ahmadsamantho.wordpress.com/, http://www.islamalternatif.net/, http://abuthalib.wordpress.com/profil/ , ICAS (icas-indonesia.org), Islamfeminis.wordpress.com, http://www.wisdoms4all.com/ind/, Yapibangil.org, Alitrah.com. Dan banyak lagi blogrool yang giat melancarkan propaganda Syiah di Indonesia.
 
Apa sih sebenarnya daya tarik Syiah bagi mayoritas Sunni di Indonesia ini ?

Sebenarnya banyak diantara pemuda-pemuda kita yang hanya mengagumi sisi heroik negeri Iran, yang seolah-olah berani menantang kebudayaan Barat. Kemudian generasi muda kita terjerat bujuk rayu Syiah melalui berbagai bea siswa pendidikan.

Banyak diantara generasi muda kita yang tidak mengetahui bahaya dan kesesatan Syiah. Umumnya hanya menganggap Suni-Syiah itu hanya berbeda mazhab saja.

Apa perbedaan pokok Suni dengan Syiah?.

Pada kalangan awam yang mudah terpikat dan mengikuti alur serta pengkaderan Syiah, lama kelamaan akan semakin terbenam dan semakin tenggelam ke dalam kubangan ideologi serta aqidah Syiah yang berbeda sama sekali dengan Suni.  Banyak buku-buku Syiah yang dengan sangat keterlaluan menuhankan Ali.  Misalnya dalam buku yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Kecuali Ali”.

Aqidahnya jelas berbeda, ibadahnya juga banyak berbeda. Syahadah kaum Syiah ditambah dengan kalimat “......Aku bersaksi bahwa Ali adalah wali Allah. Aku berlepas diri kepada Allah dari Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah, Hafsyah dan seluruh musuh-musuh Ahlul Bait Rasulullah”.

Bahkan ada syahadah Syiah versi lain dengan tambahan ... Fatimah Az-Zahra adalah hujjah Allah... Al-hasan adalah Hujjah Allah, Ali As-Sajjad adalah Wali Allah, Muhammad al-Baqir adalah Wali Allah, Ja’far Ash-Shadiq Wali Allah, Musa Al-Kazhim Wali Allah, AriRidha Wali Allah, Muhammad Al-Jawad Wali Allah, Ali Al-Hadi Wali Allah, Al-Hasan Al-Askari Wali Allah, Muhammad Al-Mahdi Hujjah Allah.

Karena itu maka tidak mengherankan jika Rukun Iman dan Rukun Islam antara Suni dan Syiah juga berbeda. Adzan juga berbeda, Wudhu dan Sholatnya juga berbeda. Bahkan masing-masing Imam dalam Imam 12 mempunyai cara shalat yuang berbeda-beda. Ini sungguh mengherankan. [BERSAMBUNG]

(msa, pung]
sumber :
http://www.suara-islam.com/read/index/13531/Rukum-Iman-dan-Islam-Syiah-Berbeda-dengan-Sunni 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar