Kamis, 10 September 2015

Kutipan dari Mafatih al-Jinan (Buku Rujukan Syi'ah)



BUKU :

Mafatih al-Jinan: Kunci-kunci Surga Jilid 1
Syekh Abbas Al-Qummi
Cetakan 2 : Juli 2009
ISBN 978-979-119-331-3
Diterbitkan oleh :
PENERBIT AL-HUDA
PO. BOX 7335 JKSPM 12073


TATA CARA SHALAT SYIAH BERBEDA DENGAN AHLU SUNNAH
Oleh M. Amin Djamaluddin

Buku di atas berjudul ”Kunci-kunci Surga”. Sepertinya sang penulis ingin mengatakan kepada setiap orang Syiah bahwa jika engkau ingin masuk surga, maka engkau harus mempunyai kuncinya terlebih dahulu, yaitu dengan mengamalkan isi buku ”Kunci-kunci Surga” tersebut, maka engkau akan mendapatkan jaminan masuk surga, karena engkau sudah mempunyai kuncinya.
Salah satu kunci surga tersebut adalah shalat. Akan tetapi, jika kita telaah isi buku tersebut, tata cara shalat versi Syiah di dalam buku tersebut, ternyata sangat berbeda dengan cara shalat versi Ahlussunnah wal Jamaah.
Ahlussunnah wal Jamaah mendirikan shalat bertujuan untuk mengingat Allah SWT sesuai dengan perintah Allah SWT di dalam Al-Qur`an surat Thaha [20]: 14
ﭗ  ﭘ  ﭙ  ﭚ  ﭛ   ﭜ      ﭝ   ﭞ  ﭟ  ﭠ  ﭡ  ﭢ
”Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku,” (QS Thaha [20]: 14)
Kaum muslimin telah mengetahui jika shalat merupakan ibadah yang sangat penting di dalam Islam. Oleh karena itu, Rasulullah saw menyebutkan bahwa pembeda antara seorang muslim dengan non muslim adalah shalat. Rasulullah saw bersabda,
الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ. رواه الترمذي
“Perjanjian yang ada di antara kami dengan mereka adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya, maka dia telah kafir.” (HR Tirmidzi dari Abdullah bin Buraidah)
Dalam hadits yang lain Rasulullah saw bersabda,
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَ بَيْنَ الشِّرْكِ وَ الْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ. رواه مسلم
“Sesungguhnya antara seorang hamba dengan kesyirikan dan kekufuran itu adalah meninggalkan shalat.” (HR Muslim dari Jabir bin Abdullah)
Selain menjadi pembeda antara muslim dan kafir, pelaksanaan ibadah shalat ini haruslah sesuai dengan sunnah Rasulullah saw. Jika ada seorang muslim yang melaksanakan shalat tapi tidak sesuai dengan sunnah Rasulullah saw, maka shalat tersebut akan tertolak. Rasulullah saw bersabda,
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِى أُصَلِّي... رواه البخاري
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat…”(HR Al-Bukhari dari Muhammad bin Al-Mutsanna dari Abdulwahhab).
Maksud dari hadits tersebut yaitu setiap muslim harus melaksanakan shalat yang sesuai dan sama dengan sunnah Rasulullah saw, baik dari sisi bacaan, gerakan maupun dari sisi yang lainnya seperti tuma’ninah dan lain-lainnya. Rasulullah saw bersabda,
فَأَمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ عَزَّ وَجَلَّ وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ. رواه مسلم
”Adapun saat ruku, maka agungkanlah Rabb Azza wa Jalla, dan adapun pada saat sujud, maka bersungguh-sungguhlah kalian dalam berdoa karena sangat layak doa kalian dikabulkan.” (HR Muslim dari Ibnu Abbas)
Perhatikanlah bacaan shalat Ahlussunnah wal Jamaah di bawah ini :

Shalat Ahlussunnah wal Jamaah
No.
Shalat
Bacaan
Keterangan
1.
Ruku
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ
HR At-Tirmidzi dan Ahmad


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَ بِحَمْدِكَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ
Muttafaq Alaih dari Aisyah.
2.
Bangun dari ruku
رَبَّنَا وَ لَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ
HR Al-Bukhari.
3.
Sujud
سُبْحَانَ رَبِّيَ الأَعْلَى
HR At-Tirmidzi dan Ahmad.


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَ بِحَمْدِكَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ
Muttafaq Alaih dari Aisyah.
4.
Duduk di antara 2 sujud
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَ ارْحَمْنِيْ وَ اهْدِنِيْ وَ اجْبُرْنِيْ وَ عَافِنِيْ وَ ارْزُقْنِيْ وَ ارْفَعْنِيْ
HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah.


رَبِّ اغْفِرْ لِيْ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ
HR Abu Dawud.



Kemudian kita bandingkan dengan bacaan ruku, bangun dari ruku, sujud dan duduk di antara 2 sujud (bangun dari sujud pertama dan kedua) di dalam shalat versi Syiah di dalam buku Mafatih al-Jinan: Kunci-kunci Surga Jilid 1 karya Syekh Abbas Al-Qummi berikut ini :

Shalat Syiah
No.
Shalat
Bacaan
Keterangan
1.
Ruku, bangun dari ruku, sujud pertama, bangun dari sujud pertama, sujud kedua dan bangun dari sujud kedua
Surah Al-Qadr 15 kali
Shalat Rasulullah saw
(Mafatih al-Jinan, Kunci-kunci Surga Jilid 1, hal. 150).
2.
Ruku, bangun dari ruku, sujud pertama, bangun dari sujud pertama, sujud kedua dan bangun dari sujud kedua
Al-Fatihah dan Al-Ikhlas 10 kali
Shalat Imam Husain as
(Mafatih al-Jinan, Kunci-kunci Surga Jilid 1, hal. 160).

3.
Ruku, bangun dari ruku, sujud pertama, bangun dari sujud pertama, sujud kedua dan bangun dari sujud kedua
سُبْحَانَ اللهِ  وَ الْحَمْدُ ِللهِ  وَ لَا إِلَه َإِلَّا اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ، (عشر مرات)
Subhaanallaahi wal hamdulillaahi wa laa ilaaha ilaallaahu wallaahu akbar, (10 kali)
Shalat Ja’far ath-Thayyar as
(Mafatih al-Jinan, Kunci-kunci Surga Jilid 1, hal. 173-174).


Syiah mengajarkan untuk membaca Al-Qur`an ketika ruku dan sujud. Padahal, Rasulullah saw telah melarang umatnya membaca Al-Qur`an ketika ruku dan sujud. Rasulullah saw bersabda,
أَلَا وَإِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَقْرَأَ الْقُرْآنَ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا فَأَمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ عَزَّ وَجَلَّ وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ. رواه مسلم
“Ingatlah, sesungguhnya aku telah dilarang (oleh Allah SWT) membaca Al-Qur`an ketika sedang ruku atau sujud. Adapun saat ruku, maka agungkanlah Rabb Azza wa Jalla, dan adapun pada saat sujud, maka bersungguh-sungguhlah kalian dalam berdoa karena sangat layak doa kalian dikabulkan.” (HR Muslim dari Ibnu Abbas)
Jadi dengan data yang telah dipaparkan di atas, bahwa cara shalatnya Syiah sangat berbeda dengan cara shalatnya Ahlussunnah wal Jamaah. Maka dapat disimpulkan bahwa Syiah adalah agama yang berdiri sendiri dan berada di luar agama Islam (non muslim).
Supaya lebih jelas dan yakin, marilah kita simak tata cara shalat Rasulullah saw dan para imam Syiah yang dijelaskan oleh Syekh Abbas Al-Qummi di dalam buku Mafatih al-Jinan: Kunci-kunci Surga Jilid 1 di bawah ini :

Shalat Rasulullah saw
               Sayid Ibnu Thawus meriwayatkan bahwa Imam Ali Ridha as pernah ditanya tentang shalat Ja’far at-Thayyar. Beliau menjawab, “Mengapa kalian lupa dengan shalat Rasulullah saw? Mungkin Rasulullah saw belum pernah melakukan shalat Ja’far tersebut, dan Ja’far juga belum pernah melaksanakan shalat beliau itu!” Perawi berkata, “Jika begitu, ajarkanlah shalat (Rasulullah saw) tersebut kepadaku!” Beliau berkata, “Kerjakanlah shalat 2 rakaat, dan di setiap rakaat, bacalah surah al-Fatihah 1 kali dan innaa anzalnaahu (surah al-Qadr) 15 kali. Bacalah juga surah al-Qadr tersebut ketika ruku, bangun dari ruku, sujud pertama, bangun dari sujud pertama, sujud kedua, dan bangun dari sujud kedua masing-masing 15 kali. Setelah itu, bacalah tasyahud dan salam. Jika engkau telah selesai melaksanakan shalat, tidak akan ada dosa yang tersisa dalam dirimu kecuali akan diampuni oleh Allah dan setiap keperluan yang engkau minta, pasti akan dikabulkan. (Mafatih al-Jinan, Kunci-kunci Surga Jilid 1, karya Syekh Abbas Al-Qummi, Penerbit Al-Huda, cet. Ke-2 tahun 2009, hal. 150).

Shalat Ali bin Abi Thalib as
Syekh Thusi dan Sayid Ibnu Thawus ra meriwayatkan bahwa Imam Ja’far Shadiq as berkata, “Sesiapa di antara kalian melaksanakan shalat Amirul Mukminin as yang berjumlah 4 rakaat, niscaya ia akan terbersihkan dari dosa seperti ia baru lahir dari perut ibunya dan segala keperluannya akan dipenuhi. Pada setiap rakaat, bacalah surah al-Fatihah 1 kali dan surah al-Ikhlas 50 kali. (Mafatih al-Jinan, Kunci-kunci Surga Jilid 1, karya Syekh Abbas Al-Qummi, Penerbit Al-Huda, cet. Ke-2 tahun 2009, hal. 152).

Shalat Sayidah Fathimah Az-Zahra as
Diriwayatkan bahwa Sayidah Fathimah az-Zahra as selalu melaksanakan shalat dua rakaat (di siang hari Jumat) yang telah diajarkan malaikat Jibril kepada beliau. Pada rakaat pertama setelah membaca surah al-Fatihah, beliau membaca surah al-Qadr 100 kali dan pada rakaat kedua setelah itu, membaca surah al-Ikhlas 100 kali…
Syekh Thusi berkata dalam Mishbah al-Mutahajjidin, “Shalat Sayidah Fathimah as adalah dua rakaat. Pada rakaat pertama, membaca surah al-Fatihah dan 100 kali surah al-Qadr dan di rakaat kedua, membaca surah al-Fatihah dan 100 kali surah al-Ikhlas. Setelah mengucapkan salam, membaca tasbih Sayidah Fathimah as, lalu membaca doa Subhana dzil ‘izzisy syamikh…hingga akhir doa seperti telah disebutkan di atas. (Mafatih al-Jinan, Kunci-kunci Surga Jilid 1, karya Syekh Abbas Al-Qummi, Penerbit Al-Huda, cet. Ke-2 tahun 2009, hal. 156-157).

Shalat Imam Hasan as
Shalat Imam Hasan as pada hari Jumat adalah 4 rakaat seperti shalat Amirul Mukminin as. Shalat beliau yang lain adalah 4 rakaat dan pada setiap rakaatnya membaca surah al-Fatihah 1 kali dan surah al-Ikhlas 25 kali. (Mafatih al-Jinan, Kunci-kunci Surga Jilid 1, karya Syekh Abbas Al-Qummi, Penerbit Al-Huda, cet. Ke-2 tahun 2009, hal. 159).


Shalat Imam Husain as
Shalat Husain as adalah 4 rakaat. Pada setiap rakaat membaca surah al-Fatihah dan al-Ikhlas masing-masing 50 kali. Membaca kedua surah di atas masing-masing 10 kali pada saat ruku, bangun dari ruku, sujud pertama, duduk di antara dua sujud, dan sujud kedua. (Mafatih al-Jinan, Kunci-kunci Surga Jilid 1, karya Syekh Abbas Al-Qummi, Penerbit Al-Huda, cet. Ke-2 tahun 2009, hal. 160).

Shalat Imam Ali Zainal Abidin as
Shalat beliau adalah 4 rakaat. Pada setiap rakaat, membaca surah al-Fatihah sekali dan surah al-Ikhlas 100 kali. (Mafatih al-Jinan, Kunci-kunci Surga Jilid 1, karya Syekh Abbas Al-Qummi, Penerbit Al-Huda, cet. Ke-2 tahun 2009, hal. 165).

Shalat Imam Muhammad Baqir as
Shalat beliau adalah 2 rakaat. Pada setiap rakaat, membaca surah al-Fatihah sekali dan subhanallahi wal hamdulillahi wa la ilaha illallahu wallahu akbar 100 kali. (Mafatih al-Jinan, Kunci-kunci Surga Jilid 1, karya Syekh Abbas Al-Qummi, Penerbit Al-Huda, cet. Ke-2 tahun 2009, hal. 166).

Shalat Imam Ja’far Shadiq as
Shalat beliau adalah 2 rakaat. Pada setiap rakaat, membaca surah al-Fatihah sekali dan ayat syahidallaahu annahuu laa ilaaha illaa huwa wal malaaikatu wa ulul ilmi qaaiman bil qisth, laa ilaaha illaa huwal aziizul hakiim, innaddiina indallaahil islaam, wa makhtalafal ladziina uutul kitaabi illaa min ba’di maa jaat humul ilmu baghyan bainahum, wa man yakfur bi aayaatillaahi fa innallaaha sariiul hisaab 100 kali. (Mafatih al-Jinan, Kunci-kunci Surga Jilid 1, karya Syekh Abbas Al-Qummi, Penerbit Al-Huda, cet. Ke-2 tahun 2009, hal. 167).

Shalat Imam Musa al-Kazhim as
Shalat beliau adalah 2 rakaat. Pada setiap rakaat, membaca surah al-Fatihah sekali dan surah al-Ikhlash 12 kali. (Mafatih al-Jinan, Kunci-kunci Surga Jilid 1, karya Syekh Abbas Al-Qummi, Penerbit Al-Huda, cet. Ke-2 tahun 2009, hal. 168).

Shalat Imam Ridha as
Shalat beliau adalah 6 rakaat. Pada setiap rakaat, membaca surah al-Fatihah sekali dan surah al-Insan 10 kali. (Mafatih al-Jinan, Kunci-kunci Surga Jilid 1, karya Syekh Abbas Al-Qummi, Penerbit Al-Huda, cet. Ke-2 tahun 2009, hal. 169).

Shalat Imam Jawad as
Shalat beliau adalah 2 rakaat. Pada setiap rakaat, membaca surah al-Fatihah sekali dan surah al-Ikhlas 70 kali. (Mafatih al-Jinan, Kunci-kunci Surga Jilid 1, karya Syekh Abbas Al-Qummi, Penerbit Al-Huda, cet. Ke-2 tahun 2009, hal. 169).

Shalat Imam Ali Hadi as
Shalat Imam Ali Hadi as berjumlah 2 rakaat. Pada rakaat pertama, membaca surah al-Fatihah dan Yasin serta pada rakaat kedua, membaca surah al-Fatihah dan surah ar-Rahman (masing-masing satu kali). (Mafatih al-Jinan, Kunci-kunci Surga Jilid 1, karya Syekh Abbas Al-Qummi, Penerbit Al-Huda, cet. Ke-2 tahun 2009, hal. 170).

Shalat Imam Hasan al-Askari as
Shalat beliau adalah 4 rakaat. Pada dua rakaat pertama setelah membaca surah al-Fatihah, membaca surah az-Zilzal 15 kali dan pada dua rakaat terakhir setelah membaca surah al-Fatihah, membaca surah al-Ikhlas 15 kali. (Mafatih al-Jinan, Kunci-kunci Surga Jilid 1, karya Syekh Abbas Al-Qummi, Penerbit Al-Huda, cet. Ke-2 tahun 2009, hal. 171).

Shalat Imam Mahdi as
Shalat ini berjumlah 2 rakaat. Pada setiap rakaat, membaca surah al-Fatihah dan al-Ikhlas (masing-masing sekali). Ketika sampai pada ayat iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (ayat ke-5 surah al-Fatihah), ulangilah bacaan ayat ini 100 kali.  (Mafatih al-Jinan, Kunci-kunci Surga Jilid 1, karya Syekh Abbas Al-Qummi, Penerbit Al-Huda, cet. Ke-2 tahun 2009, hal. 172).
Shalat Ja’far ath-Thayyar as
Shalat ini adalah yang paling mujarab. Shalat ini diriwayatkan dengan sanad-sanad mu’tabar dan memiliki banyak keutamaan. Terutama adalah pengampunan dosa-dosa besar.
Waktu yang paling utama untuk melaksanakan shalat ini adalah permulaan siang hari Jumat. Shalat ini berjumlah 4 rakaat dengan dua tasyahud dan salam. Pada rakaat pertama setelah membaca surah al-Fatihah, bacalah surah al-Zilzal, pada rakaat kedua bacalah surah al-Adiyat, pada rakaat ketiga bacalah surah an-Nashr, dan pada rakaat keempat bacalah surah al-Ikhlas. Setelah membaca setiap surah-surah di atas, bacalah subhaanallaahi wal hamdulillaahi wa laa ilaaha ilaallaahu wallaahu akbar 15 kali. Juga bacalah tasbih di atas ketika ruku, bangun dari ruku, sujud pertama, bangun dari sujud, sujud kedua dan duduk istirahat antara dua rakaat masing-masing 10 kali. Jumlah tasbih yang harus dibaca pada empat rakaat tersebut adalah 300 kali. (Mafatih al-Jinan, Kunci-kunci Surga Jilid 1, karya Syekh Abbas Al-Qummi, Penerbit Al-Huda, cet. Ke-2 tahun 2009, hal. 173-174).















































BUKU :

Mafatih al-Jinan: Kunci-kunci Surga Jilid 2
Syekh Abbas al-Qummi
ISBN 978-979-119-351-1
Cetakan II, Dzulhijjah 1430 H/
Desember 2009
Diterbitkan oleh :
PENERBIT AL-HUDA
PO. BOX 7335 JKSPM 12073

SHALAT MALAM SYIAH DI BULAN RAMADHAN
Oleh M. Amin Djamaluddin

Di dalam ajaran Syiah dikatakan bahwa shalat tarawih berjamaah itu tidak pernah ada di zaman Nabi Muhammad SAW. Dahulu para sahabat memang pernah shalat tarawih di belakang Nabi Muhammad SAW. Tapi kemudian, beliau SAW tidak meneruskan shalat sunah tarawih secara berjamaah pada malam-malam selanjutnya.
Syiah tidak mau melaksanakan shalat tarawih berjamaah karena mereka meyakini bahwa yang pertama kali mengadakan shalat tarawih secara berjamaah adalah Umar. Umar lah yang mengumpulkan semua para sahabat untuk shalat berjamaah di malam hari Ramadhan diimami oleh Ubay bin Ka’b. Ketika itu ada beberapa orang para sahabat yang mengkritik Umar, “Bid’ah…bid’ah...!” Tapi kemudian Umar menegaskan, “Sebaik-baik bid’ah adalah ini!” sebagai bentuk bantahan atas tuduhan yang dilontarkan kepadanya.
Jika Anda pergi ke Iran pada bulan Ramadhan, maka Anda tidak akan melihat orang-orang Syiah Iran  yang melaksanakan shalat tarawih berjamaah di tempat-tempat ibadah mereka. Karena dalam pandangan Syiah, shalat tarawih berjamaah itu sama dengan melestarikan shalat sunah yang Umar pelopori yang telah dikatakan bahwa itu adalah bid’ah, padahal telah dilarang oleh Rasulullah saw. Jika ada kaum muslimin yang tetap melaksanakannya juga, artinya mereka lebih memilih syariat Umar daripada syariat Nabi Muhammad SAW. Mereka memang tidak mengikrarkan bahwa nabi mereka adalah Umar, namun secara praktek menunjukkan bahwa mereka telah mengklaim nabinya bukan Muhammad tapi Umar. Inilah di antara tuduhan Syiah kepada Ahlussunnah wal Jamaah yang suka melaksanakan shalat sunnah tarawih secara berjamaah.  
Adapun dalam prakteknya, orang-orang Syiah tetap melaksanakan shalat malam di bulan Ramadhan secara sendiri-sendiri (tidak berjamaah). Mari kita perhatikan kitab Mafatih al-Jinan: Kunci-Kunci Surga Jilid 2 karya Syekh Abbas al-Qummi hal. 261-264 berikut ini :

Dalam kitab Zad al-Ma’ad pasal terakhir amalan-amalan bulan Ramadhan, Allamah Majilisi ra telah menyebutkan semua itu. Di sini kami rasa cukup menukil apa yang telah beliau sebutkan tersebut.

Malam Pertama
Shalat sebanyak empat rakaat dengan membaca surah al-Ikhlas sebanyak lima belas kali setelah membaca surah al-Fatihah pada setiap rakaat.

Malam Kedua
Shalat empat rakaat dengan membaca surah al-Qadr sebanyak dua puluh kali setelah membaca surah al-Fatihah pada setiap rakaat.

Malam Ketiga
Shalat sepuluh rakaat dengan membaca surah al-Fatihah sekali dan al-Ikhlas sebanyak lima puluh kali pada setiap rakaat.
Malam Keempat
Shalat delapan rakaat dengan membaca surah al-Fatihah sekali dan surah al-Qadr sebanyak dua puluh kali pada setiap rakaat.

Malam Kelima
Shalat dua rakaat dengan membaca surah al-Fatihah sekali dan al-Ikhlas sebanyak lima puluh kali pada setiap rakaat.

Malam Keenam
Shalat empat rakaat dengan membaca surah al-Fatihah dan surah al-Mulk pada setiap rakaat.

Malam Ketujuh
Shalat empat rakaat dengan membaca surah al-Fatihah sekali dan al-Qadr sebanyak tiga belas kali pada setiap rakaat.

Malam Kedelapan
Shalat dua rakaat dengan membaca surah al-Fatihah sekali dan al-Ikhlas sebanyak sepuluh kali pada setiap rakaat. Setelah mengucapkan salam, membaca subhanallah sebanyak seribu kali.

Malam Kesembilan
Shalat enam rakaat antara shalat Isya dan waktu tidur dengan membaca surah al-Fatihah sekali dan ayat Kursi sebanyak tujuh kali pada setiap rakaat.

Malam Kesepuluh
Shalat dua puluh rakaat dengan membaca surah al-Fatihah sekali dan al-Ikhlas sebanyak tiga puluh kali.

Malam Kesebelas
Shalat dua puluh rakaat dengan membaca surah al-Fatihah sekali dan al-Kautsar sebanyak dua puluh kali pada setiap rakaat.

Malam Kedua Belas
Shalat delapan rakaat dengan membaca surah al-Fatihah sekali dan al-Qadr sebanyak tiga puluh kali pada setiap rakaat.
Malam Ketiga Belas
Shalat empat rakaat dengan membaca surah al-Fatihah sekali dan al-Ikhlas sebanyak dua puluh lima kali pada setiap rakaat.

Malam Keempat Belas
Shalat enam rakaat dengan membaca surah al-Fatihah sekali dan al-Zalzalah sebanyak tiga puluh kali pada setiap rakaat.

Malam Kelima Belas
Shalat empat rakaat dengan membaca surah al-Ikhlas sebanyak seratus kali setelah membaca al-Fatihah pada dua rakaat pertama dan lima puluh kali surah al-Ikhlas (setelah membaca surah al-Fatihah) pada dua rakaat berikutnya.

Malam Keenam Belas
Shalat dua belas rakaat dengan membaca surah al-Fatihah dan dua belas kali surah at-Takatsur pada setiap rakaat.

Malam Ketujuh Belas
Shalat dua puluh rakaat dengan membaca surah al-Fatihah dan surah sekehendak hati pada rakaat pertama dan pada rakaat kedua surah al-Fatihah dan seratus kali surah al-Ikhlas.

Malam Kedelapan Belas
Shalat empat rakaat dengan membaca surah al-Fatihah dan dua puluh lima kali surah al-Kautsar pada setiap rakaat.

Malam Kesembilan Belas
Shalat lima puluh rakaat dengan membaca surah al-Fatihah dan lima puluh kali surah al-Zalzalah.

Malam Kedua Puluh, Kedua Puluh Satu, Kedua Puluh Dua, Kedua Puluh Tiga, dan Kedua Puluh Empat
Shalat delapan rakaat dengan membaca surah sesuka hati.

Malam Kedua Puluh Lima
Shalat delapan rakaat dengan membaca surah al-Fatihah dan sepuluh kali surah al-Ikhlas pada setiap rakaat.

Malam Kedua Puluh Enam
Shalat delapan rakaat dengan membaca surah al-Fatihah dan seratus kali surah al-Ikhlas pada setiap rakaat.

Malam Kedua Puluh Tujuh
Shalat empat rakaat dengan membaca surah al-Fatihah dan al-Mulk pada setiap rakaat. Jika tidak mampu, hendaknya membaca surah al-Ikhlas sebanyak dua puluh kali.
Malam Kedua Puluh Delapan
Shalat enam rakaat dengan membaca surah al-Fatihah, seratus kali ayat Kursi, seratus kali surah al-Ikhlas, dan seratus kali surah al-Kautsar pada setiap rakaat.

Malam Kedua Puluh Sembilan
Shalat dua rakaat dengan membaca surah al-Fatihah dan dua puluh kali surah al-Ikhlas pada setiap rakaat.

Malam Ketiga Puluh
Shalat dua belas rakaat dengan membaca surah al-Fatihah dan dua puluh kali surah al-Ikhlas pada setiap rakaat….
Shalat-shalat tersebut dilakukan dengan satu salam setiap selesai mengerjakan dua rakaat. (Mafatih al-Jinan Jilid 2, hal. 261-264)







BUKU :

Mafatih al-Jinan; Kunci-kunci Surga Jilid 3
Karya Syekh Abbas al-Qummi
ISBN 978-979-119-365-8
Cetakan ke II Juli 2010 / Sya’ban 1431
Diterbitkan oleh : PENERBIT AL-HUDA
PO BOX 7335 JKSPM 12073


Berziarah ke Kuburan Husein as Menurut Aqidah Syiah
Oleh M. Amin Djamaluddin

Pada awalnya, Rasulullah saw pernah melarang para sahabat berziarah kubur. Akan tetapi, di kemudian hari ketika ketauhidan para sahabat telah kuat, larangan ziarah kubur tersebut dinasakh (dihapus) oleh hadits yang lain yang membolehkan berziarah kubur.
Rasulullah saw bersabda,
كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ فَزُوْرُوْهَا. رواه مسلم
وَ زَادَ التِّرْمِذِيُّ : فَإِنَّهَا تُذَكِّرُالآخِرَةَ.
”Dahulu aku pernah melarang kalian berziarah ke kubur, maka berziarahlah.” (HR Muslim dari Buraidah bin Al-Hushaib Al-Aslamiy)
At-Tirmidzi menambahkan, ”Karena ziarah kubur bisa mengingatkan akan akhhirat.”

Ziarah kubur merupakan sunnah Rasulullah saw. Akan tetapi, muncul persoalan di sebagian kaum muslimin, yaitu munculnya sekelompok orang yang meyakini bahwa orang-orang yang sudah meninggal masih bisa mendengarkan kata-kata dan perbuatan orang yang masih hidup, sehingga mereka sering mengadakan doa di sekitar kuburan.
Bahkan, ada sebagian orang yang memanfaatkan berziarah kubur untuk meminta dan memohon kepada arwah orang yang ’alim, seperti meminta keberkahan; mencari rezeki; supaya enteng jodoh; mencari kesembuhan dan lain-lainnya.
Sesungguhnya ziarah-ziarah seperti ini, ada yang bersifat tahunan, bulanan ataupun yang sifatnya tertentu dan terbatas dalam hal waktu dan tempatnya. Misalnya saja ziarahnya orang-orang Syiah ke kuburan Husein as, di mana terjadi padanya berbagai kemunkaran seperti ikhtilath, tarian, ratap tangis dan yang lainnya yang sama sekali tidak dibenarkan oleh syari'at Islam sedikit pun, bahkan hal ini termasuk perbuatan yang diada-adakan dalam agama dan perbuatan yang jelek di mata Allah SWT yang tidak ada keterangannya sedikit pun.
Di antara keyakinan Syiah yaitu berziarah ke kuburan Husein as sangat besar pahalanya dan bisa mendatangkan berbagai macam keberkahan, seperti tercantum di bawah ini :

  1. Dalam beberapa hadis disebutkan bahwa berziarah kepada beliau as adalah sama dengan melaksanakan haji, umrah dan jihad, bahkan lebih tinggi dan utama beberapa derajat dari semua itu, dapat mendatangkan ampunan, meringankan perhitungan amal (hisab), meninggikan derajat, terkabulnya doa, memanjangkan umur, menjaga badan dan harta, menambah rezeki, terkabulnya segala hajat dan menghilangkan kesedihan dan kegundahan. (hal. 256)

  1. Muhammad bin Ismail bin Bazi meriwayatkan  dari Saleh bin Uqbah dari ayahnya dari Imam Muhammad Baqir as bahwa beliau berkata, “Sesiapa berziarah kepada Husain bin Ali as pada hari ke-10 Muharam sehingga dia menangis di sisi kuburan beliau, dia akan menjumpai Allah pada hari Kiamat dengan pahala dua ribu haji, dua ribu umrah dan dua ribu jihad yang pahalanya seperti pahala orang yang telah melaksanakan haji, umrah dan berjihad bersama Rasulullah saw dan para imam suci as. (hal. 352)

  1. Kemudian, ucapkan sebanyak 100 kali, “Ya Allah, laknatlah si zalim pertama yang menzalimi hak Muhammad dan keluarga Muhammad dan pengikut terakhirnya yang melakukan hal itu. Ya Allah, laknatlah keluarga yang telah memerangi Husain, pendukung, pengikut dan yang telah bersumpah setia membunuhnya. Ya Allah, laknatlah mereka semua.” (hal. 359)

  1. Lalu, ucapkan, Ya Allah, laknatlah Yazid yang kelima dan laknatlah Ubaidillah bin Ziyad, Ibnu Marjanah, Umar bin Sa’d, Syimr dan keluarga Abu Sufyan, keluarga Ziyad dan keluarga Marwan sampai hari Kiamat. (hal. 360)

  1. Hari Arba’in jatuh pada tanggal 20 Shafar. Dalam kitab at-Tahdzib dan al-Mishbab Syekh Thusi ra meriwayatkan bahwa Imam Hasan Askari as berkata, “Tanda-tanda seorang mukmin ada lima perkara: mendirikan shalat sebanyak lima puluh satu rakaat, membaca ziarah arba’in, mengenakan cincin di jari tangan, meletakkan dahi di atas tanah ketika sujud dan membaca Bismillahirrahmanirrahim dengan keras (ketika shalat). (hal. 380)

  1. Beliau berkata, “Hai Sadir. Alangkah zalimnya engkau terhadap Imam Husain as. Apakah engkau tidak tahu bahwa Allah memiliki dua ribu malaikat dengan rambut awut-awutan dan berlumur debu yang selalu menangisi beliau, mereka berziarah kepada beliau dan tidak pernah letih? Mengapa engkau tidak berziarah ke makam suci Imam Husain as sebanyak lima kali pada setiap hari Jumat dan sekali pada setiap hari?” (hal. 386)

  1. Dengan ini, akan ditulis bagimu (pahala) sebuah ziarah. Ziarah itu adalah (sama dengan pahala) haji dan umrah. (hal. 387)

  1. Sudah dapat dipastikan, karena seringnya belajar dan menulis di bawah cahaya bulan, matanya menjadi lemah. Untuk memulihkan kembali penglihatannya, dia bercelak mata dengan tanah Imam Husain as dan tanah makam-makam suci para imam as di Irak. Berkat tanah tersebut, penglihatannya pulih kembali. (hal. 387)

  1. Pada kesempatan ini, kami akan menyebutkan beberapa hadis (berkenaan dengan tanah beliau itu) :
Hadis pertama. Diriwayatkan bahwa ketika para bidadari penghuni surga mengetahui salah seorang malaikat akan turun ke bumi untuk sebuah urusan, mereka memesan kepadanya untuk membawakan hadiah tasbih dan turbah yang terbuat dari tanah Imam Husain as.
Hadis kedua. Diriwayatkan dengan sanad yang muktabar, salah seorang (sahabat) berkata, “Imam Ridha as pernah mengirim sebungkus bingkisan kepadaku dari Khurasan. Ketika aku membukanya, kudapatkan tanah di antara isi bingkisan tersebut. Aku bertanya kepada orang yang membawanya, ‘Tanah apakah ini?’ Dia menjawab, ‘Tanah makam suci Imam Husain as. Beliau tidak pernah mengirimkan hadiah, baik berupa pakaian maupun selainnya ke suatu tempat kecuali beliau menyertakan tanah ini. Beliau berkata bahwa tanah ini adalah pengaman dari segala malapetaka dengan izin dan kehendak Allah.’”
Hadis ketiga. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Abdullah bin Ya’fur pernah berkata kepada Imam Shadiq as, “Seseorang mengambil tanah makam suci Imam Husain as dan dia mendapatkan manfaatnya dan seorang lagi mengambilnya, tapi tidak mendapatkan manfaatnya.” Beliau berkata, ‘Demi Allah, tidak demikian. Sesiapa mengambilnya dan meyakini bahwa tanah itu dapat memberikan manfaat baginya, niscaya dia akan mendapatkan manfaatnya,’ ”
Hadis keempat. Diriwayatkan dari Abu Hamzah Tsumali bahwa aku pernah bertanya kepada Imam Shadiq as, “Kulihat para sahabat kita mengambil tanah dari makam suci Imam Husain as dan mereka mengharapkan penyembuhan darinya. Apakah tanah itu memiliki fungsi penyembuhan?” Beliau menjawab, ”Kita dapat mengharapkan penyembuhan dari tanah yang diambil dari makam suci itu hingga jarak 40 mil. Begitu juga berkenaan dengan tanah makam suci kakekku Rasulullah saw, Imam Hasan, Imam Zainal Abidin dan Imam Muhammad Baqir as. Karena itu, ambillah tanah itu, karena ia adalah obat segala penyakit dan perisai bagi segala yang kau takuti.”
Hadis kelima. Diriwayatkan bahwa jika salah seorang dari kalian ingin mengambil tanah tersebut, hendaknya dia mengambilnya dengan ujung-ujung jarinya dan ukurannya sebesar biji kacang tanah. Lalu, ciumlah, letakanlah di atas kedua matanya dan usapkanlah ke seluruh tubuhnya seraya membaca, Ya Allah, demi hak tanah ini, demi hak orang yang mendiaminya, demi hak kakek, ayahanda, ibunda, saudara dan para imam dari keturunannya dan demi hak para malaikat yang mengitarinya, jadikanlah ia obat bagi segala penyakit, kesembuhan dari segala penyakit, keselamatan dari segala malapetaka dan perisai bagi segala yang kutakuti dan kukhawatirkan. Penulis berkata: Manfaat tanah Imam Husain as sangatlah banyak. Di antara manfaatnya adalah sunnah untuk meletakannya bersama jenazah di dalam kubur, menuliskannya di atas kafan, sujud di atasnya (ketika shalat); disebutkan dalam sebuah hadis bahwa sujud di atasnya dapat mengoyak tujuh tirai (langit). Yaitu, dapat menyebabkan terkabulnya shalat sehingga dia naik ke langit, membuat tasbih darinya, menghitung bacaan tasbih dengannya dan menggenggamnya di tangan, karena hal itu memiliki keutamaan yang sangat agung. Dan di antara keutamaan tanah Karbala itu adalah tanah itu akan bertasbih ketika berada di dalam genggaman tangan seseorang tanpa harus dia mengucapkan tasbih. Yang jelas, tasbihnya ini bukanlah tasbih (takwini) yang dilakukan oleh seluruh ciptaan seperti yang difirmankan oleh Allah Swt, Tidak ada sesuatu pun (di jagad ini) kecuali ia bertasbih dengan memanjatkan puji kepada-Nya. Akan tetapi, kalian tidak memahami tasbih mereka. (QS. Al-Isra:44). Kesimpulannya, tasbih yang ditegaskan dalam beberapa hadis adalah sebuah tasbih yang khusus yang dimiliki oleh tanah Imam Husain as.
Hadis keenam. Diriwayatkan dari Imam Ridha as bahwa sesiapa memutar tasbih yang terbuat dari tanah Imam Husain as dan membaca Subhanallah wal-hamdulillah wa la ilaha illallahu wallahu akbar, untuk setiap biji (tasbih itu) Allah Swt akan menulis baginya enam ribu kebaikan, menghapus darinya enam ribu dosa, mengangkat derajatnya sebanyak enam ribu derajat dan menulis baginya enam ribu syafaat. (hal 388-393)

  1. Salam kepadamu wahai Abu Hasan Ali Zaki bin Muhammad, sang pemimpin dan cahaya yang cemerlang -semoga rahmat dan berkah Allah tercurahkan kepadamu-. Salam kepadamu wahai pilihan Allah. Salam kepadamu wahai rahasia Allah. Salam kepadamu wahai tali (agama) Allah. (hal. 453)

  1. Imam Ja’far Shadiq as berkata, ”Sesiapa berziarah kepada Imam yang layak untuk ditaati dan melakukan shalat di sisinya maka ia mendapatkan pahala haji dan umrah.” (hal. 471)






1 komentar: